Lebih dari dua puluh tahun lalu terjadi sebuah sensasi. Sebuah bekas pabrik besi kotor, penuh debu, karatan, di sebuah kota kecil di barat Jerman, dimasukkan dalam daftar warisan budaya Unesco. Dialah Völklinger Hütte. Satu-satunya bekas pabrik besi dari zaman keemasan revolusi industri yang masih tersisa di dunia. Saat ini Völklinger Hütte menjadi salah satu pusat budaya industri. Dikunjungi sekira 300 ribu orang setiap tahunnya.
Awal tahun ini, hujan membasahi beberapa wilayah Jerman. Termasuk Saarbrücken. Kota tempat saya melewatkan 3 hari liburan awal tahun. Tidak nyaman melakukan perjalanan di bawah hujan. Namun rencana belajar di museum bersama keluarga hari itu tetap harus terlaksana.
Sekilas Sejarah Völklinger Hütte
Masuk gedung utama tempat menjual tiket masuk serasa berada dalam sebuah gudang besar. Atapnya tinggi. Bau besi berkarat segera menyentuh rongga penciuman. Sebagian dindingnya tidak diplester. Permukaannya penuh foto. Pintu besinya tebal dan berat.
Lima belas euro (Rp. 215.000,-) tarif masuknya. Hingga usia 18 tahun, gratis. Kami diberi sebuah peta dan ditawari pemandu jika mau. Tapi harus bayar lagi. Kami pilih menjelajah sendiri ditemani peta sederhana di brosur yang telah diberi. Dekat penjual tiket terdapat toko penjual cinderamata. Pengunjung dipersilakan naik ke ruang pamer. Di lantai dua.
Tidak sulit keliling kompleks seluas 600 ribu meter persegi ini tanpa pemandu. Papan-papan informasi dan peta lokasi bertebaran di dalamnya. Di peta, terdapat 7 zona yang bisa didatangi pengunjung. Jika diikuti semua, panjangnya mencapai 7 km. Itu pun tak semua bagian pabrik terbuka untuk umum. Beberapa tempat sedang dalam tahap renovasi, atau terlalu berbahaya untuk didatangi.
Ruang pamer pertama yang kami temui ternyata zona 7, kompleks terakhir, Blower Hall. Ada beberapa blower mirip roda-roda raksasa. Lemari-lemari tua berisi perkakas menempel di pinggir ruangan. Dekat saklar-saklar serta aneka tombol pengendali. Kami naik lift, lalu menyeberang di atas sebuah jalan raya. Menuju zona 1-6 dalam peta.
Julius Boch memang orang pertama yang mendirikan pabrik mendirikan pabrik ini tahun 1873. Namun keluarga Röchling yang berjasa memperbesar dan menjaga kelangsungan hidup pabrik. Setelah Carl Röchling membelinya tahun 1881. Pada 1890, Völklinger Hütte telah menjadi salah satu produsen besi dan baja terbesar di Jerman.
Dua perang dunia ikut mempengaruhi pabrik ini. Saat perang dunia pertama, ia ikut memproduksi granat. Sedangkan ketika perang dunia kedua berlangsung, 12-an ribu orang asing dan tawanan perang menjadi pekerja paksa di sana. Dua ratus lima puluh orang meninggal dunia akibat kondisi kerja yang tak berperikemanusiaan.
Usai perang, Jerman mulai menata perekonomian dan melakukan pembangunan kembali. Permintaan akan besi dan baja melonjak. Völklinger Hütte memiliki 17 ribu pekerja. Menjadikan Völklingen sebagai salah satu kota terkaya sekaligus paling berdebu di negeri ini. Tahun 1978, sesudah terjadi krisis harga baja dunia, keluarga Röchling melepaskan kepemilikannya akan pabrik ini.
Dan lebih dari seratus tahun sejak pertama berdiri, Völklinger Hütte ditutup tahun 1986. Digantikan oleh pabrik lain yang jauh lebih modern di dekatnya, sekarang bernama Saarstahl. Ribuan orang kehilangan pekerjaan karenanya. Hampir saja besinya dipreteli, lalu dijual. Jatuhnya harga besi tua menyelamatkan pabrik kuno. Sehingga Unesco memasukkan dalam daftar warisan budaya dunia, 1994.
***
Keliling Museum
Zona 1, Sintering Plant, dulunya adalah zona terpanas dalam pabrik. Kami masuk ke dalam ruangan remang-remang. Pengunjung berjalan di atas jalur mirip jembatan. Sehingga bisa menyaksikan bekas mesin penih debu. Sebuah layar lebar menggambarkan suasana ketika pabrik masih berdungsi. Suara decitan mesin, lori sedang berjalan, saya juga mencium bau oli. Teks, foto, dan video menjadi pengantar kami untuk menggali informasi lebih jauh di museum ini.
Ore Shed, zona 2, adalah bekas tempat menyimpan bijih besi. Ada dua pilihan, apakah mau turun tangga ke bawah, menyaksikan pameran mengenai keluarga Röchling. Atau ke atap. Di mana kita bisa menyaksikan panorama pabrik. Kami pilih berada di atap. Mengamati, betapa luas dan besarnya dimensi pabrik besi dan baja Völklinger Hütte.
Apa-apa di pabrik ini memang terlihat gigantis. Mulai dari Blower Hall, jauhnya jalan dari satu zona ke zona berikutnya, eskalator-eskalator bijih besi berkapasitas entah berapa ton setiap menit, hingga tanur-tanur tingginya. Ia juga tempat kerja berbahaya. Temperatur oven bisa mencapai 2.000°C. Debu dan gas beracun dihasilkannya.
Kami menyusuri zona 3, Burden shed, dari atap. Naik sebuah tangga mirip tangga darurat ke atas anjungan selebar kira-kira 1 m. Memanjang hingga ke ujung gudang. Rangka besi memenuhi kanan kiri anjungan hingga ke bagian atap ruangan mirip aula maha luas ini. Wagon pengangkut dibiarkan berkarat di atas relnya. Tumpukan pasir teronggok di dalam gudang. Di luar terlihat lokomotif. Ya, pabrik ini langsung terhubung dengan jalur kereta api nasional.
Menuruni sebuah tangga besi, kami keluar aula ke sebuah ruang terbuka. Untuk dapat ke zona 4, Blast furnace, kami harus mendaki beberapa tangga lagi. „Kalian harus mengenakan helm jika hendak ke atas sana. Ambil saja di tempat penyimpanan helm,“ kata seorang penjaga museum sambil menunjuk sebuah ruang penuh helm di seberangnya.
Memasang helm, kami bersiap naik. Lift sedang tak berfungsi. Kami naik tangga-tangga mirip tangga darurat lagi. Kali ini lebih banyak. Di antara bau oli serta besi karatan. Saya hanya kuat naik beberapa tingkat. Belum sampai tempat paling tinggi, 45 meter dan memutari kompleks tanur tinggi, saya menyerah. Padahal katanya dari sini kita bisa memandang ke hampir seluruh kompleks.
Kami turun, menyeberangi rel kereta api. Lalu lalu lintasnya masih terpasang kokoh. Sayangnya hujan yang tadinya gerimis makin deras saja. Helm melindungi kepala kami. Sesekali kami berteduh jika ada atap terbuka.
Di tanur pembuat kokas, pada temperatur 1130°C, batu bara diolah menjadi kokas. Traktor kuno, alat pengumpul kokas, menempel di tanur kokas. Saat pabrik tutup, mereka memiliki 100 tanur. Para pekerja bekerja di antara panas tinggi dan asap tebal. Seperti di neraka, kata brosur panduan. Sangat kontras dengan nama zona yang mereka berikan kini, The Paradise.
Namanya kini memang sesuai dengan kondisi terakhir. Alam mengambil alih sebagian pabrik. Pohon besar dan kecil dibiarkan tumbuh. Besi karatan menyembul di antara kehijauan. Menampilkan harmoni unik.
Kami kembali ke tempat penyimpanan helm. Di sebelahnya ada sebuah workshop. Saya melongok dari balik pintu kaca. Di dekatnya terdapat tempat anak-nak bermain dan meja serta bangku panjang. Di musim panas, atau ketika hari cerah, pengunjung bisa melepas lelah sambil piknik. Sayangnya tak ada warung makanan di sekitarnya.
Hujan masih saja deras saat kami sampai di zona 6, Ferrodrom and coal track. Ferrodrom letaknya di lantai dasar. Sebuah science center, sedang tutup hari itu. Kami juga tak bisa memotret coal track dengan leluasa. Di sebuah eskalator lebar dan panjang itulah batu bara diangkut. Bentuknya seperti jalan tebal, terbuat dari besi. Sebelum diolah ke tanur kokas. Daerah ini sebenarnya adalah tempat baik untuk memotret isi pabrik. Terlihat jelas tanur-tanur tinggi sebagai latar belakang. Menampakkan warna coklat dan merah sebagai warna dominan di Völklinger Hütte.
Kami semua bergegas menerobos hujan. Kembali menyeberang jembatan di atas jalan raya. Menuju zona 7, Blower Hall. Blower raksasa mirip roda besar merupakan urat nadi pabrik. Blower menghasilkan udara padat ke tanur tinggi. Energi penggerak blower adalah gas yang dihasilkan dari tanur tinggi. Blower ini sendiri sangat unik, dan menjadi monumen khusus bagi dunia permesinan. Mereka buatan pabrik lain di Jerman, Demag.
Völklinger Hütte tak hanya berfungsi sebagai museum industri, dalam hal ini industri besi dan baja, namun juga menjadi ajang pamer dan konser. Saat kami di sana, ada pameran tentang Mesir.
Mengunjungi museum unik ini membuat saya bisa membayangkan beberapa hal. Tentang terjadinya revolusi industri. Tentang betapa jaya dan megahnya industri negeri ini. Hingga kini.
***
How to get there:
Unesco Heritage Völklinger Hütte
Rathausstrasse 75 – 79, 66333 Völklingen
Kendaraan umum paling mudah adalah kereta api. Bisa ditempuh dari kota besar terdekat, Saarbrücken. Dari stasiun kereta api Völklingen, jalan kaki ke arah museum, kira-kira 5 menit.
Ngeliat mesinnya, aku jadi inget mesin-mesin tua di pabrik teh di PagarAlam *lalu inget belom ditulis hehe*
Hebat ya mereka yang dulu bisa kerja disitu..Luar biasa..Nggak kebayang mak..
@Cek Yan: ayo nulis. ini ngingetin diri sendiri juga, suka males… 🙂
@Mbak Dewi: yoi, Mbak. Gak kebayang gimana panasnya. Apalagi kalau musim panas..
Harus nya di indonesia juga banyak nich, semacam pabrik gula colomadu dan pabrik tembakau.
Peninggalan nya begitu manja untuk di kenang
@Kak Cumi: setuju, manja buat dikenang dan sebagai sarana belajar generasi berikutnya…
kok ketok e akeh penampakan naang kunu.
penasaran cara gawe granat iku ya opo.
@Emakmbolang: iyo tha akeh penampakan? Awakmu iso nerawang?hiiiiiii