“Pak, kami mau ikut tur jeep 3 jam. Masih bisa?”
“Iyah, bisa saja.”
Demikian kira-kira percakapan kami dengan Pak Saleh. Seorang pemilik operator tur jeep di Wadi Rum. Yang nomor kontaknya Emak temukan daring. Saat itu kami hanya berspekulasi. Menghubungi Pak Saleh hanya beberapa jam sebelum kepergian kami ke Wadi Rum. Naik kendaraan sewaan dari Aqaba.
Wadi Rum, baru saja Emak kenal namanya ketika sedang mencari-cari info tentang tempat wisata di Yordania. Sebelumnya Emak hanya kenal Amman, Petra, dan Laut Mati sahaja. Sebab lokasinya dekat Aqaba, maka ia kami masuknya dalam itinerary perjalanan keluarga pelancong di Yordania. Dan kami tidak menyesal telah melakukannya.
Perjalanan Menuju Wadi Rum
Dari Aqaba, Wadi Rum berjarak kira-kira 70 km. Kami tempuh hampir 1,5 jam dengan mobil. Melalui desert highway. Jalanan di antara pegunungan tandus nan gersang. Silau sekali di jalan raya. Tiap beberapa km, ada pos pemeriksaan polisi. Melihat plat mobil sewaan kami, pak polisi selalu membiarkan kami lewat.
Semakin mendekati wilayah konservasi Wadi Rum, pemandangan semakin beragam. Tak hanya didominasi pegunungan tandus. Mulai terlihat daerah pertanian, dan perkampungan kecil. Perkampungan terdiri dari beberapa rumah saja. Satu rumah dikelilingi oleh tembok. Di dalamnya terlihat ditanami pohon. Selain itu, kami mulai melihat padang pasir mengelilingi gunung-gunung. Pemandangan luar biasa yang tak biasa kami saksikan di belahan benua biru.
Jangan berharap ada warung sepanjang jalan. Apalagi pedagang asongan. Kalau mau kesini, kudu siap-siap bawa air dan cemilan sendiri. Wadi Rum merupakan wadi terluas di Yordania. Menempati areal seluas 100 x 60 km persegi. Ketinggiannya 800 mdl. Ia memiliki gunung-gunung batu granit dan batu pasir. Sejak 2011 ia masuk dalam daftar warisan dunia Unesco.
Berada di kawasan konservasi, pengunjung diwajibkan membayar bea masuk. Besarnya 5 JD (Rp. 90.000,-) untuk turis asing. Anak-anak kurang dari 12 tahun gratis. Karena kami memiliki JordanPass, kami tak perlu membayar bea masuk lagi.
Hampir tengah hari kami sampai di dekat pintu masuk visitor centre. Sebelum menelpon Saleh, kami berencana makan dulu. Udah bawa bekel nasi, mie instan goreng dari hotel tadi pagi. Eh, baru ajah mau buka bekel, ada seorang muda nyamperin. Kami males banget meladeni, dalam kondisi lapar seperti ini. Tapi nih orang persisten banget, menanayakan apa kami butuh guide. Udah dijawab nggak, tetep ajah maksa. Jadi gak enak mau meneruskan makan.
Setelah kami bilang udah punya janji ama tur operator, si pemuda nelponin Saleh. Sehingga tak lama, si Pak Saleh ini pun datang menjemput kami. Beliau tinggal di desa Wadi Rum. Sekitar 5 km dari visitor centre. Desanya agak gede. Terlindung dari tebing sebuah gunung. Ngeliat posisinya, kami seperti berada di negeri dongeng.
Kami sempat makan bekal dikit dan minum teh. Di ruang tamu berupa tenda Bedouin. Ada bantal-bantal bersulam dan karpet. Rumahnya dikelilingi tembok. Ditinggali, oleh Pak Saleh, istri, beserta lima anaknya, serta ibu beliau. Di dalam tembok mereka menanam pohon-pohon, serta memelihara ayam dan kambing.
Emak pun sempat ngobrol-ngobrol dengan istri Pak Saleh. Beliau memperkenalkan diri dan nama anak-anaknya. Berbicara dalam bahasa inggris patah, sama seperti Emak. Katanya, pernah ada keluarga Indonesia ikut tur dan menginap di rumahnya. Wanita Indonesia tersebut memberikan sebuah jilbab kepadanya, setelah ia bilang jilbabnya cantik.
“Bagus sekali, saya suka,” tuturnya.
“Gelang kamu juga bagus, beli di Indonesia?” katanya seraya melirik gelang emas di tangan kanan Emak. Seumur-umur jadi pelancong, baru kali ini ada yang muji gelang di tangan. Mau ngasih gelangnya ke beliau, tapi kok eman-eman.
Siang itu ponakan Pak Saleh mengantar kami berkeliling. Emak lupa namanya. Apa Jamal, yah? Entahlah. Pak Saleh sendiri bakal menemani orang lain. Tur Pak Saleh ini lumayan murah kalau buat keluarga. Tur 3 jam ini harganya 60 JD (sejutaan rupiah) buat empat orang. Harga tur buat single juga segitu. Selain menyediakan tur 3 jam, mereka juga menyediakan tur harian. Bahkan lebih dari sehari dengan fasilitas menginap. Selain mereka, banyak tur operator lain menyelenggarakan jasa serupa. Kebanyakan adalah usaha keluarga. Lokasi menginapnya ada yang di kaki gunung batu. Seru juga tampaknya menginap di tenda Bedouin seperti itu.
