Berwisata alam seringkali mengingatkan kita, betapa dasyatnya ciptaan-Nya. Aktor-aktor alam ini perilakunya tak kalah menarik dengan tingkah polah manusia. Namun karena manusia-manusia lain pula kita dapat menikmati keindahan alam. Dan Emak harus berterima kasih kepada mereka, yang dengan gagah berani masuk dan menelusuri puluhan kilometer perut Gua Postojna beratus tahun lalu.
Ada setidaknya dua gua masyhur di Slovenia, Postojna dan Skocjan. Awalnya saya dan teman-teman seperjalanan bingung memutuskan hendak mengunjungi yang mana. Keduanya punya keitimewaan tersendiri. Sementara waktu kunjungan kami sangat terbatas. Postojna adalah sistem gua panjang dan termasuk gua yang terbanyak dikunjungi oleh manusia. Sedangkan Skocjan masuk dalam daftar warisan alam Unesco. Seorang teman warga asli Slovenia menyarankan kami ke Postojna. “Jika bepergian dengan anak kecil, Postojna lebih nyaman. Apalagi di musim di dingin,” kata beliau.
Gua Postojna terletak di kota Postojna (dibaca : postoina), sekitar 50 km dari ibukota Slovenia Ljubljana. Dia buka sepanjang tahun. Namun orang tak bisa masuk sembarangan. Harus ikut tur dan naik kereta khusus di jam-jam tertentu.
Sejak sekitar dua ratus tahun, Postojna mulai dikenal keindahannya. Ketika Kaisar Austria Ferdinand I mengunjungi dan mengakui keelokannya tahun 1818. Jalur kereta khusus dibangun tahun 1872. Sejak saat itu, pengunjung datang tiada henti. Untuk menikmati sejarah geologi berumur 2 juta tahun. Serta ribuan tahun terbentuknya stalagtit dan stalagmit di dalam sistem gua. Konon, pengunjung gua ini telah mencapai hampir 35 juta orang.
Kereta Gua
Tergopoh-gopoh kami menuju gedung pembelian tiket. Kami terlambat lima menit. Mestinya pukul sepuluh ada tur dengan kereta gua. Di bulan Desember, dan di musim dingin pada umumnya, setiap hari ada tiga tur. Di musim panas, lebih banyak lagi. Karena harus ikut inilah tarif masuk Gus Postojna tidak murah. Orang dewasa dikenai 22,90 euro atau hampir Rp. 300.000,- untuk tur sekitar 1,5 jam. Bagi yang suka kegiatan caving ada tur khusus dengan waktu lebih panjang dan lebih mahal.
Petugas penjual tiket berkata, kami langsung saja masuk. Sepertinya masih sempat untuk naik kereta pukul sepuluh pagi. Jarak gedung tiket dan pintu masuk tak dekat. Kami keluar berlari menarik tangga, masuk gerbang khusus, sebelum naik kereta gua.
Kereta gua ini mirip lori tebu. Terbuka. Bangku-bangku panjang berjajar. Cukup untuk dua hingga tiga orang di atasnya. Entah berapa gerbong lori, saya tak perhatikan. Sebab sibuk mencari bangku sebelum berangkat ke perut gua. Kami penumpang terakhir yang mereka tunggu. Beberapa lelaki berjaket seragam oranye turut di bangku paling belakang.
Ketika kereta mulai bergerak ke dalam gua, saat itulah lakon di panggung sandirawara alam dimulai. Empat kilometer jauhnya. Dia bergerak pelan di bawah kubah-kubah megah stalagtit. Bagai kumpulan gumpalan batu beragam ukuran. Ada yang menggumpal besar bagai awan bebetuan. Ada yang mengerucut, lancip di bagian bawah. Ada pula yang berbentuk seperti lipatan dan lekukan gorden di dinding gua. Warnanya putih, kelabu, kehijauan, hingga hitam kelam. Sesekali air menetes dari atas. Kadang pula jarak dinding gua sungguh dekat dengan penumpang kereta. Otomatis kami memiringkan badan agak tak terantuk dinding. Sebagian daerah gelap, sebagian diterangi cahaya lampu temaram. Memotret dan merekam video dalam keadaan seperti ini, susah buat kami. Saya merekam setiap adegannya dalam hati dan ingatan.
Tak lama berkereta. Sekitar lima menit kemudian, kami sampai di satu tempat terbuka luas. Mirip stasiun dalam gua. Ternyata dari sini, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Petugas berseragam tadi ternyata adalah adalah para pemandu. Mereka memberitahukan larangan memotret di tempat tersebut.
Pengunjung bisa memilih ingin dipandu dalam bahasa apa. Ada bahasa slovenia, inggris, jerman, italia, dan perancis. Mulanya kami ingin bergabung dalam kelompok jerman. Melihat jumlah peminat sangat banyak, kami pilih bahasa inggris yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Galeri Alam Postojna
Yang kami saksikan di kereta sebelumnya, ternyata hanya pertunjukan pembuka. Atraksi utama adalam perjalanan kaki dalam gua. Memakan waktu sekitar 1,5 jam. Suhu dalam gua sekitar 8-10°C. Jaket tebal dan sepatu nyaman sangat dianjurkan. Selain kami ada beberapa pengunjung asal China dalam rombongan bahasa inggris.
Rute perjalanan kaki ini sudah diplester bagus dan berpagar. Postojna sebenarnya terdiri dari dua tingkat. Para pengunjung seperti kami hanya boleh melihat bagian atas. Bagian bawah dekat Sungai Pivka hanya diperuntukkan bagi peneliti.
Pemandu kami bernama Mario. Pemuda jangkung, pirang dan berponi. Berbahasa inggris lancar, penggemar caving. Nampaknya dia sudah banyak mengeksplor gua-gua lain di belahan lain bumi.
Apa yang disampaikan Mario tak jauh berbeda dengan isi situs Postojna. Namun ia sering membandingkan isi gua dengan makanan. Es krim, spaghetti, kami dengar berkali-kali. “Orang banyak memanggil saya dengan Super Mario,” katanya bangga.
Galeri pertama dekat stasiun adalah Gunung Besar. Ruang besar dengan ketinggian hingga 300 meter. Jalanannya naik turun. Permukaannya terlihat basah, namun tak licin. Sesekali saya sentuh permukaannya. Keras dan lembab. Bagian dalamnya mirip hutan stalagmit. Karena isinya mirip pepohonan. Ada satu stalagmit raksasa, di sebuah ketinggian. Lainnya stalagtit dan stalagmit berbagai ukuran, warna dan bentuk.
Mario menjelaskan terbentuk sistem gua Postojna dan proses terjadinya batu dari tetesan air mengandung carbon ini. Setengah cm butuh sepuluh tahun. Sesekali lampu gua mati. Terasa bagi mana eksplorer gua zaman dahulu menggunakan lampu minyak. Awalnya kami tak boleh memotret. Tapi setelah semua orang berlalu, Mario memperbolehkan kami mengambil foto.
Mengitari Gunung Besar, kami menyeberang Jembatan Rusia. Dibangun tawanan dari Rusia setelah perang dunia kedua. Salah satu dari tawanan tersebut, cukup sinting untuk mendaki dinding licin gua, menemukan galeri menakjubkan bernama Gua-Gua Indah. Deretan sepanjang hampir setengah km ini memanjakan mata. Dinding gua mirip kaskada, stalagtit seperti lembaran kertas. Berlipat-lipat, berlekuk-lekuk, bertingkat, berwarna kuning, putih, coklat dan hijau. Atau bahkan mirip air deretan air terjun.
Saal Musim Dingin adalah titik terendah bagi pengunjung gua. Didominasi warna putih, warna musim dingin. Ribuan stalagmit mini mengantung di atap gua. Mirip batangan spagheti. Di kanan kiri jalan khusus pengunjung terdapat genangan air bening. Kami dalam rombongan tiada henti memotret, mendengarkan Mario, berdecak kagum, melongo, lalu berlari mengejar rombongan lain. Apalagi ketika sampai di deretan stalagmit berlian. Sebutan kumpulan batu gua yang berkilauan bagai berlian.
Stasiun perjalanan kaki terakhir adalah Saal Konser. Ruangan luas, dimana sebuah akuarium besar dan toko cinderamata berdiri. Akuarium berisi Olm (Proteus anguinus), makhluk gua mirip belut kecil berwarna putih. Hidup di habitat miskin makanan, Olm tahan berpuasa bertahun-tahun. Dia sangat pasif, jarang bergerak untuk menghemat energi.
Hari itu akan ada konser natal pada pukul tiga sore. Sebuah pohon natal raksasa terpasang di dalam saal. Kami kembali dengan kereta gua. Menikmati masa-masa terakhir dalam Postojna. Bertemu dengan aktor utama hari itu, Sungai Pivka, di mulut gua. Sebelumnya pertunjukan alam indah ini berakhir.
*Tabloid Prioritas*
Super Mario? hahaha. Jadi ingat motivator MT 😀
Judul Galeri Alam nya unik mbak.
@Mbak Rien: he-eh, Mbak. Unik dan isi guanya juga sangat cantik.. 🙂