Keluarga pelancong termasuk jarang membeli gadget. Apalagi yang bermerek dan mahal-mahal. Biasanya kami membeli kalau sedang perlu saja. Alhamdulillah selama ini, gadget yang kami punyai relatif awet.
Itu berlaku pula saat membeli hand phone. Telefon genggam Emak yang usianya sudah lebih dari sepuluh tahun masih bisa dipakai hingga kini. Zaman orang sudah pakai smartphone, Emak masih setia dengan telefon genggam yang bisanya cuma menelfon dan sms saja. Telfon jadul, sudah pantas masuk museum, komentar salah satu teman Emak.
Semasa akan mengunjungi Islandia Oktober lalu, ada sedikit masalah. Alat GPS kami ternyata tak memiliki peta negeri di Atlantik Utara tersebut. Padahal kami sangat membutuhkan GPS selama di sana. Sebab kami berencana membawa kendaraan sendiri untuk menjelajah Islandia. Dan peta ADAC tebal dan berat milik kami pun tak mencantumkan peta Islandia. Duhh. Ada beberapa opsi pemecahan masalah.
Pertama, kami meminjam peta Islandia dari perpustakaan. Atau bisa juga membeli sendiri. Emak biasa meminjam buku panduan sebelum bepergian. Di dalam buku panduan yang lengkap, biasanya terdapat peta bagus. Alternatif ini kami lakukan. Akan tetapi, sudah terbiasa dimanjakan teknologi GPS, kami khawatir kalau harus selalu meneliti peta, perjalanan mungkin akan terganggu.
Alternatif kedua adalah membeli software baru berisi peta Islandia pada penyedia peta di alat GPS kami. Sekaligus update peta di dalamnya. Ya, ternyata harganya lumayan mahal juga. Pilihan berikutnya adalah membeli alat GPS baru yang petanya lebih lengkap. Waks, ini juga tidak murah. Lagian sayang GPS lama masih bisa digunakan, walau petanya kurang up to date. Opsi terakhir kami adalah membeli telefon genggam yang memiliki piranti lunak peta dunia.
Bapak pilih opsi terakhir. Alasan Bapak agar beliau bisa mewariskan telefon genggam miliknya, sebuah hape HTC, pada Emak. Supaya Emak agak melek teknologi sedikit. Supaya Emak bisa whatsapp-an juga. Kan whatsapp Emak perlukan untuk bekerja. Baik sekali dikau, Pak. Walau Emak tahu, Bapak sebenarnya pengen hape baru. hehehehe.
Emak setuju. Syaratnya: harga hape masih dalam bujet yang Emak tetapkan, punya fasilitas peta dunia, kameranya lumayan buat motret, minimal 5 MP lah, modelnya Emak suka, dan storage-nya lumayan buat menyimpan data dan mengunduh aplikasi yang mungkin kami butuhkan.
Setelah melakukan riset sederhana, pilihan jatuh pada Nokia Lumia 630. Di waktu hampir bersamaan, ada penawaran hape tersebut di sebuah jaringan toko elektronik. Bungkus. Rencana kami, ingin membeli sekaligus dengan Screen Guard yang sesuai. Sayangnya di toko itu, tak ada pelindung layar buat Nokia Lumia 630.
Gampang, beli online saja, kata Bapak. Beliau mau cepat membeli pelindungnya. Sayang hapenya kalau gak pakai pelindung, demikian alasan Bapak. Biar gak mudah tergores. Emak manut-manut saja. Untungnya, membeli barang secara online sekarang bisa dikirim relatif cepat. Dua tiga hari setelah membayar, barang pesanan sudah diantar oleh Pak Pos ke alamat rumah kami.
Kesan kami tentang Nokia Lumia 630? Sampai saat ini sih puas menggunakannya. Sesuai dengan harganya yang relatif murah, lah. kameranya memang tak ada blitz. Namun itu bukan masalah berarti bagi keluarga pelancong. Yang jelas, petanya berfungsi dengan baik selama kami berkeliling wilayah timur laut Islandia. Tak ada masalah sama sekali dengan peta dan GPS. Tapinya sebelum pergi diunduh dulu peta yang dibutuhkan.
Screen Guard sang pelindung layar pun masih setia menempel hingga kini. Bahannya tipis, dan tak mengganggu kinerja touch screen. Warna layar pun tidak buram. Semoga saja telefon genggam tersebut awet dipakai.
Aku juga termasuk yang jarang beli gadget, mbak.. Kalau gak sampe bener-bener rusak parah, gak bakalan beli yang baru. HP HTC itu hasil fotonya bagus ya mbak…
HTC punya kami udah jadul juga sih, Mbak Dee An. Udah 4 tahunan usianya. Kalau waktu pertama beli sih, kameranya yg lumayan bagus. Kalau yang keluaran terbaru mestinya lebih keren lagi. 🙂
Screen Guard (SG) ini penting sekali buat aku mbak. Soale hp kalo sedang nganggur sering banget dipake anakku buat liat-liat gambar hewan. Kalo sedang make, itu jarinya sret sret sret ga kira-kira. Kadang kalo hp nya sedang tengkurep, pake ditarik rada diseret gitu. Haduuuh untung pake SG. Biarin deh SG nya yang baret2 :))
iniii penting bangeett utk saya mb iraa *Sesuai pesen panda kl ganti gadget baru* maklum yaa foto-foto selalu dari hp, makanya frekuensi jatuhnya akan lebih sering.. ada screen guardnya lumayan kalau jatuh bagian layar gak gesek.. apalagi perempuan, masuk ke tas bercampur dengan semua pernak pernik, keluar2 layar HP bisa lecek kl tanpa screen guard,, hihihihi..
@Mbak Rien, Ima: waaaa, iyah yah. Selama ini aku nggak terlalu ngeh akan fungsinya. Lha wong hapeku jadul gak pake layar sentuh. Ternyata memang sangat bermanfaat, ya. Makasih share-nya, ya…