Stopover Doha

Pemandangan Doha dari hotel

Pandemi mengubah pola traveling kami. Yang dulunya banyak target, sekarang lebih woles. Yang dulunya setahun kudu mengunjungi 2 – 3 negara baru, kini mbalik mengunjungi negara-negara yang pernah dijelajahi. Ditambah perang ini, mau ngoyoh, bujet terbatas, Ditambah aturan di sana-sini yang tidak seragam. Sementara pandemi belum usai, meski pembatasan telah longgar di banyak negara. Ramalannya, beberapa tahun ke depan bakal terjadi resesi global. Pasti bakal mempengaruhi keputusan traveling kami.

Tahun ini, keluarga pelancong sangat bersyukur bisa mudik ke tanah air. Setelah dua tahun pandemi berturut-turut absen. Alhamdulillah sudah tidak perlu karantina lagi. Emak yakin, jutaan warga diaspora kita pun demikian. Mau membeli tiket pesawat, terasa sekali kenaikan harganya. Baik tiket internasional, domestik apalagi, naik dua hingga tiga kali lipat. Tetep alhamdulillah masih ada rezeki buat menengok keluarga.

DI kepulangan ke kampung kali ini, kami naik maskapai Qatar Airways lagi. Pertama dulu, kami naik ini pas bandara Doha lama, jauh lebih kecil dibanding bandara baru. Qatar menarik buat transit. Karena WNI ke Qatar bebas visa selama kunjungan 30 hari ke negara ini, kami pun stop over sepulang dari tanah air. Dua malam saja, lumayan njepret satu dua foto di Doha. Alhamdulillah ke Qatar udah gak perlu tes PCR jika memenuhi syarat. Hemat sejuta rupiah lebih buat berempat.

Pesawat Qatar Airways terbang dari Jakarta hari itu sekitar pukul 9 pagi. Sampai di Doha tengah hari. Saat check in agak lama. Diperiksa satu per satu status vaksinasi covid19 kami berempat. Lalu kami disuruh mengisi formulir untuk masuk ke Qatar, sekaligus disarankan untuk memiliki aplikasi Ehteraz. Aplikasi sudah kami unduh, sayangnya agak bermasalah ketika mau membukanya. Sebagai alternatif, kami unduh aplikasi Covpass, aplikasi dari Uni Eropa yang diakui di Qatar. Pakai Covpass lebih lancar.

Sampai di Doha, kami langsung berjalan menuju pintu keluar. Tentu lewat imigrasi dulu. Antrian tidak terlalu panjang pagi itu. Kebanyakan yang mengantri sepertinya para pekerja asing di Qatar. Dari wajahnya, sepertinya mereka dari Asia Selatan. Saat mengantri kami sudah siapkan formulir, bukti booking hotel, sertifikat vaksin, aplikasi Ehteraz, kalau-kalau nanti ditanyakan petugas.

Urusan imigrasi lancar jaya. Formulir yang diisi di bandara Soekarno – Hatta tidak ditanyakan. Bapak petugasnya sempat menanyakan apakah kami sudah divaksin. Saat mau kami tunjukkan, disuruh pergi, ndak nyangka cepet urusan kami. Alhamdulillah.

Keluar imigrasi dan lolos pemeriksaan barang kami plonga-plongo. Sebelumnya, ndak sempat browsing tarnsportasi umum ke hotel. Trus nyari hotelnya gak pakai fasilitas shuttle service dari bandara. Modyar. Untungnya bisa makai wifi gratisan di bandara. Setidaknya jadi ada perkiraan mau naik apa. Kami tukar duit dulu. Buat ongkos naik metro.

Stasiun metro Doha. Lapang, adem, megah.

Agak jauh jalan kaki dari gedung bandara ke stasiun metro terdekat. Tapi enak, gak perlu jalan outdoor yang panas. Jalannya berpendingin. Nyesss. Kalau nggak, kebayang bakal gobyoss sambil nggeret koper berat isi leh-oleh dari tanah air beta. Mau dititipkan di bandara, infonya sejak pandemi, jasa penitipan ditutup.

Masuk stasiun metro, petugas langsung mau mengecek status vaksin di Ehteraz kami. Kami tunjukkan Covpass, ndak masalah. Setiap kali masuk, selalu dicek sama petugas. Mereka disiplin. Masker masih harus digunakan saat itu. Terutama di dalam tempat-tempat tertutup. Di tempat terbuka pun banyak sekali orang mengenakan masker. Di stasiun metro, biasanya terdapat sambungan wifi. Mayan, kami ndak perlu beli kartu SIM Qatar.

Singkat kata, kami sampai di stasiun metro terdekat hotel. Terdekat artinya, masih kudu jalan kaki sekitar 600 meter. Ternyata kami salah ngambil exit. Kudu jalan memutar. Nggeret koper besar masing-masing satu, plus nenteng ransel di suhu nyaris 40°C bikin gobyos sekaligus pegel-pegel. Cuaca panas menjadi tantangan terbesar keluarga pelancong. Seperti waktu jalan-jalan di Dubai beberapa tahun lalu. Cuma kuat beberapa jam. Sisanya ngadem di penginapan.

Menginap di Hotel Green Garden

Harga hotel di Doha mayan agak mahal. Setara dengan harga hotel di Eropa Barat. Kami booking dari situs langganan, bookingdotcom. Ini hotel termurah yang kami temukan, sekaligus, ndak terlalu jauh dari stasiun metro. Stasiun metro terdekat adalah National Museum of Qatar. Ndak terlalu jauh dari stasiun metro, artinya jaraknya sekitar 600 – 700 meter. Proses check in lancar jaya, semua dimintai bukti identitas diri. Kami booking kamar saja, nggak pakai sarapan.

Hotel Green Garden Doha

Kamar hotelnya lumayan luas. Karpetnya tebal. Sepertinya ada air bocor di karpet, tercium bau lembab. Ia terdiri dari dua ruangan luas. Masing-masing ruangan memiliki kamar mandi dan toilet sendiri. Gak perlu rebutan ke kamar mandi. Setiap tempat tidurnya lega buat berdua. Pendingin ruangan disetel sangat rendah suhunya ketika kami masuk, kudu ditinggiin dikit, biar ndak beku. Televisi layar datar pun tersedia dua biji. Dari kamar kami di lantai delapan, tampak sebagian panorama kota Doha. Petugasnya ndak chatty, tapi kalau ada permintaan atau pertanyaan, lumayan sat set. Overall, ndak mengecewakan lah menginap di hotel ini.

Sesampainya di hotel, kami langsung pada tepar. Pada males mau keluar hotel lagi. Bobok-bobok cakep doang. Bangun untuk mandi dan makan doang. Masih makan bekal seadanya dari tanah air, tidak perlu keluar mencari makan lagi.

Di sekitar hotel terdapat beberapa tempat makan. Kami beli di resto makanan Pakistan atau India. Harganya murah dibanding kalau kita membeli di resto di pusat kota.

Kami kudu balik sebelum Subuh ke bandara. Minta tolong petugas hotel pesenin taksi. Sama petugasnya dipesenin taksi online. Jadi tarifnya lebih murah. Alhamdulillah. Awalnya kami pikir perlu sewa dua mobil. Malah dipesenkan mobil gede, wah mantep juga. Lebih murah jatuh harganya.

***

Kesimpulan Emak tentang Doha: kotanya teratur, fasilitas transportasi umum memadai, petunjuk-petunjuk sudah jelas, harga hotel agak mahal, harga makanan terjangkau. Lumayan banget buat destinasi perjalanan. Semoga ada rezeki mbalik ke sini lagi lebih lama dan eksplor lebih banyak tempat-tempat seru di Doha dan Qatar pada umumnya.

2 Comments

  • Zulfa

    Iyo harga tiket naik gila gila an, kemarin waktu check tiket Turky yang paling murah juga Qatar Airways. Klo tiket internasional naik e nggak terlalu kayak tiket dalam negeri, 2 kali lipat. Akeh sing milih kereta saiki

    Wah lumayan visa 30 hari, isok explore Qatar. Tapi pana e nantang, mungkin isok milih pas musim musim sing nggak terlalu cetar

  • ira

    Mundhak kabeh saiki, Zulfa. Emang kroso banget rego pesawat domestik, yah. Moga rezeki tambah akeh+barokah. Aamiin.

Leave a Reply

%d bloggers like this: