
Di semua buku panduan tentang Slovenia, Bled selalu masuk dalam daftar destinasi wajib dikunjungi. Kami pun tak mau melewatkannya. Puas mengunjungi gua masyhur Postojna, kami putuskan langsung berkendara ke arah Danau Bled di bagian utara Slovenia. Namun di sore hari di musim dingin menusuk tulang, tak banyak harapan kami akan tempat ini.
Sampai di Bled, terasa sekali aura turisme. Untungnya kami segera mendapatkan tempat parkir hanya dua ratus meteran dari danau. Bled adalah nama danau sekaligus kota kecil di pinggirnya. Rumah-rumah makan berderet-deret. Penginapan demikian pula. Sehari setelah natal, tempat ini terlihat tak terlalu sepi. Tujuan utama kami sore itu sebenarnya bukannya menikmati keindahan alamnya. Melainkan untuk makan cake krim Bled yang legendaris.
Lebih dari seribu tahun umur kotanya. Turis berdatangan sejak tahun 1855. Karena cuaca dan air danau yang relatif hangat. Bahkan, mantan Presiden Yogoslavia, Joseph Bros Tito sering menjadikannya tempat berlibur.
Angin dingin menyapa rombongan kami. Kami bergegas menuju danau. Tak seluas bayangan saya sebelumnya. Namun suasananya sungguh memanjakan mata. Gunung di latar belakangnya tertutup awan. Bercak-bercak putih menghiasi pegunungan. Seorang lelaki menunggu pelanggan di atas perahunya. Bersiap mengantar mereka yang ingin berkeliling danau dan menyinggahi pulau kecil di tengahnya. Angsa dan bebek berenang, bermain-main di tepian. Bergerombol menyapa rombongan kami. Mungkin banyak pengunjung telah memberi mereka serpihan roti. Seperti yang dilakukan banyak orang di danau-danau Swiss.
Atraksi utama danau adalah Blejski otok (pulau) dan sebuah kastil tua di atas bukit di seberang kami, bagian lain danau. Gereja bergaya barock di pulau tersebut sudah berdiri sejak abad 9 masehi. Konon di hari Sabtu, terutama di musim semi, banyak pasangan menikah di gereja ini. Kastil tuanya telah berusia 10 abad, berdiri di atas tebing setinggi 140 meter di atas permukaan danau.
Buku panduan di tangan menyarankan pengunjug meluangkan waktu berjalan keliling danau. Di senja hari di musim dingin ditambah dua anak kecil dalam rombongan, ide ini tak ideal bagi kami. Makin lama, hawa dingin makin terasa. Kami putuskan segera mencari tempat berlindung di sebuah kafe.
Kue Krim Bled
Kue krim asal kota Bled ini tak hanya dikenal di kota ini saja. Bahkan saat masih di Ljubljana, ibukota Slovenia, kami sudah melihat gambarnya terpajang depan sebuah kafe. Terdiri dari beberapa lapis, dengan lapisan krim sangat tebal. Di kota Bled sendiri, banyak sekali kafe menjualnya. Kami terus mengitari keramaian kota, belum memutuskan hendak menghangatkan diri di kafe mana. Memilih terus berjalan ke arah sebuah keramaian.

Keramaian tersebut berpusat di depan sebuah hotel, Hotel Park. Di pelataran hotel, banyak pedagang menjajakan jualan di kios-kios kecil. Pengunjung duduk di bangku-bangku kafe berpenghangat. Di bagian tengah pelataran sebuah api unggun menghangatkan orang-orang di sekitarnya. Saya mendekati api unggung sejenak, namun tak kuat dengan bau asap kayunya.
Beberapa orang mengenakan baju dari zaman berabad silam. Mirip pakaian abad pertengahan yang pernah saya saksikan di festival abad pertengahan Jerman. Gaun-gaun lebar, panjang dan tebal dengan topi berhias bulu burung. Mereka pria dan wanita dari usia dua puluhan hingga lima puluhan. Di dekat mereka ada panggung mini dari kayu. Empat pedang sungguhan berjajar di satu sisi panggung. Rupanya bakal ada satu pertunjukan tak lama lagi.
Ternyata dari Hotel Park sejarah kue krim Bled berawal. Melihat harganya sama dengan harga kue krim di kafe-kafe lain, kami memantapkan diri untuk masuk kafe hotel yang terlihat eksklusif. Dari daftar bahannya, tak perlu dikhawatirkan ketidakhalalannya. Apalagi ada penawaran beli tiga gratis satu kue. Seorang wanita muda berseragam pramusaji menyilakan kami duduk di mana saja. Kami puluh satu set bangku kosong di pinggir jendala. Berpemandangan langsung ke arah danau dan kastil tua. Di sore hari nan sendu, suasana dan pemandandangan pendukungnya membuat hati terasa syahdu.
Sepotong Kremna Rezina, namanya dalam bahasa Slovenia, berukuran 7cmx7cm. Terdiri dari dua lapisan biskuit tipis dan dua lapisan krim warna kuning dan putih. Taburan gula halus menghiasi lapisan teratas kue. Lapisan biskuitnya agak keras. Susah dipotong dengan garpu tanpa menggunakan sedikit tenaga. Lapisan krimnya terasa tinggi kadar susunya. Lembut di lidah. Cocok dimakan bersama coklat pahit hangat pesanan saya.
Dibuka dengan tari-tarian jaman kuno. Tiga pasang lelaki tua muda menari bergantian, lalu bersamaan. Sepasang membuka pertunjukan dalam bahasa Slovenia. Seorang wanita meriakkan dalam bahasa inggris. Sehingga turis non lokal mengerti tentang jalannya teater.
Permainan makin seru. Para lelaki mengibaskan bendera warna merah. Disusul dengan permainan menggunakan senjata pedang. Pengunjung dengan anak kecil bergeser ke belakang. Termasuk anak-anak kami. Panggung memang relatif kecil. Kemungkinan lepasnya senjata tajam mungkin saja terjadi. Benar saja. Sekali sempat sebuah pedang tajam melayang ke arah penonton. Untungnya tak ada yang terluka serius.
Dua orang lelaki beradu pedang. Keras dan kuat hingga muncul percikan-percikan api. Penonton tegang. Lelaki berkepala plontos sangat bersemangat mengayun pedang ke arah lawan. Babak kedua permainan, keduanya menggunakan perisai. Makin tegang, akhirnya lelaki berkepala pelontos berhasil menjatuhkan pedang lawan. Tanda kemenangannya. Sebuah tarian menyusul sebagai perayaan perayaan kemenangan tersebut.
Yang tak kalah seru adalah adu tombak, adu pedang api, serta atraksi penyembur api. Seorang wanita muda bahkan mirip naga dengan semburan api maha dasyat.
Di malam hari, danau Bled dan sekitar tiada berkurang kecantikannya. Kastil dan gereja bermandikan cahaya lampu. Melengkapi kunjungan singkat berkesan kami di tempat ini.
*Pikiran Rakyat*
Bagus ya Mbak, nggak dibiarkan gelap dan angker dimalam hari, apalagi kastik sering ditempati penampakan hantu ala ala orang zaman dulu. Kalau istana di India memang ada khusus light show, harga tiket lebih mahal. jadi tiap sudut istana ditata lampu.
Mbak kue di Eropa itu halal kah bak? Takutnya ada Rum alkohol itu.
Aku kayaknya bakal nonton paling belakang, ngeri pedangnya sampe melayang ke penonton 😀
@Zulfa: kue-ne in shaa Allah halal Zulfa. Soale kene wes takon dhisik opo wae bahane. Trus dikandani opo wae karo penjuale. Gak onok alkohole. Mangkane langsung gelem nyobak..
@Mbak Rien: He-eh, serem juga seh… Apalagi pertunjukannya pas hari mulai gelap gitu…
Mbak Ira, Bled ama Halstat bagusan mana? mesti milih salah satu nih dan aku bingung…
@Rahma: Saya belum pernah ke Hallstat, jadi gak bisa ngasih opini pribadi. Cuma kalau Bled itu lebih ke wisata alam, yah. Sedangkan Hallstat, plus wisata arsitektur.