Sayangnya ponakan Pak Saleh bahasa Inggrisnya agak susah dimengerti. Dia mengajak kami ke beberapa tempat. Ke Kuil Nabataean, ke mata air Lawrence, ke jembatan-jembatan batu alami. Satu kata untuk menggambarkan semuanya: SERU!!!
Keluarga pelancong naik ke atas bak pick up yang sudah ditambahi kursi. Melonjak-lonjak ketika mobil tumpangan melewati jalan berbatu. Kuil Nabataean-nya kecil. Jauh banget kalau dibandingkan dengan kota batu Petra. Namun menurut pemandu, daerah ini belum sepenuhnya digali. Ada kemungkinan kuil ini menempati kompleks luas.
In between, kami melewati padang pasir luas. Ketemu rombongan tur lain. Serta serombongan tur yang jalan kaki dan naik unta. Mereka tampak bahagia. Melambai-lambai ramah ketika kami lewat.
Mata air Lawrence diambil dari nama Lawrence of Arabia. Siapa dia? Monggo cari info berlayar di dunia maya. Jelasnya, beliau adalah figur penting dalam Revolusi Arab melepaskan diri dari Turki Usmani kala itu. Kisah beliau sudah difilemkan dengan judul Lawrence of Arabia. tentu saja Wadi Rum jadi salah satu setting film beken tersebut.
Mata airnya sendiri berada di lereng bukit batu. Dinaungi satu pohon besar, tanda kehidupan. Bukitnya berhias tumpukan batu besar dan kecil. Ada jalan setapak kecil di antaranya. Meliat medan wow ini, Emak keder. *elus-elus dengkul* Tau diri lah, hemat energi. Mata airnya dialirkan di dalam sebuah ruang penyimpanan air. Dialirkan sederhana melalui selang plastik. Hewan-hewan pun bisa minum dari wadah pengumpul air.
Bukit-bukit batu, formasi bebatuan nan unik, sand dunen, tanaman padang pasir yang baru kami lihat, para pengembala kambing, warga lokal sedang beraktifitas, melengkapi pemandangan tur kami. Memperkaya memori dan pengetahuan. Bapak dan anak-anak sempat mencoba snow boarding. Dari sebuah lereng bukit berpasir sangat halus. Kami mendaki di atas bukit pasir berwarna merah. Amboi susahnya. Jalan selangkah, merosot ke bawah. Tubuh harus ditahan oleh sesuatu agar bisa menumpu. Belum lagi pasir halusnya masuk ke dalam sepatu.
Tempat favorit Emak hari itu adalah sebuah celah di antara dua tebing tinggi. Di dinding celah, kita bisa menyaksikan kaligrafi kuno, entah berusia berapa ratus tahun. Selain kaligrafi, kami pun mengamati hasil aksi vandalisme. Tulisan dan coretan di dinding yang sama.
Jika mau, kita bisa menyusuri isi Wadi Rum dengan membawa kendaraan di sini. Siapkan peta bagus, sebab banyak tempat terlihat membingungkan di padang pasir ini. Dan juga, sebaiknya makai mobil 4 WD. Sebab tak semua tempat bisa dilewati oleh mobil biasa.
Sebelum menyelesaikan tur, kami dibawa ke jembatan alami. Sebuah formasi batuan yang bentuknya mirip jembatan. Formasi pertama tak begitu tinggi. Emak masih mau mendaki. Kedua, kudu uji nyali. Hanya Bapak dan anak-anak mau naik ke atas sana. Emak hanya deg-deg-an. Berdoa mereka selamat selama naik dan turun formasi tanpa pengaman tersebut.
Kami senang sekali sudah mengunjungi Wadi Rum. Petualangan singkat, namun memorable. Kalau ada rezeki, mungkin kami akan lebih lama di tempat ini. Mengeksplor lebih banyak lagi. Inshaa Allah.
***
How to get there:
– Kami naik kendaraan sewaan ke Wadi Rum. Alternatifnya adalah menggunakan taksi. Baik dari Aqaba, mau pun Amman. Tarif taksinya bisa nego. Coba cari info dulu sebelum memilih taksi. Kalau dari Amman, sebaiknya menginap setidaknya semalam. Dan bisa dikombinasi dengan trip Petra – Wadi Rum. Sahre cost dengan traveler lainnya, tentu akan membuat biaya lebih murah.
– Alternatif lain, naik bus umum. Kabarnya, ada bus dari Aqaba dna kota-kota lain di Yordania. ke Wadi Rum. Kemungkinan lainnya kudu ngeteng, jika busnya tak langsung dari Amman. Setelah itu ikut tur dan sharing cost buat keliling Wadi Rum.
– Kalau nginep, rata-rata di tenda Bedouin. Tarifnya macem-macem, bisa dicek sendiri ke situs pembanding harga penginapan. Biasanya tempat menginap sudah menyediakan makan juga dengan tambahan biaya.
Aamiin. Wadi Rum ini terkenal setelah dibuat film Hollywood, siapa yang main ya… lupa. film action.
@EMakMbolang: pilem Lawrence of Arabia tha maksudmu, Mbok? Embuh sopo pemerane, yo. *googling*
Waahh keren. Jadi pingin kesana. Itu wadi rum mirip kayak game downhill di playstation 2 hahaha mirip persisss lika liku alamnya begitu
willynana.blogspot.com
Aaaakkkkkk ngilerrr pengen jugaaah. Seru dan menantang
@Wiliana: Wadi keren top abis deh pemandangannya…
@taro: Moga kesampean, yo jeng…
Asik dah jalan jalan ya mas..
@Andrie: alhamdulillah…