Terbang dengan tiket murah, kami mendapat jam terbang yang tidak nyaman. Pukul delapan kurang sepuluh, pesawat ryanair kami baru terbang dari bandara Frankfurt Hahn. Dan sampai di Rimini, Italia pukul sembilan lebih. Seperempat jam lebih cepat dari jadwal. Bapak belum berani menyewa mobil di sana. Sedangkan bus datang kira-kira jam 11 malam. Padahal kami sudah harus check in di penginapan selambatnya tengah malam.
Mulanya kami hendak jalan kaki saja. Walau sudah masuk musim gugur di Jerman, suhu di Italia masih terasa nyaman buat berjalan kaki. Kata GPS, untuk sampai ke hotel, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam saja. Namun di malam hari, agak susah mencari jalur pejalan kaki, dan biasanya gak susah pula mencari suatu alamat yang belum pernah kami ketahui sebelumnya. Pilihan terakhir dan mahal, adalah naik taksi. Lima belas euro, kata Pak Sopir taksi, untuk perjalanan sekitar 6 kilometer. Tak bisa ditawar, karena itu sudah tarif standar, tambahnya.
Ya sudahlah, daripada terlantar di bandara atau di jalan raya, mending bayar agak mahal. Tak sampai 15 menit, kami dah sampai di tujuan. Disambut seorang resepsionis tua tapi ramah, yang sama sekali tak bisa bahasa inggris. Sambil mengambil kunci kuno dan berat, beliau menjelaskan, menunjukkan letak lift dengan bahasa isyarat plus bahasa italia. Saat kami tunjukkan kartu kredit, dijawab tak perlu sekarang (arti kira-kira). Kami langsung beristirahat di kamar hotel nyaman.
Rencananya, tiga hari waktu efektif kami di Rimini, akan kami manfaatkan berkeliling dalam kota di hari pertama dan ketiga. Hari kedua ke Republik San Marino. Walau merupakan salah satu pemandian laut terkenal di Eropa, bagi kita, Rimini mungkin tak dikenal. Tak seperti kota-kota Italia lainnya seperti Venezia, Florenz, Pisa, Milan dan Roma. Rimini biasanya sangat ramai di musim panas. Saat musim gugur, harga hotel jadi lebih murah sebab jumlah turisnya juga jauh berkurang.
Rimini terletak di tepi Lautan Adriatik, laut di sebelah timur Italia. Dari Semenanjung Triest di utara hingga jalanan Otranto di selatan, Adriatik memiliki panjang sekira 800 km. Diantar banyak pemandian laut lainnya, Rimini adalah yang pertama dibuka di kawasan ini, yakni pada tahun 1843 masehi. Kami datang kemari bukan untuk mandi di laut, melainkan karena dua hal : Tiket pesawat kemari sangat murah, dan kami ingin ke Republik San Marino, sekitar sejam perjalanan bus dari Rimini.
Di bandara internasional, kami langsung mendapatkan kesan kota wisata. Setiap pengumuman atau informasi di bandara ditulis dalam tiga bahasa : italia, inggris dan rusia. Menurut informasi memang sekarang banyak orang Rusia berkunjung kemari.
[…] (Sambungan dari sini) […]
[…] dan Italia pada umumnya, harga makanan kami rasakan lebih mahal dibanding di Jerman. Selama di Rimini tak sering kami makan di luar. Paling sehari sekali. Untuk makan malam, kami membelinya di […]
Mbak Ira, pengen banget ke Remini, hehe. TOP banget jalan-jalannya :D, bikin takjub dan ngiler, hehe
Rimininya biasa saja sebenernya, Mbak. Tapi San Marino-nya bagus…. 🙂