Tinggal di dekat Taman Nasional Pegunungan Eifel membuka kesempatan bagi kami untuk memperbanyak wisata alam. Selain mudah dijangkau, biayanya pun murah meriah. Di awal-awal musim semi, kami dan beberapa teman dekat sangat bersemangat untuk menjelalah sebagian daerah Eifel. Emak meminjam dua buku tentang mendaki gunung. Di buku tersebut terdapat beberapa rute pendakian dengan berbagai tingkat kesulitan. Dari yang termudah hingga tersulit. Panjangnya rute pun bisa dipilih sesuai keinginan dan kemampuan.
Setelah berdiskusi, kami putuskan untuk melakukan penjelajahan untuk menyaksikan keindahan bungan Narzissus liar yang di hidup di beberapa daerah di sana. Kami memilih rute penjelajahan dekat dengan kota Monschau, satu wilayah Eifel utara dekat dengan perbatasan Belgia.
Kami memulai berjalan hampir pukul 12 siang. Hari itu cerah, sedikit berangin. Kami masuk hutan dengan pohon-pohon khas Eropa. Namanya tak kami ketahui pasti. Yang kami tahu cuma pohon cemara. hehehe. Embak adalah orang paling bersemangat dengan pendakian serta penjelajahan kali ini. Dia memang suka sekali berada di alam bebas. Mendaki, masuk hutan, main air di mata air, mendengar suara burung-burung sungguh disukainya. Dengan bersemangat dia menjelaskan beberapa hal kepada kami. Seperti nama tumbuhan serta hewan-hewan.
Makin masuk hutan, rutenya makin bervariasi. Kami turun naik jalanan hutan, melalui sebagian tempat becek, menyusuri sungai kecil sebelum sampai ke tempat yang katanya banyak ditumbuhi bunga Narzissus liar. Hanya satu bunga liar tersebut kami liat. Lainnya adalah padang ilalang kosong di tengah hutan. Seorang bapak tua mengemukakan kekecewaannya kepada kami. Di waktu yang sama tahun sebelumnya, padang tersebut memang dipenuhi Narzissen liar. Mungkin karena cuaca panas beberapa minggu ini. Sehingga mereka juga mekar lebih awal, katanya. Beliau menunjukkan satu tempat di peta jelajah miliknya. Mungkin di daerah ini masih ada. Sebab daerah ini lebih teduh, kata beliau.
Kelompok kami memilih rehat sejenak sembari makan siang di tepi sebuah sungai kecil bening. Anak-anak lebih tertarik main di tepi sungai dibanding makan. Kami makan bekal yang dibawa bersama-sama. Rumpunya tebal dan empuk. Sementara di depan, agak jauh ke seberang sungai adalah hutan cemara lebat. Nyaman dan enak makan di alam bebas nan indah seperti ini.
Sebenarnya setelah makan, mata kami terasa berat. Akan tetapi, kami baru menempuh sepertiga dari rencana 14 kilomater dari rute kami hari itu. Makanya, meski mata dan perut berat, kami paksakan berjalan lagi hingga setengah jalan.
Setengah rute terakhir kami lalui dengan relatif cepat. Badan kecapekan, sehingga kami ingin cepat-cepat saja sampai di parkiran, tujuan akhir akhir kami. Rute-rute hutan teduh kami nikmati sambil berjalan. menjelang akhir, di suatu padang ilalang, kami lihat satu dua bunga Narzissus liar. Rupanya kami memang terlambat memburu bunga liar ini di akhir April. Meski misi tak berhasil, keluarga pelancong merasa senang bisa bersama-sama kawan menjelalah hutan, menikmati indahnya alam bebas. Empat belas kilometer rute yang tak mudah juga menjadi latihan bagi kami semua.
nice experience
Salam alaikum
Mbak, boleh dunk kalau ada bule yang mau ber-Islam palagi klo dah mualaf, dikenalin ke saya..plzzz dikontakkan via email saya.Syukran n met jalan-jalan
Wassalam
Sayangnya kami sedikit sekali punya kenalan bule. Dan hampir semuanya sudah menikah. Teman2 kami kebanyakan orang2 indonesia juga. Jadi maaf tidak bisa membantu..
[…] berbeda. Empat diantaranya di Pegunungan Eifel. Terakhir, minggu lalu di Am Schwarzer Mann, wilayah Pegunungan Eifel yang masuk negara bagian Rheinland […]