Ski di Hellenthal

Am Weisser SteinAlhamdulillah, salju mulai menderas setelah hari natal tahun ini. Datangnya tak terduga. Keluarga pelancong sempat merencanakan akan liburan ke salah satu  destinasi wisata musim dingin di Ceko. Gagal, sebab menurut ramalan belum ada salju sesenti pun di sana. Eh, pas di Bremen tiba-tiba kaget ketika suhu drop jadi -6°C dan salju tebal saat sampai di rumah.

Salju di halaman belakang rumah tak bertahan lama. Besoknya sudah cair sama sekali. Adik sedih. Dia masih pengen maen salju. Pengen maen ski. Ngecek informasi di internet, tempat main ski Am Weisser Stein lagi buka sampai akhir minggu pertama di awal tahun. Ya udah, kami ke sana saja.

Lokasinya di Pegunungan Eifel. Gak sampai sejam naik mobil dari rumah. Bawa bekal nasi dan lauk pauk. Juga teh manis disimpan dalam termos agar awet hangat. Sampai di lokasi, wuih dah mau penuh ajah parkirannya. Padahal masih belum tengah hari.

Kami bawa peralatan ski. Alhamdulillah semuanya bekas. Ada yang beli di tempat persewaan peralatan ski. Ada yang dapat di basar anak-anak dan pasar loak di Kreuzau. Kalau beli baru papan seluncurannya saja sudah di atas seratus euro. Belum sepatu tongkat, helm, dan kacamata. Beli bekas, harga satu papan sama dengan harga sekali sewa. Sepatu punya Adik kami beli 2 euro saja.

Di tempat sewa, kami cuma meminjam sepatu dan tongkat buat Embak dan sepasang tongkat buat Adik. Emak gak sewa. Gantian ajah sama Embak. hehehe. Tinggi ama ukuran sepatu gak beda jauh inih. 🙂

Adik hepi banget. Apalagi pegang tongkat. Pas di jalanan turun, di sudah semangat meluncur. Si Embak paling jago di antara kami. Waktu kursus ski pertama kali di Austria dua tahun lalu, dia sudah langsung bisa meluncur. Embak kemudian mengajari Adik slalom.

Emak awalnya cuma motret sana-sini. Lalu main schlitten. Alias tobogganing atau seluncuran pakai papan atau kayu yang dikendarai sembari duduk. Di Hellenthal ada tempat main schlitten juga. Luas malah. Trus ada liftnya kalau males jalan mendaki. Harga sekali naik lift buat orang dewasa 1,5 euro. Emak pilih gak naik lift.

Sudah lama gak main seluncuran kok serem juga liat orang meluncur deras sampai di dasar lembah. Pertama duduk-duduk dulu. memperhatikan banyak keluarga sedang piknik di padang salju, anak-anak membangun manusia salju, mereka yang jejeritan ketika meluncur. timpuk-timpukan bola es. Aih… meriah juga suasananya.

Pelan-pelan Emak mengambil posisi siap meluncur. Lha kok dasar schlitten yang Emak naikin sudah karatan karena lama gak dipakai. Kok gak bergerak sama sekali. Emak dorong pakai kaki. Akhirnya lama-lama menggelinding juga. Dua kaki sudah siap-siap ngerem. Padahal schlitten gak kenceng. Pas ada gundukan kecil, Emak langsung terlempar dari schlitten. Untung gak ada orang di sekitar. Kedua kalinya jatuh lagi. Akhirnya udahan deh. Capek kudu mendaki-meluncur- jatuh, mendaki-meluncur-jatuh.

Abis itu, gantian ama Embak make papan ski. Tahun lalu gak main, jadi latihan lagi. Pertama jalan-jalan pakai sepatunya doang tanpa papan ski. Sepatu ski terasa berat. Tingginya sampai pertengahan betis. Dipasang kuast seperti mencengkeram bagian bawah petis. Buat jalan biasa aja bikin pegel.

Setelah itu nyoba pakai papan ski. Satu dulu. Pakai yang kanan. Lalu njajal meluncur pendek dengan satu kaki. Latihan keseimbangan badan. Setelah agak yakin, baru pakai keduanya. Serem juga berdiri di papan berdasar licin ini. Makanya posisi papan Emak bikin segitiga sudut di depan. Alias posisi ngerem. hehehe. Biar gak gampang jatuh, posisi tubuh condong ke depan. Kedua tongkat juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Lamayan lah sudah berani meluncur beberapa kali, walau selalu siaga dengan posisi ngerem. Semoga tahun ini masih sempat belajar lagi, Paling nggak kudu bisa slalom. In shaa Allah.

One Comment

Leave a Reply

%d bloggers like this: