Rumahku Istanaku

rumah-stockheimTak terasa, hampir dua tahun kami menempati rumah sederhana di desa ini. Desa dengan penduduk sekitar 2000 jiwa saja. Nyaman sekali tinggal di sini. Tiga ratus meter di belakang rumah sudah ketemu hutan. Di sekitar desa terhampar lahan pertanian. Banyak tetangga memelihara ayam dan menanam sayur dan buah-buahan sendiri. Setiap hari terdengar kecipak-kecipuk sepatu kuda.

Teringat masa-masa awal kami membelinya. Ketika itu saya sudah tak tahan hidup di apartemen tinggi. Tetangga ribut seenaknya. Lift sering rusak. Ada yang suka buang sampah seenaknya di koridor bawah.

Tak tahan, dengan bekal uang di tabungan sebagai uang muka, kami berniat mengambil cicilan rumah. Beberapa iklan rumah dijual kami lihat id koran dan internet. Tak ada yang cocok. Ada yang cocok, sudah keduluan orang lain. Sampai kemudian kami melihat-lihat rumah satu ini.

Tempatnya enak. Rumah berdiri sendiri. Pekarangannya luas hampir 500 meter persegi. Lingkungannya pun terlihat baik. Di desa ini tersedia satu supermarket lengkap. Kami hubungi makelarnya untuk melihat bagian dalam.

Usia rumah ini sendiri sudah 80 tahunan. Tapi dibangun masif, masih terlihat kokoh. Beberapa bagian perlu renovasi, tapi masih terbilang layak ditinggali. Dan, di halaman belakang ada pohon Magnolia. Dulu sebelum punya rumah, saya selalu bercita-cita untuk menanam Magnolia. Saya anggap ini pertanda baik.

Tanpa melalui proses berbelit, kami meninggalinya berbulan kemudian. Mungkin ini yang dinamakan jodoh. Kami dimudahkan untuk memiliki dan meninggalinya hingga kini.

Kami punya impian satu lagi. Jika ada rizki ingin membeli rumah di tanah air. Siapa tahu kami akan melewatkan hari tua di sana. Β Informasi properti di tanah air pun mudah di dapatkat di internet. Di antaranya di sini :Β Jual rumah anda dan menang lewat peraduan Tebak & Menang Rumah Gratis123.

14 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: