Kembali dari Gozo di Pulau Malta, kami tak ke Sliema. Melainkan naik bus langsung menuju Valetta. Kami ingn menengok sebentar Candi Tarxien sebelum mengunjungi satu-satunya mesjid di Malta. Seorang lelaki mengucapkan salam kepada kami sekeluarga di halte pelabuhan Cirkewwa. Walau tak sempat biacara panjang, mendengar ucapan salam saja cukup bahagia rasanya.
Perjalanan panjang menuju Valetta, tak didominasi pemandangan pantai seperti rute Sliema – Cirkewwa. Bus lebih banyak melewati kota-kota kecil di Malta. Sebagian tampak ramai dan menjadi pusat-pusat para wisatawan. Sekali lagi, hampir semua anggota keluarga pelancong kecuali Emak nyanyak tertidur dalam bus. Perjalanan Cirkewwa – Valetta memang lumayan jauh, berjarak sekitar 30 kilo dan memakan waktu sekira tiga per empat jam.
Dari terminal bus Valetta, banyak bus lewat halte bus Tarxien. Saat turun, tak terlihat ada tanda-tanda candi di sekitarnya. Kami sempat bingung sebelum seorang bapak tua menunjukkan arah jalan menuju kesana. Letaknya hanya beberapa ratus meter dari halte. Sepertinya sudah tutup, kata beliau. Jika demikian, kalian masih bisa melihat sebagian candi dari luar pagar kompleks, jelas beliau lagi.
Sebenarnya, saat kami sampai di sana, kompleks candi ini masih buka. Tarif masuknya kalau tidak salah 6,50 euro tiap orang dewasa. Kompleksnya kecil saja. Makanya kami putuskan melongok dan memotret dari luar saja. Kompleks Tarxien ini tak sebesar Hagar Qim. Batu-batunya pun berukuran tak terlalu besar. Setelah memperhatikan beberapa foto, Embak menemukan bahwa salah satu sususan batu di candi dijadikan motif di salah satu uang logam euro Malta.
Puas memeotret Tarxien dari luar, kami pergi ke satu kompleks candi prasejarah lain lagi. Hal Saflieni Hypogeum namanya. Berbeda dengan Tarxien, Hypogeum tak bisa dinikmati dari luar pagar. Sebab dia adalah kompleks candi di bawah tanah. Tarif masuknya jauh lebih mahal. Dua puluh euro per orang dewasa. Dan katanya, untuk menjaga isi candi, setiap kali masuk, hanya diperbolehkan tak lebih dari 80 pengunjung. Embak ingin sekali masuk ke sana. Sayang kami belum punya waktu dan dana cukup untuk itu. Hanya bangunan luarnya saja kami foto waktu itu.