Walau hampir semua itinerary perjalanan kami buat sendiri, dan kami melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang kami pilih sendiri, keluarga pelancong sama sekali tidak anti ikutan tur yang diselenggarakan oleh agen perjalanan. Tur kadang menjadi pilihan lebih tepat untuk menikmati waktu perjalanan kami. Seperti saat ke Irlandia dulu, kami pilih ikutan tur. Dengan waktu terbatas, kami bisa mengunjungi berbagai tempat yang susah atau jarang dicapai oleh kendaraan umum. Tur-tur wisata memang cocok bagi mereka yang punya waktu terbatas, namun ingin mengunjungi beberapa tempat sekaligus. Atau buat mereka yang nggak punya waktu untuk membuat rencana perjalanan sendiri.
Waktu kami di Montenegro sangat-sangat terbatas. Hanya Emak alokasikan tiga hari. Banyak banyak sekali destinasi wisata keren di negeri ini. Selain waktu terbatas, kami mulai kepayahan. Umur gak bisa bo’ong yah. Setelah road trip panjang dari rumah ke beberapa kota di pesisir barat Kroasia, langsung lanjut Montenegro, pegal-pegal di seluruh badan mulai melanda. Ikutan sebuah grup tur merupakan keputusan sangat tepat. Thanks Gia dan Slavenko yang merekomendasikan tur ini.
Baca juga : Montenegro Revisited
Baca juga: Sistem Pertahanan Kota Tua Kotor
Tentang Great Montenegro Tour
Operator tur ini adalah sebuah agen bernama 360Monte. Kantor pusatnya di kota tua Kotor. Di depan Old Town Hostel. 360Monte memiliki situs bagus yang bisa kita akses infonya. Mereka memiliki beberapa penawaran tur dengan tema serta lama perjalanan beragam. Yakni full day tours, short tours. Full day tours, sesuai namanya memakan waktu seharian. Sekitar 12 jam atau bahkan lebih. Terdiri dari Great Montenegro Tours, Tara Tours, North Montenegro, dll. Short tour memakan waktu paling lama setengah hari. Misalnya saja walking tour Kotor, serta hiking ke benteng Kotor. Menurut Gia, yang paling banyak peminatnya adalah Great Montenegro Tour.
Tur ini bisa dipesan melalui internet, atau datang langsung ke kantor #360Monte. Kalau udah punya rencana perjalanan fix di Montenegro, pesen jauh-jauh hari sebelumnya secara online lebih baik, menurut Emak.
Oh ya, selain menawarkan tur, 360Monte juga menyediakan jasa shuttle buat transfer Kotor – Tirana (Albania) – Kotor. Serta Kotor – Mostar (Bosnia-Herzegovina) – Kotor. Banyak traveler muda berkeliling banyak negara Balkan dalam satu kali trip. Mereka datang dari negara-negara sekitar Montenegro, seperti Bosnia-Herzegovina, Kroasia, serta Albania.
On the Tour
Peserta tur berkumpul di depan Oldtown Hostel di kota tua Kotor sekitar pukul setengah 9. Hari itu, entah karena apa, kami agak telat berangkat, kira-kira setengah jam. Ognjen, pemandu kami hari itu, mengabsen peserta. Kami lalu beriringan berjalan ke luar tembok, tempat bus kami mangkal.
Ognjen ini seorang insinyur, belum lama lulus, between jobs. Untuk nambah pengalaman, dia kerja dulu jadi pemandu. Bahasa Inggrisnya bagus. Peserta tur hari itu hampir 30 orang. Rame. Rata-rata masih muda. Emak dan Bapak peserta paling senior (dibaca: tuwir). Seru juga barengan sama anak-anak muda berjiwa petualang ini. Asal mereka dari Inggris, Jerman, Spanyol, USA, Makedonia. Kebanyakan dari mereka sudah melanglang dunia. Bahkan udah ada yang keliling Indonesia pakai motor dan sering milih tinggal dengan penduduk lokal. Awesome.
Tur ini berlangsung sangat lama. Nornalnya sekitar 12 jam. Hari itu, 13 jam-an. Jarak antar destinasi tidak terlalu jauh. Akan tetapi, banyak destinasi menarik dikunjungi. Serta di sore hari, lalu lintas macet sekitar Budva. Semua peserta terbilang tertib mengikuti jadwal yang sudah disepakati. Terutama saat kami berkesempatan eksplor sendiri. Apa saja sih tempat yang kami kunjungi selama tur?
Old Austro-Hungarian Road
Tak lama usai meninggalkan kota Kotor yang aduhai cantiknya, kami langsung menuju jalanan penuh tanjakan. Ke arah Pegunungan Lovcen. Jalan yang kami lalui istimewa. Dibangun di masa kekuasaan Kekaisaran Austro – Hungaria, sebuah bekas negara besar di Eropa. Mereka membangun benteng serta jalan di Monetenegro. Salah satunya adalah jalan sepanjang 38 kilometer, penghubung Kotor dengan bekas ibukota Cetinje.
Jangan sampai merem deh kalau lewat jalan ini. Sayang banget melewatkan pemandangan spektakuler. Emak dan Bapak udah nyiapin kamera. Paling seru adalah ketika melewati 30-an kelokan sepanjang 8,3 kilometer, dikenal sebagai Kotor Serpentines. Tiap kelokan punya nomor. Yang bikin makin istimewa, selain jalannya sudah kuno, lebarnya pun terbatas. Jika berpapasan dengan mobil lainnya, sering kali salah satunya kudu ngalah. Berhenti atau bahkan mundur dulu demi memberi jalan. Karena bus tumpangan kami besar, sering kali kendaraan di depan kudu mengalah.
Bus berhenti sekitar 10 menit di kelokan nomor 25. Memberi waktu peserta menyesap keindahan Teluk Kotor dari ketinggian sekitar satu kilo mdl. Emak berharap bisa mengambil foto kelokan mirip seperti yang terpampang di internet. Ternyata kelokannya gak terlihat dari atas. Kata Gia, gambar-gambar tersebut diambil dari drone. Atau mungkin dari helicopter. Dari atas, bandara Tivat, Bay of Kotor dan pegunungan sekitarnya tampak nyata.
Restoran Tertua Montenegro
Bus kembali mendaki melewati jalan pegunungan. Jalan baru juga mulai dibuat. Sesekali kami berpapasan dengan alat-alat berat pemecah batuan gunung. Pemandangan scenic tetap saja menemani hingga ke atas. Melewati ketinggian lebih dari seribu mdl di Desa Njegusi, tempat kelahiran pemimpin besar Montenegro Petar II Petrovic-Njegos. Desanya kecil, terdiri dari berbelas rumah terbuat dari batuan alam. Desa ini menjadi sebuah desa wisata. Hampir setiap rumah di pinggir jalan menjual keju dan prsut atau prosciutto.
Restoran tua ini terletak di tepi jalan besar. Kafana Kod pera Bukovicu, 1881, tertulis di bagian depan. Beberapa mobil sedang terparkir di sana. Bangunan fisik restoran tak setua bayangan Emak sebelumnya. Oh ya, sebelumnya, sarapan kami dipesankan terlebih dahulu oleh Ognjen. Peserta boleh pesan roti tawar dengan prosciutto atau keju. Kami pesan keju. Harga sarapan tersebut plus minuman adalah 4 euro (Rp. 60.000,-). Sebelum sarapan, bergantian kami masuk ke ruang sebelah. Mengamati tempat pembuatan prosciutto alias daging asap ini.
Setiap orang mengambil pesanannya masing-masing. Di dekat kasir, Emak perhatikan satu rak berisi keju dan prosciutto homemade. Serta beberapa makanan diawetkan dalam toples gelas. Emak dan Bapak milih roti isi keju, ditemani secangkir segelas jus jeruk. Kami memilih duduk di luar. Di sebuah pavilyun kayu berpemandangan pegunungan. Pagi hari itu sudah mulai terasa panas. Roti tawarnya tebal dan empuk. Kejunya pun royal. Belum habis stengah, Emak sudah mulai kenyang. Bungkus saja sisanya.
Makam Petar II. Petrovic-Njegos di Pegunungan Lovcen
Balik lalui Desa Njegusi, bus kami berbelok ke arah pintu masuk Taman Nasional Lovcen. Setiap orang dikenai bea masuk sebesar 3 euro atau 45 ribu rupiah lebih sedikit. Anak-anak gratis. Kembali kami meliuk-liuk di badan bus. Emak mulai mengantuk. Taman nasional ini disebut sebagai lautan batu. Pegunungannya emang terdiri dari bebatuan. Sebagian tertutup pepohonan yang tidak terlalu tinggi, serta tanaman perdu. Batu-batu besar kecil berserakan, dan jalanan sering dibangun di samping tebing batu yang terlihat mudah longsor.
Bus melaju pelan. Di jalanan seperti ini, kecepatan rata-rata sekitar 30 km per jam. Di satu jalan agak lebar, Pak sopir berbalik. Kirain udah sampai. Ternyata bus masih mendaki dalam keadaan mundur. Aplaus buat Pak sopir. Keren banget emang. Berulang kali Emak menahan napas ketika lewat jalan pegunungan. Selain sempit, tak semua pinggirnya diamankan dengan pagar. Jembatan-jembatan kecil juga dibuat tanpa pengaman di sisinya. Bus mundur di tanjakan kira-kira 500 meter. Di atas, parkiran sudah penuh. Tak memungkinkan bagi sebuah bus muter di atas sana. Banyak sekali mobil berpelat asing melawat.
Kami hiking sedikit sampai di dasar anak tangga ke arah makam. Lumayanlah, 500-an tangga harus kulewati. Agak ke atas, tangganya dibuatkan terowongan. Mengurangi efek terik matahari. Emak tertinggal jauh di belakang. Dua hari sebelumnya, sudah berturut-turut mendaki di Dubrovnik dan Kotor fortification. Dengkul protes. Emak tak menyerah, satu per satu tangga Emak lalui.
Njegos, sang Bapak Montenegro dimakamkan di puncak tertinggi kedua di Pegunungan Lovcen, di Jezerski vrh., 1657 mdl. Dahulu makam beliau sederhana saja. Pemugaran dilakukan dengan bantuan dari banyak negara. Terowongan di atas tangga dibangun dengan bantuan Rusia. Kompleks mausoleum Njegos dikelilingi tembok tinggi. Gerbangnya tertutup pagar besi. Emak membayar 3 euro. Dua patung wanita berpakaian tradisional menyambut kami di depan. Kami masuk ke satu ruangan besar temaram berisi patung garnit Njegos sedang duduk. Dibelakangnya berdiri seekor burung garuda. Atap ruangan ini terbuat dari ribuan lempengan emas murni, sumbangsih rakyat Italia. Saynagnya emasnya gak ada yang copot dan jatuh, yah.
Makam njegos terletak agak di belakang. Di bawah tanah, tangganya sempit. Di dalamnya bernuansa keramik terang. Karangan bunga sederhana menghiasi pusara. Tak lama kami di sana. Pengunjung bergantian masuk keluar. Kami tak langsung kembali turun. Melainkan berjalan ke balik mausoleum. Sebuah teras bundar menanti. Tempat kita bisa menyaksikan panorama Montenegro 360°.
“Di sana, perbatasan Monetenegro dengan Bosnia. Sebelah situ perbatasan dengan Kroasia. Di sana Albania. Jika sedang cerah, kita bisa menangkap bayangan Italia di seberang lautan.”
Emak meminta teman-teman seperjalanan berfoto bersama di sini. Surprise berat, karena pada mau. Awalnya pesimis. Eh, pas difoto pada antusias.
Pas turun, Emak ngobrol sama seorang wanita asal Manchester, Inggris. Liburan bersama seorang kawan wanita lainnya. Mereka landing di Dubrovnik, dan balik ke Inggris lewat Tivat.
“Tau nggak, aslinya aku nggak ngerti loh, dia ngomong apa,” Emak ngaku ke Embak dan Bapak. Mereka pun ngakak.
“Gayamu tadi kayak yang mudeng ajah. Kirain kamu udah ekspert bahasa Inggris British.”
Cetinje
Turun gunung, Cetinje destinasi kami berikutnya. Sebelum digantikan Podgorica, Cetinje merupakan ibukota Montenegro. Hari sudah sekitar pukul 2 lebih. Mestinya kami udah makan siang di tempat lain. Ognjen minta maaf, karena tur molor.. Teman traveler sepertinya tak ada yang keberatan.
Sepi, kesan pertama Emak tentang kota ini. Penduduknya sekitar 16 ribu jiwa. Pemilik toko suvenir di pojokan duduk santai menunggu pelanggan. Pusat kota Cetinje tak terlalu luas. Kami berjalan melintasi jalan utama. Gedung-gedungnya berwarna-warni cantik. Tapi tidak kelihatan terlalu kuno.
Hari cerah berubah mendung di Cetinje. Lalu gerimis, sambung ujan lumayan deres. Teman-teman seperjalanan pada cuek, meski gak pakai payung. membunyikan bel, kami masuk sejenak di gereja Rodena Bogorodice. Di dalamnya, bersemayam Raja Nikola I. beserta istrinya, Milena. Museum etnografi di seberangnya menarik Emak. Tapi kami tak masuk. Satu tempat penting yang kami kunjungi adalah Biara Cetinje. Pusat spiritual sejak tahun 1430. Tak boleh memotret di dalamnya. Dan kami mesti berpakain rapi. Di bagian depan tersedia kain untuk penutup kepala dan betis pengunjung. Bapak dan Adik membawa sarung. Pas masuk, eh ada dua turis bandel. Nekad motret. Keduanya langsung diusir oleh penjaga.
Danau Skadar
Petualangan berlanjut ke arah Rijeka Crnojevica. Desa mungil di tepi Skadarsko jezero atau Danau Skadar. Danau yang terbagi antara Montenegro dan Albania. Dari highway menuju Podgorica, bus belok ke jalan lebih kecil. Rumput dan pepohonan tampak baru terbakar. Bus berhenti sepuluh menit di tempat scenic di atas sebuah tebing. Di atas, terlihat lekukan sungai Rijeka Crnojevica berbentuk tapal kuda, sebelum ia bermuara ke Danau Skadar. Emak tak terlalu bersemangat pepotoan. perus udah mulai melilit. Untunglah tak lama, kami naik ke atas bus, dan langsung menuju restoran Poslednja luka.
Restoran terbuka ini sedang ramai. Pengunjungnya kebanyakan keluarga. Karena mejanya banyak, cukup buat peserta tur. Mereka menyediakan menu daging, ayam. Tapinya pas kesini, kami tak melewatkan menu spesial mereka. Ikan danau goreng. Ikan yang hidup di Danau Skadar. Harganya 7,5 euro per porsi.
Baru duduk, datang sepiring kecil salad segar buat masing-masing. Berisi potongan tomat dan salad segar. Dikucuri sedikit minyak zaitun, ia jadi hidangan pembuka istimewa. Empat piring tandas dalam sekejap. Setelahnya, datang semangkok sup ikan. Sup tomat ikan, tepatnya. DImakan bersama potongan roti. Hidangan utamanya muncul dalam sebuah piring besar. Ikan goreng segar dimakan bersama kentang rebus. Nyam-nyam. Ikannya tidak bau tanah. Gurih dan sedikit manis. Lezatos deh. Pokonya kudu nyoba ini kalau kemari. Restoran Poslednja luka ini letaknya agak tinggi. Dari sini tampak view sungai dan jembatan batu.
Kisah seru berikutnya menanti. Berjalan ke arah pusat kota, kami diajak ke pinggir sungai. Menaiki sebuah kapal berkursi dan meja kayu. Kapalnya besar. Cukup buat seluruh peserta, guide, plus kapten kapal. Masih muda dan topless. Memandu kapal sambil menyetel musik dnegan keras. Ognjen sebelumnya sudah wanti-wanti peserta. Yang mau berenang kudu siyap-siyap. Setelah kira-kira 15 menit naik perahu, pak Kapten berhenti. Memberi kesempatan kami untuk nyebur. Beberapa cewek tiba-tiba udah berbikini ajah. Byur, byur, byur bergantian. Adik pengen. Dia gak pengen berenang. Cuma mau ambyur-ambyuran. Lompat dari kapal sambil salto kayak di Labuan Bajo.
Yang gak ikut nyebur, milih minum wine yang tersedia di kapal. Emak lebih suka mengambil video sekalian menikmati serenada indah Danau Skadar. Enceng gondok tumbuh di pinggir. Burung-burung beterbangan di permukaan air. Air danaunya hangat, kata mereka. Tak lama, seorang gadis muda mengajak Emak mengobrol dalam bahasa Jerman. Dia berasal dari Australia. Liburan ke Montenegro beserta kakak perempuan dan adik lelakinya. Ibunya Jerman, bapaknya Ostrali. Katanya ia pengen praktik bahasa Jermannya yang gak terlalu lancar. hihihihi, Emak jadi agak tersanjung.
Budva
Hari mulai gelap. Keseruan hari itu belum usai. Masih ada satu destinasi asyik: Budva. Memasuki kota, bus disambut kemacetan. Gak sampai stuck, tapi memperlambat belasan menit waktu perjalanan kami. Waktu kami tak banyak. We’re long behind the schedule. Jam udah hampir menunjukkan pukul 09 malam. Akan tetapi Budva masih sangat ramai. Suasananya kayak di Bali.
Tak banyak waktu untuk eksplor kota tua Budva. Walau ramai, Emak merasa Budva charming. Model kota tua Kotor yang dikelilingi tembok, namun lebih kecil. Gang-gangnya sempit, penuh toko. Monuemen-monumen bersejarah berbaur dengan kehidupan moderen. Menampilkan perpaduan unik. Di luar tembok ada pantai. Di malam hari, ada saja yang bercengkerama di sana. Ah, Emak pengen kemari lagi. Mungkin tak di saat high session kayak kayak gini.
***
Sehari yang luar biasa bagi Keluarga Pelancong. Mengesankan. Worth every penny and every minute. Keren banget 360Monte bikin turnya. Oh ya, kalau lihat di website, mereka juga punya tur lain yang gak kalah keren. Perlu dicoba lagi kalau kami balik lagi ke Montenegro. Inshaa Allah.
Yang penasaran sama 360Monte, bisa langsung capcus kemari: Tour Montenegero 360Monte
Haaaa sudah ada yang keliling di Indonesia pakai motor, advanturer banget tuh anak nak muda. Saya yang juga … tuwir ini belim keliling indonesia pakai motor. hehehe. Jadi kalau ke Montenegro pakai agent 360 ini rekomende banget ya mbak …. kagak pusing mikir itin dan trasport lagi.
@Emakmbolang: Yoi, mereka pakai motor gede. Pas ke Montenegro mereka juga motoran dari Spanyol. Wah, dikau masih napsu keliling Indonesia pakai motor, Mak? Aku nyerah deh. Pakai moda transportasi lain ajah.
Betul, Montenegro ini meski jalannya bagus, tapi kalau nyetir sendiri agak2 ngeri. Wilayahnya bergunung-gunung. Jalan pegunungannya agak sempit. Lebih enak kalau ikut tur. Tinggal duduk manis dan menikmati pemandangan.
UwAhhhhh makanannya aku penasaran. Kalo sdg di luar negri, trutama eropa, aku paling suka nyobain semua jenis keju mbam apalagi di sana harga keju murah2.. Trs ntah kenapa ya, ikan di sanapun rasanya lbh enak hahahaha.. Pas di bulgaria, aku pernah icip ikan di steam, dan rasanya sumpah uenak banget. G ada amis sedikitpun. Sementara makan ikan di negara sendiri, baru nyium baunya, aku biasanya ga doyan :p
Aku jrg sbnrnya ikut tour kalo traveling, krn kita berdua lbh seneng jelajah sendiri. Tp bukan berarti ga pernah. Kalo memang sdg butuh cepet, kdg sampe di negara yg dituju, kita lgs cati tour lokal nya mba. Jd waktu ga kebuang kalo ikut tur lokal begini
@Fanny: iyah… keju di sini juga rasanya unik2, yah. Kami juga lebih sering keliling sendiri. Sesekali ikut tur asik juga. Apalagi kalau lagi males bikin itinerary sendiri.
Pingin icip2 kejunya, seberapa beda sama keju di Indonesia..hehehe
[…] Baca juga: Seseruan di Great Montenegro Tour […]
@Tantri: yukkk, icip2 kejunya..
[…] Baca juga: Seseruan di Great Montenegro Tour […]