Emak baru mencicipi minyak dan buah zaitun setelah tinggal di Jerman. Dulunya kirain buah zaitun itu kayak buah apel gitu. Yang rasanya manis dan gede ukuran buahnya. Baru ngeliat buah zaitun yang udah diacar di toko Turki mau pun supermarket-supermarket Jerman. Acar zaitun dijual dalam kemasan plastik, gelas, maupun kaleng. Jenis dan warnanya bermacam-macam. Ada yang merah, pink, hijau, coklat, hitam. Ukurannya pun berbeda-beda. Akan tetapi, awal-awal belum tertarik untuk mencicipi. Sampai kemudian diundang makan di rumah teman yang berasal dari Turki. Pas ngincip, hmmmm, pahit-pahit asem asin. Nano-nano. Kesimpulan Emak, zaitun itu gak enak.
Namun itu bukan kesimpulan akhir. Berkesempatan berkunjung ke Spanyol, kami sempat membeli sekaleng zaitun. Saat itu kami belanja di sebuah supermarket di Las Ramblas. Ngeliat kaleng-kaleng buah zaitun, kok seperti menarik. Beli satu, sampai di rumah dicicip. Lha, kok enak. Ada sedikit pahit dan asam, tapi agak gurih, serta crunchy. Nyesel cumak beli sekaleng.
Sejak saat itu, Emak mulai mencicipi bermacam varian buah zaitun. Di Turki, Yunani, Italia, Perancis Selatan, Siprus, Maroko, Yordania, negara-negara sepanjang Lautan Adriatik. Kalau berkunjung ke negara-negara tersebut, pemandangan berupa kebun-kebun zaitun bakal jadi hiburan menyenangkan. Rasa buah zaitun yang mereka olah, ada yang rasanya kurang cocok di lidah. Ada yang enak banget, sampai satu mulut saya tidak berhenti makan. Oh ya, zaitun biasanya tidak dimakan segar, melainkan dijadikan acar/diasinkan terlebih dahulu. Cara pengacaran atau pengasinan ini yang membedakan cita rasa masing-masing zaitun.
***
Menyusuri negeri-negeri di sekitar Lautan Mediterania, tak jarang kita akan bertemu dengan kebun-kebun buah zaitun. Buah yang disebutkan dalam kitab suci Injil dan Alquran. Yang pohonnya sering menjadi simbol perdamaian, perlawanan, serta kesetiaan. Ditanam sejak zaman antik di wilayah Mediterania, kira-kira sejak 7.000 tahun lalu, zaitun banyak dipuja karena manfaatnya.
Semua bagian pohon zaitun bisa dimanfaatkan. Buahnya kaya minyak yang sering digunakan sebagai bahan makanan dan penerangan. Kayunya sangat cocok dijadikan bahan mebel serta peralatan masak. Daunnya bisa dimanfaatkan sebagai obat. Uniknya lagi, pohon satu ini dapat tumbuh dan berbuah ribuan tahun lamanya.
Belasan pohon zaitun di Bechealeh, Lebanon, dipercaya sudah tumbuh selama lebih dari 6.000 tahun. Dan masih berbuah hingga kini. Jika dirawat baik, ada yang percaya, usia pohon zaitun tua tersebut masih bertahan satu milenia lagi.
Beberapa tempat di Eropa pun bisa kita temui pohon-pohon zaitun berusia ratusan hingga lebih dari seribu tahun. Menjadi saksi bisa bergantinya generasi dan pergantian sejarah peradaban manusia. Mereka dijaga, bahkan dikeramatkan oleh warga sekitarnya. Saya mengunjungi salah satunya. Pohon zaitun sepuh yang dikenal sebagai Stara Maslina di kota Bar, Montenegro.
Stara Maslina menjadi sebuah atraksi wisata tersendiri di Montenegro. Ia berada di sebuah taman dikelilingi tembok kayu. Tarif masuknya 2 euro per orang. Atau sekitar Rp. 31.000,-.
Tamannya tidak terlalu luas. Paling tidak sampai sepuluh menit jalan kaki mengelilinginya. Di dekat gerbang berdiri bangunan kecil sebagai tempat penjualan tiket masuk sekaligus toko suvenir. Di tamannya sendiri ditanam beberapa jenis tanaman bunga serta pohon zaitun berusia lebih muda. Di tengah-tengah, menancap kokoh Stara Maslina, sang aktor utama taman.
Dikitari balok beton tipis sebagai pembatasnya. Sekilas, ia terlihat seperti pohon beringin berbatang banyak. Dengan daun-daun selebar jari tangan berwarna hijau muda keperakan. Saat itu, buahnya masih muda. Batang paling besar berongga, berwarna kehitaman, akibat terbakar. Ada yang mengatakan kena petir, lainnya percaya ada orang tidak sengaja membakarnya.
(Artikel Emak di CIPO Harian Surya)
***
Oh ya, pas ke Montenegro juga, seorang teman memberitahu, pohon zaitun itu di sana bagai pohon rumahan. Banyak sekali yang menanamnya. Mereka terbiasa membuat minyak zaitun sendiri. Asli dan kata teman, rasanya jauh lebih enak. Mereka tak terlalu suka minyak zaitun yang diproduksi massal. Khasiat positif minyak zaitun bisa kita baca dari berbagai sumber. Pohon zaitun Stara Maslina diperkirakan berusia lebih dari dua ribu tahun.
Tak hanya di Montenegro terdapat pohon zaitun kuno. Di Kroasia juga masih tumbuh pohon zaitun yang mulai ditanam sejak zaman Romawi kuno, lebih dari 1.500 tahun lampau. Di Taman nasional Brijuni. Masih tumbuh dan menghasilkan beberapa puluh kilogram buah zaitun setiap tahun. Dan masih diproses sebagai minyak zaitun berkualitas tinggi. Mashaa Allah. Semoga Emak berkesempatan melihat dari dekat pohon zaitun tertua yang dikenal sebagai Noah’s Sister di Lebanon. Inshaa Allah.
***
Baca juga: Masjid Selimija, Kota Bar, Montenegro
Baca juga: Old Town Hostel, Budget Staying in Style in Montenegro
Iya, aku pernah makan zaitun yang ppickle gitu, rasanya kayak pahit, asem, kayak sepet, nggak enak gitu. ohhh ternyata ada yange nak juga. ada baiknya coba zaitun manisan laiinnya.
Wah, enak sehat banget berarti mereka ya, bikin zaitun sendiri dari ladang mereka. hmmm
[…] Baca juga: Stara Maslina, Pohon Zaitun Ribuan Tahun di Montenegro […]