Sistem Pertahanan Bawah Tanah Luxemburg

Hal-hal berkesan misterius selalu menarik untuk diketahui, dilihat, dan dijelajahi. Gua-gua, gedung-gedung kuno, atau bahkan lorong-lorong bawah tanah. Beberapa kota Eropa punya lorong-lorong buatan dalam perut bumi. Ada yang bekas galian tambang. Atau dibangun untuk tujuan pertahanan. Kota Luxemburg punya dua sistem pertahanan bawah tanah.

Posisi strategis Luxemburg di tengah Eropa menarik perhatian pelbagai bangsa untuk menguasainya. Empat abad lamanya Luxemburg tak bisa menentukan nasibnya sendiri. Italia, Spanyol, Belgia, Belanda, Perancis, Austria, Belanda, dan Prusia pernah menjadi penguasa, mengambil bagian dalam pembangunan sistem pertahanan di sini.

Kedua lorong pertahanan bawah tanah Luxemburg disebut casemate. Menurut brosur, berasal dari kata bahasa yunani chasma(ta). Berarti sebuah ruang atau sistem ruang tahan bom, bisa dimanfaatkan untuk melindungi tentara dan peralatan perang.

Benteng Luxemburg
Meriam kuno Luxemburg, tahun 1834

Casemate pertama dibangun tahun 1644, ketika Spanyol berkuasa. Pengembangan galeri sepanjang 23 km dilakukan 40 tahun kemudian, dipimpin oleh pemimpin perang dan insinyur Perancis, Vauban. Kemudian Austria mengambil alih di abad 18. Sistem pertahanan ini menjadi beberapa tingkat dengan kedalaman hingga 40 meter di bawah permukaan tanah.

Dua casemate Luxemburg, Bock dan Petrusse sama-sama terletak di jantung ibukota negara mini ini. Berdekatan dengan kota tua dan obyek-obyek wisata utama kota. Mudah dijangkau dengan kendaraan umum dari stasiun pusat kota Luxemburg. Ataupun dengan berjalan kaki.

Di akhir musim panas di satu akhir minggu, Emak berjalan sendiri mengelilingi pusat kota Luxemburg. Sengaja saya berangkat pagi, agar tak terlalu panas. Toko-toko baru saja membuka gerai. Kafe-kafe dan tempat makan di Place d’Armes belum diserbu pelanggan. Hanya toko roti dan kue terlihat ramai dan sesekali melepaskan bau wangi kopi dari pintunya yang terbuka. Tujuan utama Emak hari itu adalah menjelajahi sebanyak mungkin tempat menarik di kota tua. Termasuk mengeksplorasi casemate Bock dan Petrusse.

Bock Casemate

Bock casemate terletak sangat berdekatan dengan bagian tertua kota Luxemburg. Tempat Pangeran Siegefroy mendirikan kastil pertama pada abad ke sepuluh. Pintu masuknya di Bock Montee, belasan meter dari Hohler Zahn, sebuah menara tua peninggalan Vauban. Sebuah papan petunjuk mengisyaratkan keberadaannya di bawah tanah. Loket tiketnya terlihat mewah dan modern. Tarif masuk per orang sebesar 3 euro (sekitar Rp. 36 ribu). Ibu tua penjual tiket memberikan sebuah brosur berisi denah casemate. Pintunya berupa pintu dorong yang terbuka setelah tiket kita dekatkan ke pemindai.

Pertama masuk, setiap pengunjung akan bertemu dengan archeological crypt. Sebuah galian arkeologis berupa sisa-sisa bangunan kastil tertua Luxemburg. Terdiri dari deretan bebatuan yang membentuk ruang-ruang sempit. Kegelapan menyapa. Penerangan sangat minim. Sebuah peta ruangan utama casemate tergantung di satu sisi tembok. Tak terlalu luas. Mungkin sekitar 30 x 20 meter persegi saja. Sebuah jembatan metal memandu pengunjung untuk menuju ruang berikutnya atau untuk mengamati sisa galian arkeologis di bagian bawahnya.

Tak banyak pengunjung hari itu. Emak mengamati detail sisa bangunan bersejarah tersebut sebentar sebelum menuruni tangga menuju ruang utama casemate.

Casemate ini dibangun tahun 1745 oleh para insinyur Austria. Setelah direnovasi, sebagian ruangan dan labirin di dalamnya dibuka untuk umum. Ruang utama casemate Bock berbentuk satu ruangan panjang dengan banyak cabang. Denah di brosur terdiri dari abjad A-J. Menunjukkan lokasi dan fungsi ruangan tersebut jaman dahulu. Misalnya D dulunya bekas penjara, di E ada sumur tua. Sebagian cabangnya terbuka. Sehingga pengunung bisa melihat bagian lain kota Luxemburg dari sana. Berada di dalam tebing, setiap cabang keluar dilengkapi pagar pengaman.

