Seharian wisata alam, kami kembali lagi ke ibukota Montenegro, Podgorica. Kami ingin melihat isi ibukota. Setelah seharian sepi-sepi saja, sebuah keramaian bakal jadi sebuah pergantian adegan.
Di buku panduan, jantung Podgorica kecil saja. Tak sampai dua jam kami berkeliling. Bapak dan anak-anak pilih menunggu di mobil saja. Kami nemu tempat parkir gratis di sebuah jalan dekat kompleks apartemen penduduk lokal.
Sebenarnya kami ingin sekalian salat di salah satu masjid. Eh, salah mengambil jalan. Sebenarnya bisa juga berjalan ke sana. Tapi kudu turun menyeberang Jembatan Turki di atas sebuah sungai, lalu mendaki lagi di seberang sana. Di siang hari mungkin akan kami jabanin. Lha menjelang maghrib seperti ini. Mending nanti saja naik mobil kesana, pikir kami.
Kami memotret jembatan-jembatan. Dari Jembatan Turki, lalu Jembatan Milenium dengan tali-tali serta satu lagi jembatan di atas Sungai Moraca yang terlihat indah di malam hari, Jembatan Moscow. Baru setelah itu masuk ke pusat kota lain. Memotret daerah sekitar Trg Republike. Sebuah tempat mirip alun-alun. Permainan air muncrat warna-warninya lumayan juga. Tempat ini lumayan ramai. Daerah sekitarnya adalah pertokoan.
Berkali kami salah mengambil jalan ketika hendak ke masjid. Akhirnya ketemu juga Osmanagica dzamija. Untung waktu maghrib masih tersisa. Sekalian menunggu salat isya. Lumayan juga jaah perempuan ikut salat bersama malam itu. Masjid ini realtif kecil, akan tetapi interiornya kelihatan sangat cantik. Banyak ornamen kayu ukir. Bilal di masjid memberikan informasi sebuah restoran halal tak jauh dari masjid. Dekat sebuah menara jam.
Saat mau parkir, kami kebingungan. Tak ada petugas maupun mesin otomat. Tanya ke orang, ternyata kudu kirim sms ke nomor tertentu. Tak bisa bayar pakai duit langsung. Lha gimana ini mau parkir? Nomor yang dituju pun tak tahu. Awalnya kami cuek saja. Ya sudah ntar bilang aja nggak tahu nomornya. Setelah sampai di restoran, Bapak bilang ia waswas. „Mending nyari tempat parkir gratisan aja,“ kata beliau. Untung ada di sebelah restoran.
Di restoran ini tak ada tempat khusus perokok. Campur dan bau asap di mana-mana. Yah, daripada susah mencari tempat makan lain manakala perut sudah minta diisi, ya kami kuat-kuatin saja. Harga makanannya relatif murah. Pelanggan datang dann pergi. Tapi kebanyakan orang datang untuk minum-minum saja. Emak pesan antipasti dan omelet keju. Kejunya agak terlalu kuat aromanya. Kentang gorengnya enak. Seperti kentang goreng rumahan. Kami makan cepat-cepat agar tak perlu menghisap asap terlalu banyak. Lagipula, perjalanan kami masih panjang. Malam itu pula harus meneruskan berkendara menuju Kotor.
[…] Baca juga: Podgorica, Malam Itu […]