Sungai Rhein mengalir tenang, berkelok-kelok membelah perbukitan. Kapal feri, tanker, kapal pesiar sungai berlayar pelan seperti mengikuti ritme sungai. Perkebunan anggur menghampar, mengikuti kontur lereng barisan bukit. Sisa-sisa kastil kuno berdiri gagah di puncak-puncak bukit berusaha menahan kikisan jaman. Desa-desa kecil dari abad pertengahan sepanjang jalur kereta di Mittelrheintal mengundang siapa saja untuk bertandang.
Romantisme bagian tengah Sungai Rhein memikat banyak orang sejak abad 18. Kaum ningrat muda Inggris melewati daerah ini ketika melakukan perjalanan dalam mencari ilmu menuju Italia. Penyair-penyair masyhur Eropa mengabadikan keelokannya dalam syair-syair atau buku mereka. Lord Byron, Johan Wolfgang von Goethe, Heinrich Heine hingga Victor Hugo yang menganggap Bacharach salah satu kota terindah di dunia. Di abad tersebut, selain Swiss dengan lembah-lembah Alpen-nya, daerah Obere Mittelrheintal adalah keharusan bagi para turis aristokrat.
Unesco memasukkan Obere Mittelrheintal dalam warisan lanskap budaya dunia di tahun 2002. Meliputi daerah aliran Sungai Rhein antara Bingen/Ruedesheim hingga Koblenz. Sepanjang 67 km. mencakup 60 kota dan desa. Serta 40-an kastil tua baik yang telah runtuh maupun utuh dari abad 12-14 masehi. Tak hanya karena keindahannya. Sungai Rhein yang terlihat cantik sebab pahatan alami sungai, juga campur tangan manusia untuk memelihara alam, punya kekayaan sejarah, budaya serta nilai penting sebagai transportasi petukaran budaya antara utara Eropa dengan kawasan Laut Tengah sejak dua ribu tahun silam.
Ada dua cara mengasyikkan untuk menikmati kemolekan daerah aliran sungai ini. Pertama, lewat jalur darat. Bisa dengan mengendarai mobil di sepanjang jalan di tepi sungai. Atau seperti cara Emak dan keluarga selama ini. Naik kereta api ekonomi.
Mengapa kereta api ekonomi? Kereta api ekonomi berjalan lebih pelan dan jalurnya tepat di pinggir sungai. Sehingga orang bisa menyerap ribuan keindahan secara lebih leluasa. Hampir setiap satu jam sekali kereta tersebut lewat sini. Obere Mittelrheintal terletak di jalur ramai antara kota Frankfurt am Main dan Cologne. Sehingga relatif mudah dijangkau dari mana-mana. Jangan lupa, naiklah ketika hari masih terang! Bisa dari Bingen maupun Koblenz. Jika punya waktu paling tidak, mampirlah ke salah satu kota atau desa cantik dari abad pertengahan.
Cara kedua dari atas air. Perspektif berbeda akan kita dapatkan dari sini. Cara ini biasanya hanya bisa dilakukan di musim panas. Ada feri khusus pengangkut turis. Berlayar dari kota besar seperti Mainz menuju Cologne. Feri ini berhenti di desa atau kota yang telah ditentukan. Salah satu yang terkenal adalah Loreleyfahrten. Loreley adalah nama tebing terjal dekat St. Goar. Daerah berbahaya bagi kapal yang berlayar di atas Rhein. Dalam legenda, Loreley ialah seorang wanita yang kecantikannya membuat nahkoda kapal tak mampu mengendalikan kapalnya. Menenggelamkan banyak kapal.
Ada dua kota tua paling mengesankan di Jerman bagi Emak pribadi. Rothenburg ob der Tauber di Bavaria dan Bacharach. Roda jaman serasa kembali dan berhenti di abad pertengahan jika memasuki keduanya.
Dilihat dari arah sungai, Bacharach terlihat sungguh picturesque. Latar belakangnya adalah dua bukit dengan hamparan perkebunan anggur di lereng terjalnya. Di ketinggian adalah kastil tua Burg Stahleck. Di sisi lain ada reruntuhan katedral Werner. Dengan konstruksi kuno di latar depan. Lengkap dengan tembok kota tua.
Sejarahnya pernah tak seindah penampakannya kini. Ratusan tahun lalu di abad 17 kota ini menjadi salah satu korban Perang Tiga Puluh Tahun. Konflik agama di Eropa yang melibatkan Perancis, Jerman, Austria, Belanda, Spanyol, Denmark dan Swedia.
Namanya berasal dari Bacchi ara (altar Bacchus). Sebuah altar batu persembahan untuk dewa anggur, Bacchus. Dari jaman pertengahan hingga kini salah satu penopang kehidupan masyarakat Bacharach adalah anggur. Yang kelezatan minumannya diakui oleh banyak orang di Eropa.
Keluar dari stasiun kereta api, langsung saja berbelok ke kanan menuju jantung kota tua. Di abad ketiga belas, Bacharach adalah sebuah kampung kecil di kaki Burg Stahleck. Baru diakui sebagai kota tahun 1356. Setelah membangun tembok sekeliling sebagai ciri kota-kota di abad pertengahan Eropa.
Keistimewaan Bacharach terletak pada arsitektur jaman pertengahan Eropa yang masih dimilikinya. Pemerintah setempat menjadikannya monumen bersejarah, membantu pemilik untuk merenovasi dan merawat keberadaan bangunan-bangunan tersebut. Tembok kota tua yang nyaris ambruk diperbaiki. Demikian pula dengan Burg Stahleck, kastil tua di bukit. Direnovasi dan dijadikan sebuah youth hostel. Menginap di sebuah kastil usia berabad menimbulkan sensasi tersendiri.
Bangunan abad pertengahan di Jerman dikenal dengan istilah “fachwerkhaus”. Bangunan rumah yang memiliki sistem penopang dari kayu-kayu besar. Mirip rumah bertulang kayu. Diantara kayu-kayu diisi komposit tanah liat-kayu atau batu bata. Kayu-kayu tersebut didesain sedemikian rupa sehingga membentuk banyak kotak atau segitiga. Kayu tersebut tak ditutup beton, namun seringnya dicat warna-warna coklat atau merah. Terlihat cantik dari luar. Nah di Bacharach, fachwerkhaus bisa kita temui hampir di setiap sudut kota.
Kota berpenduduk sekitar 2000 jiwa ini kecil. Bisa dikitari setengah harian. Akan tetapi keunikannya sering membuat orang betah berlama-lama berada di sini. Menyusuri gang-gang sempitnya dan jalanan berbatu alam. Mengintip menu para turis yang sedang sarapan di bangku-bangku luar hotel. Naik ke atas tembok menikmati pantulan cahaya di atas Sungai Rhein. Atau naik ke bukit. Untuk mengamati perkebunan anggur dari dekat serta mangunjungi kastil tuanya.
Meski semua fachwerkhaus terlihat elok dan kokoh, ada beberapa yang tampak lebih istimewa. Rathaus atau balai kota, hanya berpuluh meter dari stasiun kereta api. Gedung panjang berwarna krem Tulang kayunya tersebur di lantai dua. Jendelanya terdiri dua lapis. Kayu hijau bagian luarnya. Setiap jendela dihiasi pot-pot bunga.
Altes Haus dibangun tahun 1368. Inilah salah satu rumah paling sering difoto di kota ini. Terletak di sebuah sudut jalan, tulang-tulang kayu dipasang sangat rapat di lantai dua dan 3. Satu sudut menghadap jalan berbentuk sebuah menara melingkar. Pohon bunga merambat dan pot-pot bunga di depan jendela menambah kemolekan Altes Haus. Pun Marktturm, salah satu dari 10 menara yang pernah dibangun sepanjang tembok kota tua. Dalam perjalanan mendaki menuju Burg Stahleck, sisa katedral Werner akan kita temui. Sayangnya tak dibangun kembali setelah perang 30 tahun. Dari atas bukit, kota Bacharach di tepi Rhein terlihat seperti satu desa di tepi danau di Swiss. Kecil, damai, cantik.
*Tabloid Prioritas*
membacanya seperti ada di situ bareng keluarga pelancong..
Aku suka sekali pergi ke bagian selatan Jerman, rasanya seperti pergi ke dunia lain jika dibandingkan di Nordfriesland sini yang tanahnya dataaar dan lapang berlaut-laut. Pokoknya keindahan dan suasananya beda banget… And this beautiful fachwerkhaus.
@Ima: alhamdulillah… semoga suatu saat kita ada rezeki jalan bareng lagi di sini, Ma..
@Haris: iyaaa, emang beda banget, yah. Kami dulu juga tinggal di utara. Tapi di sana enak buat sepedaan. 🙂
Komentku kali ini:
Aku sukaaaaa sekali cara mbak Ira bertutur.
Seperti sedang membaca sebuah novel. Terkadang aku teringat novel yg kubaca dimasa kanak2, seperti karya2 Enyd Blyton yang sarat petualangan.
Aku tunggu karyamu dalam bentuk novel mbak 🙂
@Mbak Rien: makasih, Mbak. *tersipuuuu*
Aku beberapa waktu lalu sempat belajar nulis fiksi, Mbak. Tapi gak lanjut lagi, euy… Pengen juga bisa nulis cerpen lalu novel. Udah ada beberapa ide di kepala. Novel2 petualangan tapi romantis.. uhuk uhuk..
Jadi keracunana pingin explore dua kota tua yang paling mengesankan di Jerman. Kayaknya paling enak pakai mobil pribadi mbak, bisa berhenti dan ambil foto semaunya (baca: Doyan Narsis)
@Zulfa: ayo mreneo, Jeng. Mengko takterke nang nggon2 ciamik soro, In shaa Allah…
Toss ama mbak Rien! Baca tulisan ini bikin imajinasi melayang-layang, seperti baca novel Enyd Blyton…
@Mbak Dee An: makasih…. *tersipu malu*