Perjalanan di Kota Pusat Berlian Dunia, Antwerpen (3)

toko2-berlian-di-stasiun-antwerpen

(Sambungan dari sini)

Pagi harinya kami tak ada agenda melihat salah satu atraksi wisata kota lagi. Ingin sekali ke pelabuhan, tapi terlalu malas untuk berjalan kaki kesana. Bapak pun tak mau membawa kendaraan pribadi ke arah sana. Alat navigasi kami kadang memang membingungkan jika digunakan di dalam kota. Apalagi kota besar. Nanti malah kesasar tak jelas, kata Bapak.

Di hotel Etap tempat kami menginap, orang bisa check out hingga pukul 12 siang. jadi kami bisa santai di pagi hari. Bahkan sebelum pergi, kami masih sempat sarapan di kamar sambil menonton televisi. Baru sekitar pukul sepuluh pagi, kami beranjak keluar. Setelah menyimpan barang di mobil agar tak berat, kami kembali ke arah kota. Hari itu, kami hendak di kampung China sejenak dan Emak terutama ingin melihat-lihat perhiasan. Bukan untuk dibeli, cuma menikmati keindahan saja, sambil berdoa suatu saat kesampaian membeli berlian. hehehe.

Agar tak bosan, kami melewati arah lain. Dari Zonstraat belok kanan ke Kroonstraat. Daerah sekitar situ rupanya lumayan banyak dihuni orang muslim. Beberapa kali kami berpapasan dengan lelaki berbaju gamis serta ibu-ibu, remaja, hingga anak-anak mengenakan penutup kepala. Di dekat tempat parkir mobil, bahkan kami temui sebuah toko roti halal milik orang bertampang Timur Tengah.

Belok lagi ke kiri melelui sisi jalan Turnhoutseebaan. Satu jalan besar dan ramai. Akan tetapi, berbeda dengan pusat kota Antwerpen di sisi barat stasiun pusat kota, daerah ramai di sisi timur ini terlihat kumuh. Banyak bangunan tak terawat. Toko-toko dan kafe kecil banyak sekali kami temui. Sebagian mereka buka di hari Minggu. Dan nampaknya banyak dimiliki atau dihuni oleh orang-orang Timur Tengah. Alhamdulillah cuaca hari itu lumayan anak buat jalan-jalan. Banyak pula kami temui turis berbahasa Jerman saat berjalan.

Ada sebuah kampung oriental di dekat Astridplein. Mas Riza menyebutnya China Town. Jalan masuknya ditandai sebuah rangka gerbang khas China. Tak terlalu besar sebenarnya. Hanya jalan sepanjang 200 hingga 300 meter, yang di dalamnya banyak toko berbau Asia. Supermarket oriental, beberapa restauran makanan China dan Jepang, toko Jepang, panti pijat Thailand, dsb. Sebagian besar tutup di hari Minggu pagi. Tapi sebuah supermarket buka. Emak masuk, pamit hendak membeli kemiri. Dan keluar sambil menenteng sebuah tas kresek besar hampir penuh. Memang susah menahan diri kalau sudah berada di toko oriental. Kalau tidak ingat bahwa perjalanan kami harus menenteng-nenteng tas kresek sambil jalan-jalan, ingin rasanya belanja lebih banyak lagi.

Kami nongkrong sejenak di depan stasiun, sambil menunggu teman untuk makan siang. Anak-anak bermain di dekat air mancur dengan riang. Mereka ingin sekali mengunjungi kebun binatang di sebelah stasiun. Tapi karena kami tak bisa berlama-lama dan harga tiket masuknya sangat mahal bagi kami, tak bisa kami penuhi keinginan mereka. Sementara itu, Emak berkeliling sendiri meneliti aneka perhiasan bertatahkan berlian di toko-toko sekitar stasiun. Hari ini lebih banyak toko berlian buka dibanding kemarin. Karena sebagian besar pemiliknya orang Yahudi yang libur di hari Sabtu.

Kenyang setelah makan siang sepuasnya, sebelum pulang, kami berempat tambah Tante Lia dan Om Riza sengaja lewat di dalam stasiun. Di sini juga terdapat puluhan toko berlian. Hampir setiap toko kami lewati. Mendiskusikan berbagai bentuk berlian yang sangat cantik dan menggoda iman. Amboiiii, benar-benar berasa di dalam surga bagi wanita, ya….:)

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: