Salah satu aspek menarik perjalanan, adalah gairah ketika mendatangi tempat-tempat yang sebelumnya hanya kita kenal lewat buku, majalah, televisi atau berita di koran. Apalagi jika kota tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah. Melihat secara langsung kota Sarajevo, salah satu ajang perang terakhir di Eropa, perasaan Emak campur aduk antara exciting, sedih, marah.
Sarajevo masuk dalam the hottest places 2014 versi The New York Times. Di musim dingin seperti sekarang, tak banyak turis berkeliaran. Tapi setiap hari, ia selalu terlihat ramai. Bahkan di liburan natal, masih banyak toko dan tempat makan buka.
Kabut tebal masih menemani perjalanan di hari kedatangan kami di Sarajevo. Apalagi GPS bermasalah. Tak bisa menunjukkan alamat apartemen. Padahal hari hampir menunjukkan pukul sembilan malam. Kami lelah setelah perjalanan seharian dari Banja Luka, Jajce dan Travnik. Inginnya cepat sampai apartemen dan istirahat. Sang pemilik apartemen berkali mengirim sms, menyuruh kami mencari halte tram Bascarcija. Halte tersebut akhirnya ketemu, namun setiap kali bertanya ke orang mengenai letak Vratnik, mereka selalu menjawab, „Oh, it’s hard to explain.“
Ya sudah, kami putuskan menyewa taksi. Ternyata tak jauh dari Bascarcija, tapi lokasinya mendaki ke sebuah bukit. Sangat susah mencapai jalanan sempit apartemen tanpa petunjuk orang yang benar-benar tahu tempat tersebut. Tempat parkir kami berada di dalam kompleks pemadam kebakaran. Senada, pemilik apartemen menyambut dengan sangat ramah. Di sekitar apartemen kami adalah perkampungan ynag tampak agak kumuh. Anjing-anjing berkeliaran. Sampah-sampah berserakan. Para sopir taksi mangkal di pinggir jalan. Karena ada halte bus kota, hampir tak pernah sepi di sini.
Sehari kami menjelajah Sarajevo dalam kabut dan dingin. Bahkan sarung tangan tebal tak mau menahan dinginnya udara. Setelah salat zuhur di Masjid Beg, Retno mentraktir kami makan burek. Mirip borek di Turki, penampakannya berbeda. Burek Bosnia lebih digulung panjang-panjang. Isinya keju, kentang, daging cincang. Kami mencoba semua varian burek yang tersedia. Semuanya enak. Anak-anak paling suka burek isi daging berbaut yogurt.
Sarajevo masih menyimpan banyak peninggalan Usmani. Masjid Beg dengan madrasah, jam dan daerah di sekitarnya. Di kota ini, perang dunia pertama dipicu. Gravilo Princip menembak mati pangeran Austro-Hungaria, Franz Ferdinand dan istrinya pada 28 Juni 1914. Di dekat lokasi penembakan berdiri sebuah museum. Peninggalan perang terbaru pun masih bisa dilihat di banyak tepat di Sarajevo. Meski banyak bangunan bersejarah sudah diperbarui.