Perjalanan Hemat ke Bangsring Underwater Banyuwangi

Bangsring Underwater di sore hari

Perjalanan mudik ke tanah air di pertengahan tahun ini rasanya sangat singkat. Ini perjalanan pulang kampung keluarga pelancong pertama sejak wabah pandemi covid19. Tahun-tahun sebelumnya sebenarnya memungkinakan untuk pulkan. Namun aturan karantina terasa berat bagi kami. Jika bisa cuti tiga minggu, trus dipotong karantina hingga 14 hari, lha lamaan karantinanya dibanding ketemu dengan keluarga di tanah air. Walhasil, kami puasa mudik selama dua tahun berturut-turut. Bersyukur banget, di tengah keterbatasan, harga-harga tiket yang melonjak, kami masih memiliki rezeki untuk bertemu dengan keluarga.

Di sela-sela mudik, biasanya kami masukkan agenda liburan. Pengennya setiap kali ke tanah air, mengunjungi satu provinsi yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Tahun ini ndak sempat, pun pengen hemat bujet semaksimal mungkin. Karena pengen main ke pntai kami sempat punya dua pilihan destinasi dekat Jember: Situbondo dan Banyuwangi. Kami pilih pilihan kedua. Bisa day trip ndak pakai nginep. Dengan memanfaatkan moda transportasi umum murah meriah. Tentu sebelumnya kami berkonsultasi dulu dengan beberapa sanak keluarga yang sudah punya pengalaman berlibur berkerata api ke Bangsring Underwater Banyuwangi.

Mengira bakal tetap dapat tempat duduk meski go show, tibaknya zonk. Alhamdulillah masih kebagian tiket bebas tempat duduk. Kami naik kereta Pandanwangi pagi. Berangkat pukul 5:10 dari Stasiun Jember. Harga tiket sekali jalan Rp. 8.000,- sahaja. Murah meriah banget, gess. Nyaman lagi keretanya. Karena gak punya KTP, kami pakai kartu residen Jerman. Agak lama meriksanya, kami kudu menunjukkan kartu bukti sudah divaksin lengkap.

Beberapa dari kami berdiri di boder kereta. Emak dan Adik alhamdulillah, berkat belas kasian penumpang lain dikasih duduk. Banyak penumpang turun di Stasiun Kalisetail, kami pun bisa menata pantat dengan nyaman. Perjalanan berlangsung sekitar 2,5 jam. Senengnya naik kereta ke arah Banyuwangi, kami disuguhi pemandangan yang asri, sawah-sawah, sungai yang lumayan masih bening, rumah-rumah penduduk lokal.

Perjalanan lancar, alhamdulillah. Cuma kami masih bingung karena banyak sopir angkot menawarkan jasa. Kami memang mau naik angkot, tapi agak bingung jika terlalu ramai. kami pun melipir berjalan kaki menjauhi mereka. Baru ketika berada di jalan besar, kami menerima tawaran seorang sopir angkot. Beliau membawa kami ke Bangsring dengan tarif Rp. 15.000,- per orang.

Bea masuk ke Bangsring Underwater Rp. 5.000,- saja tiap pengunjung. masing-masing kami mendapatkan sebotol minuman vitamin C. Eh lumayan asri yah suasana dekat tempat masuk, kami berfoto dulu lah. Kelar foto liat warung makan jejer-jejer, auto-lapar. Baeklah ngisi perut dulu. Lhadalah harga-harganya murah banget walau di tempat wisata. Dannnn, rasanya huenakkk, gess. Kami pesan Nasi Tempong. Menu lengkap terdiri dari nasi putih, lalapan, tahu, tempe, ikan teri, dan sambal ditebus Rp. 8.000,-. Kebangetan murahnya. Sambelnya fresh dari ulekan. Kalau mau ikan goreng, harganya sedikit lebih mahal.

Menu makanan enak di Banyuwangi

Perut dah bahagia, kami nyari spot buat nggelar tikar. Anak-anak dan bapaknya ganti baju renang. Emak lagi males nyebur. Bobok-bobok cakep menikmati semilir udara pantai. Pengunjungnya lumayan ramai. Kebanyakan rombongan. Heboh banget. Banyak di antaranya bawa bekal sendiri. Bahkan ada yang membawa panggangan sate, karena mau barbekuan.

Di kompleks Bangsring terdapat penginapan dekat banget sama pantai. Hotel, nggak keliatan sih, tapi mungkin ada. Kalau di banyuwangi, sudah banyak hotel bagus. Emak dulu pernah nginep di Grand Watudodol. Bagus hotelnya, dan makanannya enyak-enyak. Sholat bisa di musholla kecil. tempat sholat terpisah antara lelaki dan perempuan.

Awal-awal kami datang, ombaknya ndak terlalu besar, Semakin sore, air laut makin mendekat ke arah pantai. Gazebo-gazebo tersedia gratis, untung-untungan aja dapatnya. Mangrove-nya masih rimbun. Kita bisa pula naik boat ke restoran apung. Kabarnya biayanya pun murah. Kalau mau naik kapal bisa juga ke Tabuhan. Lalu snorkeling. Ditawarin dengan biaya Rp. 500.000,- per kapal. Anak-anak gak ada yang mau. Berenang-renang di dekat pantai saja mereka sudah hepi pakai banget. Emak tambah hepi, ndak perlu ngeluarin duit lebih banyak.

Makan siang, kami pesen di tempat sebelumnya. Pesen lima porsi dimakan berempat. Maruk, euy. Plus es kelapa muda original Rp. 10.000,- saja per butir. Maknyus tiada tara.

Pulangnya, kami naik angkot lagi ke Stasiun Ketapang. Naik kereta pukul 18:15 ke arah Jember. Kali ini dapat tempat duduk walau beli go-show. Orang-orang rumah pada terkesan akan perjalanan hemat ini. Jikalau mudik ke Jember lagi, dia pengen ngulang seseruan kami tersebut. Insyaallah, Dik.

Leave a Reply

%d bloggers like this: