Sejam sebelum MS Norrona mendarat di Seydisfjordur, puluhan orang sudah berkumpul di dek terbuka lantai 8 dan 9. Hari tidak bisa dikatakan cerah. Namun angin lumayan bersahabat. Setelah malam sebelumnya kami diombang ambing ombak setinggi 4 meteran. Suhu udaranya pun nyaman di tubuh. Alias tak terlalu dingin untuk ukuran pulau utara Eropa seperti Islandia.
MS Norrona baru saja memasuki fjord di timur Pulau Es. Meliuk-liuk elegan dan tenang. Selepas hempasan ombak Atlantik Utara. Keluarga pelancong berkumpul di dek 9. Perasaan Emak memasuki fjord ini tak terkatakan. Ini salah satu negeri impian kami. Banyak hal pertama kami lakukan dalam perjalanan kali ini. Pertama naik kapal pesiar. Pertama berlayar di Atlantik. Pertama lewat Inggris (meski sekilas, sempat kami amati pulau terluar Kepulauan Shetland). Pertama pergi ke satu negeri di Eropa yang banyak gunung berapinya. Pertama melihat bentuk fisik fjord., gletser, dsb.
Kami punya waktu dua hari di negeri pulau ini. Tak banyak. Cukuplah untuk sekadar kenalan. Kami hanya sempat ke beberapa destinasi di barat daya Islandia dan keliling Seydisfjordur. Syukurlah cuaca hari pertama yang awalnya mendung berubah menjadi cerah di siang hari.
Petugas di bandara menempelkan label Islandia di kaca mobil. Kami langsung berkendara menuju Dettifoos, salah satu air terjun terbesar di Eropa. Dari Seydisfjordur ke arah Egilsstadir, kami melewati beberapa air terjun, sungai, dan danau. Air terjunnya lumayan lebar dan tinggi. Hampir tak ada pengunjung. Tepat di dataran tinggi, tiba-tiba kabut tebal menutupi jalanan. Emak agak deg-degan. Kanan kiri jurang dan danau. Bapak mesti ekstra hati-hati.
Kami menggunakan jalanan di cincin utama. Jalan nomor 1 di Islandia. Mengelilingi pulau sepanjang 1332 km. Menghubungkan banyak destinasi wisata utama kota. Jalan utama ini bagus dan mulus. Kecepatan maksimal 90 km/jam. Sepi banget. Berkendara nyaris 200 km, paling kami ketemu tak sampai 20-an kendaraan.
Menuju Dettifoos, jalanan berubah jadi makadam. Tak bisa kencang. Kata Bapak, kalau pakai SUV asyik berkendara di jalanan seperti ini. Kami ketemu beberapa mobil. Isinya semuanya berwajah Asia. Kemudian kami bertemu banyak sekali turis China. Kebanyakan pasangan muda.
Kami mengunjungi beberapa tempat yang menunjukkan aktivitas vulkanisme. Atau bekas-bekasnya. Oh ya, tenpat seperti ini di Islandia bisa dikunjungi gratis. Ada gunung tingginya mungkin 200 meteran. Ada asap menymbul di sela-sela punggungnya. Di kakinya ada tempat terbuka. Sebuah taman vulkanik. Pagar-pagar pembatas menandai tempat yang boleh dilewati pengunjung. Tak ada penjaga, tak ada toilet.
Asap membubung dari banyak titik. Bau telur busuk menyengat hidung. Kubangan-kubangan air mendidih berwarna abu-abu tua muncul di banyak tempat. Menurut informasi di dekatnya, panasnya mencapai 80-100°C. Adik suka tempat seperti ini.
Kami sempat hiking sebentar di taman vulkanik lainnya di Dimmuborgir. Kalau yang ini bekas letusan gunung beberap ribu tahun lalu. Di pinggir danau Myvatn, ada bukit-bukit kecil dengan kawah. Kalau dalam bahasa Inggris disebut pseudo crater. Ia bukan gunung berapi. Bentuknya imut-imut.
Kata Adik, ia pengen lebih lama di Islandia. Ingin mendaki gunung berapi lainnya. Embak mau melihat geyser. Semoga ada ksempatan lagi bagi keluarga pelancong. In shaa Allah.