Hari ketiga di Maroko kami habiskan di luar kota Fes. Agar cepat dan tidak makan waktu naik kendaraan umum, adik-adik menyarankan kami menyewa taksi saja. Apalagi kami ingin mengunjungi Volubilis, Moulay Idriss Zerhoun dan Meknes. Taksi yang sama dengan yang menjemput kami. Mercedes besar tahun 1970-an. Kami terima beres. Pukul sepuluh lebih, kami sudah dalam perjalanan menuju Volubilis.
Melewati jalanan beraspal mulus, makin banyak hal baru kami lihat. Paling dominan adalah kebun-kebun zaitun hampir di sepanjang jalan. Sampah-sampah plastik berkeliaran di mana-mana. Desa-desa kecil, pertokoan, pasar, rumah-rumah kumuh, perkampungan, orang-orang yang bergerombol di pinggir jalan, calon penumpang menunggu bus. Lama-kelamaan, jalanan naik turun ini sempat membuat kami tertidur. Dua jam-an baru kami tiba di tujuan.
Di Volubilis, matahari bersinar terik. Kami kegerahan. Pak Sopir tak mau turut masuk ke dalam kompleks. Tiket masuknya masuknya murah saja. Sepuluh dirham Maroko. Sekitar 11 ribu rupiah. Dibandingkan tiket masuk tempat-tempat bersejarah di Eropah, harga ini jauh jauh lebih murah. Kami pernah batal masuk satu kompleks candi bernama Tarxien di Malta. Gara-gara tiket masuknya 6,50 euro untuk orang dewasa dan 4 euro buat anak-anak. Sekeluarga bisa nyaris 200 ribu. Padahal candinya kecil. Paling-paling sepersepuluh Volubilis. Apalagi sebagian isi kompleks bisa diintip dan difoto dari luar pagar.
Volubilis adalah kota arkeologis peninggalan bangsa Romawi Kuno. Didirikan kira-kira beberapa puluh tahun sebelum masehi. Kota ini merupakan pusat administrasi propinsi Mauretania Tinginata. Tanah subur di daerah pegunungan ini menghasilkan biji-bijian dan zaitun, yang ekspornya ke Roma membawa kemakmuran bagi penduduknya. Salah satu sumber penghasilan penting lainnya adalah ekspor binatang liar (gajah, singa, leoprad) yang saat itu masih ditemukan di Eropa utara, untuk diekspor sebagai binatang sirkus di Roma. Di masa pemerintahan Kaisar Septimius Severus (193-211 masehi) Volubilis mengalami jaman keemasan, dan berpenduduk hingga 10 ribu jiwa. Pertengahan abad ketiga, setelah serangan bangsa Berber, pusat administrasi ini pindah ke kota Tanger. Namanya kemudian berubah menjadi Walili.
Setelah kedatangan Moulay Idriss I tahun 788, sebagian besar penduduknya masuk Islam. Didiami hingga abad 18, kota ini kemudian ditinggalkan penduduknya. Sebagian bebeatuan kemudian digunakan untuk membangun kota Meknes. Orang Perancis memulai penggalian sejak tahun 1915, dan berlangsung hingga saat ini oleh Pemerintah Maroko. Volubilis ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya UNESCO di tahun 1997.
Buku panduan wisata pinjaman memuat denah Volubilis lumayan lengkap. Terutama konstruksi-konstruksi paling penting di bekas kota kuno tersebut. Kami senang. Hari cerah. Turis tak terlalu banyak di sini. Kami bisa berfoto sesuka hati.
Tak lama kami berada di dalam kompleks. berkejaran dengan waktu. Sejam berkeliling mengamati isi kompleks kami rasakan cukup.
Kompleks ini punya tembok di sekelilingnya. Kami langsung masuk kapitol dan basilika. Foto-foto sejenak, sebelum mengamati lantai-lantai berkeramik. Keramiknya halus. Motifnya berupa manusia dan binatang. Sebagian sudah berada di museum di Rabat atau Tanger. Tapi masih banyak mosaik dari keramik bisa dinikmati pengunjung Volubilis.
Tak semua asli di Volubilis. Sebagian hasil rekonstruksi. Hasil rekonstruksi terlihat lebih rapi susunan batunya. Semennya juga beda. Walau terlihat agak aneh, Volubilis memang harus direkonstruksi agar tak tambah hancur.
Berjalan sambil mengamati konstruksi kuno. Selain basilika dan kapitol di tengah-tengah, ada juga, pemandian, candi Jupiter, pengepresan zaitun untuk dijadikan minyak, gerbang berbentuk busur, jalanan utama bernama Decumanus Maximus, pancuran, saluran air. Bahkan kehidupan manusia dua milinea yang lalu sudah terlihat sangat kompleks dan tertata rapi. Masha Allah…:)
[…] Nama Meknes berasal dari nama suku Berber, Meknassa. Berdiri resmi sejak pembangunan benteng oleh Dinasti Almoravid tahun 1063 masehi. Sempat mengalami masa keemasan di akhir abad 13, kota ini mundur di abad 13. Akibat pertarungan dinasti Almohad dan Merinid, serta berkembangnya kembali kota Fes. Hingga abad 17, kota ini mundur, sampai Moulay Ismail membangunnya kembali di abad 17. Moulay Ismail membangun istana megah yang sebagian materialnya diambil dari kota Romawi kuno, Volubilis. […]