Tak ada kesan seram berada dalam galeri utama. Bagian dalamnya bersih dan tidak lembab. Setiap beberapa meter ada bangku dan tempat sampah. Lampu-lampu temaram menerangi bagian gelap. Meriam-meriam kuno berdiri kokoh. Memegang denah, Emak berjalan menyusuri bagian dalam casemate. Membaca dan mencocokkan bagian-bagiannya. Kadang-kadang Emak dibuat bingung. Sebab tak jarang menemukan anak-anak tangga naik dan ruangan-ruangan gelap yang tak tertera dalam denah.

Makin masuk ke perut casemate, menuju bagian G, suasana makin muram. Tak ada cahaya dari luar. Gang-gang menyempit. Sebuah tangga ulir sempit membawa pengunjung ke perut bumi. Lampu makin jarang. Berjalan berpuluh meter, Emak temui lagi sebuah tangga ulir menuju ke bawah. Kali ini lebih dalam dan sempit. Hanya bisa dilalui satu orang saja. Kepala dan jantung berdenyut kencang. Tanda claustrophobia kambuh. Tapi keingintahuan akan ujung casemate  jauh lebih besar.

Tiada seorang pengunjung Emak temui dalam gang-gang sempit, temaram, entah berapa meter dari permukaan tanah. Sempat terbersit kekhawatiran ada orang jahat berkeliaran, Emak berjalan cepat. Mencapai ujung, sebuah pintu keluar tertutup terali besi.

Casemate Petrusse 

Gerbang masuk casemate Petrusse berada di Place de la Constitution. Daerah turis ramai di kota Luxemburg. Bus-bus pariwisata menurunkan para penumpang di sini. Monumen dan patung wanita bernama Gelle Frä menjadi salah satu simbol sekaligus atraksi utama kota.

Emak sempat mengira sebuah WC umum di sebelah pintu masuk Petrusse sebagai loket pembelian tiket. Ternyata Petrusse hanya bisa dimasuki bersama pemandu. Satu jam sekali ada jadwal pemanduan. Emak masuk bersama

Benteng kuno Luxemburg
Austrian Staircase, Casemate Petrusse

dua pemuda dan dua perempuan asal Taiwan untuk pemanduan dalam bahasa inggris. Dua orang lagi memilih pemanduan dalam bahasa Spanyol. Harga tiketnya juga 3 euro.

Casemate Petrusse dibangun oleh Spanyol tahun 1644. Sebagai bagian dari bastion Beck. Satu sistem pertahanan yang meliputi wilayah Place de la Constitution sekarang ini. Bentuk Petrusse sekarang adalah hasil karya Marshall Vauban. Sedangkan bangsa Austria menambahkan anak-anak tangga sejumlah 132, dikenal sebagai ‘Austrian Staircase’.

Siapkan fisik prima untuk memasuki casemate ini, pesan satu buku panduan. Sekitar 450 anak tangga menanti untuk dilalui. Pemandu kami, seorang lelaki muda awal 20 tahunan mengatakan dia naik turun Petrusse 5 kali dalam sehari. Bahasa inggrisnya sangat bagus. Serta luwes dalam memberikan keterangan mengenai sistem pertahanan luar biasa ini.

Sayangnya Petrusse terlihat kurang terurus. Sebagian dindingnya lembab. Kadang ada tetesan air dari bagian atas lorong. Lantai basahnya sebagian ditutup oleh lembaran kayu. Penerangan sangat minim. Kalau ada pun hanya bola lampu sederhana. Meski demikian, sejarahnya memukau. Kami dibawa memasuki bagian dalam bastion. Dengan meriam-merian kuno dan cerita peperangan. Saat perang dunia kedua, tentara Nazi menggunakannya sebagai tempat persembunyian. Sebuah toilet sederhana masih meninggalkan sebuah kata-kata berbahasa jerman di tembok bata. “Den Sand nicht vergessen”. “”Jangan lupa pasir (penutup kotoran)”.

*Tabloid Prioritas*

3 Comments

  • Mbak Ira berani masuk perut casemate. Aku baru baca cerita mbak saja sudah agak serem. Soalnya aku penakut 😀 Masuk lorong ga sempit saja was was, tengok kiri kanan berulang ulang, apalagi lorong, labirin, tangga2 bawah tanah, dan ruang2 sempit seperti tempat ini. Lemes dengkulku kayaknya. Tapi bener kata mbak, hal2 yang miseterius justru selalu menarik untuk dijelajahi. Penasaran.

  • Merinding bulu romke, kayaknya ada penampakan deh mbak 🙂 Kalau memasuki peningalan sejarah berupa lorong gini rasanya kita kita diajak berjalan menembus lorong waktu dan menyesapi sejarah masa lalu. Tapi dag dig dug ser nggak karuan, taku dicolek sama yg nggak keliahatan 🙂

  • ira

    @Mbak Rien: Sama, Mbak aku penakut kalau di tempat2 seperti ini. Waktu itu aku sampai agak lama meyakinkan diri sendiri, bakal gapapa. Atur napas dulu. Tapi emang rasa penasaranku menang saat itu.

    @Zulfa: aku malah gak terlalu takut sama yg gak keliatan. Takutnya ama menungso… 🙂

Leave a Reply

%d bloggers like this: