Habis Salzburg, terbitlah Strasbourg. Atau Strasburg. Meski namanya mirip, kedua kota ini terletak di dua negara berbeda. Persamaannya satu, kedua terletak dekat sekali dengan perbatasan jerman. Jika Salzburg teletak di Austria. Strasbourg berada di Perancis, berbatasan dengan negara bagian Baden Wurttemberg, di barat daya Jerman.
Perjalanan ke Strasbourg kami lakukan hanya dua bulanan setelah Strasbourg. Embak sudah hampir 7 bulan usianya. Mulai merangkak, dan menyenangkan diajak kemana saja.
Saat itu adalah akhir musim panas. Suhu udara sedang, enak buat jalan-jalan. Sama seperti perjalanan ke Salzburg, kami menggunakan tiket akhir pekan. Namun karena berlaku sampai perbatasan terluar Jerman, yakni kota Kelz, kami pun diharuskan membeli tiket tambahan seharga 3 euro per orang, ongkos menyeberang perbatasan menuju Strasbourg. Perjalanan kali ini pun lebih jauh dibanding sebelumnya. Enam jam dengan kereta api ekonomi, sambung menyambung. Tak kurang tiga kali kami berpindah-pindah kereta api. Cuaca cerah dan mendung datang silih berganti. Ratusan penumpang naik turun kereta api. Datang dan pergi. Menemani perjalanan kami.
Tiba di Strasbourg, hari telah lewat tengah hari. Sebuah peta kota kami dapatkan di pusat informasi wisata di stasiun. Kali ini kami memilih berjalan kaki saja menuju pusat kota yang berjarak sekira setengah kilometer dari stasiun.
Kami sempat kikuk saat mau menyeberang jalan. para pejalan kaki di sana cuek-cuek. Selama tak ada kendaraan mendekat, mereka tetap saja menyeberang jalan. Tak peduli lampu lalu lintas masih berwarna merah. Kelamaan, kami baru sadar, lampu lalu lintasnya lama sekali baru hijau lagi.
Mendung dan hembusan angin tak menghalangi kami menjelajahi pusat kota Strasbourg. Seorang Bapak tua menyapa kami ramah dalam bahasa inggris. Seorang wanita menghampiri saat kami kebingungan menginterpretasikan letak suatu obyek wisata di peta. Sang wanita menerangkannya dalam bahasa Perancis. Pelan-pelan sehingga kami mengerti juga.
Suasana kota ini sungguh nyaman dan menyenangkan. Orang-orangnya terlihat ramah dan bersemangat menjalani hidup. Orang-orang berbagai warna kulit berbaur dengan damai. Sarana transportasi kota pun sangat bagus dan terlihat bersih serta nyaman.
Area pejalanan kaki Strasbourg meliputi daerah sangat luas. Di dalamnya terdapat tempat-tempat belanja eksklusif dan jajaran ratusan toko lainnya. Kami sempat makan bekal perjalanan di suatu tempat di jantung kota. Di sana terdapat banyak bangku. Orang-orang berkumpul sambil mengobrol bersama teman-teman mereka, membaca atau sekedar bengong. Tepat di tengah lapangan ini ada sebuah air mancur. Waow, benar-benar kota mengesankan.
Kami terus menyusuri pusat kota. Gang-gang kecil unik nyempil di tengah kota, diantara gedung-gedung besar dan pusat pertokoan. Rumah-rumah makan besar dan kecil, toko penjual cinderamata, pelukis-pelukis jalanan menyemarakkan suasana gang khas Eropa. Orang-orang duduk-duduk di kafe, makan minum dan mengobrol. Di kejauhan, lamat-lamat terdengar suara biola seorang pemusik jalanan.
Sempat pula kami susuri Sungai Ill yang di sisinya berjajar rumah-rumah bertulang kayu khas bergaya Elsass, mirip fachwerkhaus (rumah abad pertengahan) Jerman, dengan versi unik. Tanaman berbunga warni-warni menghiasi jendela rumah khas ini.
Enam jam-an kami berada di sini. Di sebuah kedai kebab halal, Emak mampir untuk membeli bekal di perjalanan pulang. Saling tak mengerti bahasa masing-masing, Emak dan penjual sepakat menggunakan bahasa tarzan. Penjual menunjuk-nunjuk gambar domba dan ayam, menanyakan kami mau kebab isi apa. Saya menunjuk domba. penjual membungkus dan menuliskan harganya. Rupanya kami menadapat diskon karna harga di tabel harga terlihat lebih mahal.