Hidup jadi kurang hidup kalau kurang piknik. Begitu pendapat kekinian yang Emak amati di propinsi media sosial. Propinsi yang warganya adalah warga dunia. Hiruk pikuk, tak pernah sepi. Dua puluh empat jam sehari.
Emak kenal kata Trocadero dari lagu grup musik Potret. Lagu zaman Emak kuliah. Eits, jadi ketauan awak angkatan berapa. hihihi. Waktu itu Emak malah membayangkan Trocadero sebuah cafe. Tempat orang minum kopi di bangku-bangku di jalanan. Sambil ngeceng dan mejeng. Ngeliat yang bening-bening.
Ketika ikut sebuah seminar internasional di Bandung, Emak bertemu dengan seorang ilmuwan Perancis, Veronique. Bertanyalah Emak tentang Trocadero. Emak lupa apa saja yang dibilangnya. Emak hanya ingat Veronique berkata, bahwa Trocadero adalah tempat dimana orang menikmati pemandangan Menara Eiffel. Oh, ternyata deketan dengan Eiffel, tho.
Pertama kami ke Paris, seorang teman sudah wanti-wanti. Kalau mau foto berlatar belakang menara Eiffel, baiknya dari Trocadero ajah. Itu pula yang kami lakukan. Sayangnya waktu itu cuaca mendung dan berkabut. Latar belakangnya agak kabur. Di malam hari ketika lampu menerangi tubuh menara, memotretnya dari Trocadero juga sangat disarankan.
Kali ini, kami berempat ke Trocadero. Mengantar Adik yang belum pernah ke Paris sebelumnya. Hari itu hari libur di Perancis. Kami yang awalnya tak berniat bawa mobil, akhirnya menjelajah sebagiin Paris dengan mobil. Untung jalanan agak sepi.
Meski demikian Eiffel dan sekitar tetap dipadati pengunjung. Dan pencopet, mungkin. Banyak info mengingatkan agar sangat berhati-hati di sekitar menara Eiffel. Banyak pencopet berkeliaran. Pertama datang ke Trocadero hari masih pagi. Kami mendapat parkir tak terlalu jauh dari taman. Lalu naik tangga hingga Eiffel terlihat lebih cantik. Foto selfie berempat. Meski gak punya tongsis seperti banyak orang lainnya, kami tetap hepi.
Ramai sekali suasana di sana. Orang berkerumun di kaki Eiffel. Lalu berpose si tangga-tangga Trocadero sampai air muncrat dan patung besar di atasnya. Turis berbagai bangsa mengabadikan momen bersama menara cantik. Ada yang berpose normal dan kaku. Ada yang berselfie sambil senyum-senyum sendiri. Ada yang dipotret sambil loncat-loncat. Ah… tingkah polah manusia sungguh berwarna.
Sore kelar bapak-bapak Jumatan, kami balik lagi ke sana. Kali ini agak susah dapet parkir. Mendung masih setia menemani. Disertai angin kencang. Kami mau mau makan siang sambil piknik di sana.
Kata Mbak Ita, kalau cuaca sedang cerah dan hangat, padang-padang rumput di taman akan penuh orang yang piknik atau sekadar duduk-duduk. Kami tak berani melakukan hals erupa. Rumputnya basah akibat hujan. Gak bawa tikar tahan air pula. Kami letakkan makanan di bangku taman dan duduk di sana. Hati-hati. Di pepohohonan rindang di sekitar bangku taman itu jadi tempat tinggal bangsa burung. Kotorannya bisa jatuh di mana saja. Termasuk ke kepala atau jaket kita serta bangku-bangku taman.
Menu piknik kami hari itu Indonesia banget. Ikan goreng plus sambel dan tumis tempe dan sayuran. Mbak Ita yang masak dan membawa bekal dari rumah. Nikmat sekali. Dingin-dingin, lapar berat pula. Cuekin saja hujan dan angin di sekitarnya.
Agak sore, Mbak Helene dan seorang sahabat Mbak Ita bergabung. Tambah seru deh mengobrolnya. Walau Emak baru ketemu mereka semua, rasanya dah kenal lama banget. Nggak canggung ledek-ledekan. hihihihi. Mbak Helene kuat dingin. Sepatu oranye tipis tanpa kaos kaki. Jaket tak tebal. Emak yang pakai kaos kaki tebal khusus musim dingin aja rasanya ketusuk angin dingin. Akan tetapi obrolan seru kami benar-benar menghangatkan suasana. Destinasi wisata keren pun jadi tambah seru dengan hadirnya teman-teman baru keluarga pelancong. Terima kasih semua. Love you full. 🙂
Buat pecinta Potret, Emak pasangin sekalian video dan lirik lagu Trocadero.
Trocadero – Potret
ingat dulu setahun sudah berlalu
awan yang indah musim panas di Paris
tempat kenangan indah di trocadero
merah warna sore di kota cinta
suara musik mengiring hati senang
pandang lagu romantis di trocadero
satu masa indah yang tak pernah hilang di dalam ingatanku
Tempat pertama hatiku terpaut dengannya di trocadero
Rouge, de la couleur
la ballade dans la cite de l’amour
le son de la musique
accompagne un coeur heureux
de balancement d’une chanson romantique du Trocadéro
merah warna sore di kota cinta
suara musik mengiring hati senang
pandang lagu romantis di trocadero
satu masa indah yang tak pernah hilang di dalam ingatanku
dan pertama hatiku terpaut dengannya di trocadero
Jadi inget pas nrima telp, nomornya Ita, kok yg ngomong Ira, asli sempat bingung. Sampai mbak Ira bilang, “Ini Ira Jerman…,” langsung deh ngeh…. Pertemuan singkat yg seru. Semoga pertemanan yg sdh terjalin, akan terus terjalin dengan indah ya, mbak. Jadi kenal keluarga pelancong, seneng….. ???? ????
Nasi kebul kebul sama sambel diayomi hawa pingin, hmmmmm tanduk terus.
Kayaknya nih lagi mengingatkan ” sesuatu” lebih suka sama lagi from rusia with love :))))
Huehehehe.. ngomong ngeceng dan mejeng itu juga rasanya udah ketahuan generasi angkatan berapa ya mbak 😀
Yang pastinya beda generasi ama yang nyebut nongky-nongky, kongkow 😀
@Mbak Helene: Surprise ya, Mbak. Aku minta tolong Mbak Ita nelponin, eh malah disuruh nelpon sendiri. Bikin kaget Mbak Helene. In shaa Allah kita jumpa lagi kapan2, Mbak..
@Zulfa: yupppp… enak banget maeme. Menu Indonesia is the best. Waaa…. lagu2 koyok ngunu asyik, yoo. Sense of place-nya kental. Travel song….:)
@Mbak Dee An: wkwkwkwkwkwk…. baru nyadar aku, Mbak. Kalau istilah itu sekarang dah gak dipakai generasi muda, yaks…
Mengikuti cerita mbak Ira bertemu mbak Ita dan mbak Helene, bikin seneng. Walau nggak ikutan berada di sana, tapi seakan akan ikut berada di sana. Kebayang bahagianya bertemu teman maya yang sudah lama saling sapa, lalu berjumpa di dunia nyata.
@Mbak Rien: bener banget, Mbak. Hepi berat aku. Sama Mbak Ita udah kenal 10 tahunan baru bisa jumpa langsung. Moga sama Mbak Rien gak perlu menunggu selama itu, yah… In shaa Allah.