Ada berapa kali musim hujan di Jerman?
Hmmmm, musim semi dan gugur itu relatif sering hujan. Di awal musim semi, biasanya supermarket mulai menawarkan barang-barang musim hujan. Seperti sepatu boot plastik, jas hujan, dan payung. Boots dan mantel hujan banyak yang didesain khusus buat wanita. Cakep-cakep deh.
Oh ya, selain dua musim tersebut, di musim dingin, kalau suhunya tak terlalu dingin, yang turun ke bumi bukannya salju, melainkan air. Alias hujan. Kala musim panas pun demikian. Jika suhu terlalu panas, biasanya tak lama kemudian terjadi badai. Angin dan air tercurah ke bumi. Jadi ada berapa kali musim di Jerman kalau begitu? Hampir di segala musim. Alhamdulillah.
Artinya bagi kami? Ya kudu selalu siap sedia perlengkapan hujan. Payung tersedia setidaknya satu di mobil. Mantel hujan selalu tergantung dekat pintu depan di lantai dasar rumah kami.
Di rumah selalu siap sedia, kok ya pas di perjalanan kami tidak siap-siap menyambut hujan. Ceritanya waktu keluarga pelancong bertandang ke Irlandia. Wah di negeri ini, kami dikejutkan oleh cuaca tak menentu. Emak kurang riset waktu itu. Kami tak siap dengan perlengkapan hujan. Hanya bawa jas hujan tipis. Gak pakai sepatu anti air dan celana khusus hujan.
Waktu ke Glendalough, pemandu wisatanya sudah menanyakan, apakah kami mengenakan rain gear yang baik? Wah, seadanya saja, jawab Emak. Walau sempat hujan deras, kami masih beruntung. Di Glendalough hujannya tak terlalu deras.
Hari berikutnya waktu ke pantai barat Irlandia, kami tak seberuntung sebelumnya. Cuaca yang sebelumnya cerah di Doolin, sampai di Cliffs of Moher yang jaraknya tak sampai 10 km, mendung tebal menggantung. Tak lama, bress, hujan deras. Mantel hujan tipis kami pun tak mampu menahan derasnya hujan. Airnya tembus sampai ke dalam. Sampai kami lama numpang mengeringkan kaos kaki di tempat mengeringkan tangan.
Biuhhhhh… itu pengalaman jalan-jalan di tengah hujan terparah kami selama ini. Memang kurang nyaman melakukan perjalanan kala hujan. Susah mau memotret. Emak sudah membeli plastik khusus pelindung kamera sebenarnya. Tapi kok sering lupa dibawa jalan.
Selain sepatu boots, mantel, dan celana hujan, Emak baru menyadari bahwa di rumah terdapat benda pelindung hujan lainnya. Waktu itu tiba-tiba mobil kami harus diistirahatkan dulu. Ada sesuatu yang bocor dan harus diperbaiki. Kira-kira seminggu prosesnya. Sebenarnya bisa cepat, namun Bapak sedang sibuk di kantor, jadi tak sempat memperbaiki.
Qadarullah, cuaca minggu itu sering hujan. Mana hujan di musim dingin, kalau berangin, rasanya tambah dingin. Mau tidak mau Bapak bersepeda ke kantor. Jarak rumah dan kantor sih tidak terlalu jauh. Sekitar 12 km. Kalau naik sepeda santai sekitar setengah jam.
Outfit Bapak lengkap. Mulai helm sepeda, mantel dan celana penahan hujan. Dan paling bawah adalah cover hujan sepatu.
“Hah, kamu sudah punya pelindung sepatu? Kapan beli?” tanya Emak menyelidik.
“Waktu itu, ada penawaran di Aldi,” jawab Bapak. “Aku kan butuh. Kayak sekarang, nih. Bermanfaat, kan!”
Iya, benar juga, pikir Emak. Sepatunya jadi gak basah. Ke kantor gak perlu bawa sepatu boots tahan hujan. Cukup pakai sepatu biasa, lalu ditutup cover hujan sepatu.
Cover hujan sepatu Bapak itu warnanya hitam. Ada tanda left dan right-nya biar gak bingung saat mengenakan. Ada tulisan Thinsulate Insulation di bagian belakang. Menandakan bahannya terbuat dari serat khusus yang bisa menginsulasi panas. Bagian bawahnya terbuka. Namun ada karet penahan, agar ia tak mudah copot ketika dipakai.
Emak sempat mencoba memakai kaver hujan ini. Tapi pakai sepatunya ada hak setinggi 3 cm. Pas Emak pakai, panjangnya selutut. Cover hujan sepatu milik Bapak cocoknya untuk kaver sepatu pantofel. Emak pakai boots musim dingin juga gak cocok. hehehe.
Sekilas ngeliatnya kayak sepatu kungfu gitu karena gak ada tali sepatunya hihi. Jadi ingat beberapa tulisan pelancong yang ketika masuk ke kuil-kuil dikasih pinjem cover sepatu kayak gini. Bagus, biar lantainya gak kotor.
hihihihi… jadi inget Jet Lee. Cuma yang ini bawahnya bolong. Iyah, bagus juga idenya dikasih pinjem alas sepatu khusus gitu, yah. Pengunjung gak repot membuka dan nyimpen sepatunya di mana. 🙂
Kami selama tinggal di Batam sini juga harus siap-siap ama perubahan cuaca yang gak jelas, mbak… Jadi beneran kudu prepare.
Btw itu cover sepatunya bener seperti yang dibilang Yayan, saya juga ngeliatnya seperti sepatu kungfu 🙂
mbaa, di jogja udah mulai ada juga niii… kebayang kl di sana kl gak pake boot bakalan adeemm sampai ke tulang2 yaa.. sehat-sehat dengan cuaca yang lagi galau ini.. hihihihihi
@Mbak Dee An: berarti Batam kayak Singapura juga ya, Mbak. Btw, kaver sepatu yang di tokopedia itu cantik-cantik. Warna-warni lagi. Jadi pengen beli juga. 🙂
@Ima: Di Jerman lagi wabah sakit emang, Ma. Ada grippenwelle. Kami kemarin gantian batuk pilek. Alhamdulillah sekarang dah baikan semua. 🙂
Dulu jaman sekolah, kalo hujan sepatunya dibungkus kresek biar nggak basah. Wonge teles gak opo2, nek sepatu teles menesuk alamat sepatune mambu hahaha….
hehehhehehe, iyo Mbak Ellys. Soale koyok aku mbiyen sepatune ora ono tunggale. Dibungkus kresek, dadine lunyu banget. 🙂
Iya betul cover hujan sepatu itu penting banget apalagi buat yg sering pake motor kaya aku 🙂
Setelah musim semi ini, Mansoon bakalan menerjang India. Hujan dan becek dimana mana. Tempat sekolah si kecil deket. Cuman 3 blok. Tapi kalau hujan terpaksa langganan becak, takut sepatunya basah dan gatel gatel. Ternyata ada sepatu. Nice info mbak
Bye bye kresek….. hehehe
@Zahra: iya ya, Zahra. Aku baru tahu lho ada kaver kayak gini. Makanya kaget pas suamiku make. 🙂
@Zulfa: Yen mansoon ngunu, sampak banjir, gak, Zulfa? Yen arek sekolah jareku luwih praktis nggawe sepatu boots sing tahan air wae, Zulfa. Biasanya anakku sing cilik ngunu. Celana hujan, mantel hutan, karo sepatu boots.
Aku udah naksir cover sepatu hujan sejak tahun lalu tapi belum kesampaian beli. Pertama liat iklannya di toko online. Warnanya macem2.
Kalau aku selama ini lebih milih pake sendal kalau pas pulang kerja hujan. Mungkin kapan-kapan deh beli, makasih referensinya Mbak 😉
Iyah, yang di toko online itu warnanya cakep2, Mbak Rien. Aku juga naksir. Pengen yg ijo. 🙂
@Mas Ihwan: Jadi inget zaman kuliah dulu. ITS dulu kadang kebanjiran. AKu juga pakai sandal ke kampus. Sepatunya disimpen di tas. Kalau mau masuk kelas, baru pasang sepatu. 🙂
baru tahu kalau ada cover sepatu hujan..bagus jg ya utk melindungi sepatu kalau hjna.apalgi spt aq g suka bepergian dgn motor..tp yo kalau diind mah aq naik motornya pake sandal..hehehe
@Dewi: pakai sandal lebih praktis ya, Wi. hehe.
aku butuh itu mbak, soale aku mesthi kehujanan klo musim ujan gini
@Mas Priyo: Sip, Mas. Di Indonesia, kalau musim hujan memang dasyat, yah. Mak bress. Deres banget.