Terletak di wilayah Bayuputih, Situbondo di Jawa Timur, Taman Nasional Baluran menawarkan banyak hal: wisata aktif, hutan, pantai, satwa-satwa liar, dan padang sabana.
Saya terprovokasi mendengar julukan ‚Africa van Java yang diemban taman nasional satu ini. Karena letaknya relatif dekat dengan rumah orang tua, ketika mudik saya sempatkan bertandang kemari. Ini menjadi perjalanan mengesankan bagi saya dan anak-anak.
Kami pergi nyaris tanpa rencana dan persiapan matang. Seorang sahabat menyediakan kendaraan lengkap dengan pengemudinya. Makan? Ah, tinggal mampir di warung pinggir jalan.
Taman nasional satu ini dengan kendaraan umum bisa dicapai dari kota Situbondo maupun Banyuwangi. Lokasinya berada di Banyuputih, dekat perbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi. Ada bus umum di antara kedua kabupaten tersebut. Ia dikelola oleh Departemen Kehutanan.
Pengunjung masuk dari pos Batangan. Tarif masuknya Rp. 7.000 per orang. Plus tarif masuk untuk kendaraan pribadi. Bekol, tempat pengunjung mengamati kerbau dan rusa liar, jauhnya masih 12 km dari Batangan. Jika tak membawa kendaraan pribadi, pengunjung bisa jalan kaki atau menyewa ojek. Pantai Bama, jaraknya sekira 3 km dari Bekol.
Tempat wisata alam seluas 25 ribu ha ini namanya berasal dari Gunung Baluran, yang terlihat dari segala penjuru taman nasional. Waktu berkunjung terbaik kemari adalah bulan Maret-Agustus. Ketika masuk musim kemarau. Saat penghujan, sebagian jalan tergenang air, sehingga sulit dilewati. Selain itu hewan besar seperti banteng dan kerbau liar jarang terlihat berkeliaran.
Bekol
Kami masuk area taman nasional dari arah Situbondo. Sebelum masuk pos Batangan, kami melewati hujan pohon Jati. Saat musim kemarau, pohonnya meranggas. Gundul di dahan, dedaunan kering warna coklat berserakan di atas tanah.
Masuk ke dalam taman nasional, dari Batangan menuju Bekol, hutan mengapit kami dari kedua sisi jalan. Sesekali hutan terbuka. Menampakkan padang ilalang kering di tengah pepohonan nan hijau. Di sini terdapat kira-kira 444 jenis tanaman. Termasuk jenis tanaman obat, tanaman eksotik dan mangrove. Di bagian bawah pohon besar sesekali tercantum nama-nama pohon.
Bekol merupakan lokasi padang sabana yang menyebabkannya terlihat mirip dengan suasana Afrika. Dari sinilah julukan itu berasal. Satu padang rumput terbuka. Sesekali tumbuh pohon widoro bukol (Ziziphus rotundifolia). Rumputnya terlihat kering kecoklatan. Di permukaan tanah teronggok kotoran binatang. Dari padang ini, guratan di permukaan Gunung Baluran kelihatan lebih kentara. Untuk mendaki Gunung Baluran, pendaki perlu pemandu khusus. Jangan pula kaget jika di sini kita akan disapa kera Jawa (Macaca fascicularis) yang bebas berkeliaran.
Di Bekol terdapat beberapa penginapan. Toilet umum tersedia. Kami sembahyang di sebuah musala bambu, sebelum naik ke menara pandang. Tengkorak hewan bertanduk dipajang di pohon. Sesekali terdengar suara lenguhan kerbau. Kandang mereka juga ada di sini. Banyak orang berkemah di Bekol dan melakukan aktivitas bird watching. Kawasan ini memiliki 155 jenis burung, beberapa di antaranya langka.
Tempat terbaik untuk menyaksikan keelokan Taman Nasional Baluran adalah menara pandang. Ikuti saja jalan berundak di sebelah musala. Undakan ini dilindungi pohon rindang. Salah satunya adalah Kesambi (Schleichera oleosa), tanaman daerah kering. Menara pandang menulang lebih dari 10 m. Harus mengantri ketika mau naik, karena daya tampungnya sekitar belasan orang saja.
Dari menara pandang ini kita bisa menyaksikan pemandangan Taman Nasional Baluran 360 derajat. Gunung Baluran tampak utuh. Di bawah terhampar padang sabana. Di tengahnya membujur jalan menuju Pantai Bama. Di sini tempat bermain hewan besar. Jika melempar pandangan ke luar sabana, saat cuaca cerah kita bisa melihat samar-samar Pantai Bama, 3 km dari Bekol.
Dari ketinggian, yang sering adalah terlihat kerbau liar (Bubalus bubalis) dan rusa (Cervus timorensis russa). Mereka mendekati wadah-wadah air di bawah pohon. Ketika ada mobil mendekat, mereka berlari menjauh. Dua puluh enam mamalia hidup di kawasan ini, termasuk macan tutul (Panthera pardus melas). Sayangnya kami tak sempat ketemu yang satu ini.
Pantai Bama
Banyak pengunjung taman nasional tidak mampir ke Bekol, namun langsung ke salah satu pantainya, Bama. Salah satu destinasi wisata bahari. Pengunjung datang dengan motor, mobil, bahkan banyak rombongan naik di atas mobil pick up dan truk besar. Berdesakan.
Hutan di tepi jalan antara Bekol – Bama tak terlalu rapat. Pohon widoro bukol banyak terlihat di sini. Juga pohon-pohon Gebang (Corypha utan), palma jangkung yang daunnya ada di bagian pucuk saja. Lewat daerah ini di sore hari menjelang matahari terbenam, saya merasa berada di dunia lain.
Pantai Bama relatif ramai dibanding Bekol. Tempat parkir nyaris penuh. Kera Jawa berkeliaran di mana-mana. Hati-hati menjaga barang bawaan, terutama makanan. Jika tak diawasi, isinya bisa diobrak-abrik oleh mereka. Pantainya berpasir putih. Sepanjang kira-kira satu kilometer. Diapit oleh hutan bakau.
Ombak di pantai ini tidak besar. Tak heran jika banyak pengunjung berenang. Ada beberapa perahu disewakan bagi mereka yang ingin berlayar hingga tengah lautan. Kayak dan snorkeling juga bisa dilakukan di sini. Penginapan dan tempat makan tersedia. Pun tempat mandi bilas.
Anak-anak bermain pasir. Saya berjalan tanpa alas kaki. Sesekali kaki perih menginjak pecahan karang dan kulit kerang. Daun-daun rumput laut yang mirip alang-alang berserakan di tepian pantai. Tumbuhan ini sangat subur. Bahkan hingga puluhan meter ke arah laut, dasarnya penuh rumput laut. Seorang teman menginjak bulu babi saat berenang. Seperti kesetrum, katanya.
Baca juga pengalaman keluarga pelancong di Taman Nasional Komodo:
Labuan Bajo, Pintu Gerbang Taman Nasional Komodo
Island Hopping di Taman Nasional Komodo
Dari pantai ke arah utara ada jalan setapak di tepi hutan bakau. Tak jauh dari sana ada pantai berbatu-batu hitam. Batunya tak terlalu besar dan tinggi. Anak-anak suka bermain di tempat ini.
Ke arah selatan, hutan bakaunya lebih rapat. Jika ingin menikmati suasana, ada Mangrove trail. Sebelumnya akan kita jumpai pohon Ketapang (Terminalia catappa) raksasa.
Mangrove trail mudah dilewati siapa saja. Jalanannya terbuat dari beton berpagar. Trailnya pendek saja. Pohon yang akarnya seperti berserakan di permukaan air ini membentuk kanopi. Meneduhkan. Entah berapa ratus meter panjang trail ini. Mungkin sepuluh menit kita sudah sampai ujung berbentuk mirip gazebo. Walau hanya sehari, kami telah belajar banyak hal di taman nasional ini. Anak-anak pun bisa bermain dan bersuka ria.
aku lihat monyet itu ingat kopiku diminum sama mereka waktu menikmati sunset di Bama. Dan mrka juga keberatan mengembalikan mugnya…. hahaha
@EmakMbolang: wkwkwkwkw… kembulan kopi karo moynet. Monyete doyan kopi pisan tibake, Mak..
Waktu kita ke Banyuwangi itu sebenernya udah dekat ya mbak. Tinggal naik bus, sampe. Aku masih pingin banget ke Baluran. Pingin lihat rusa-rusa liar…foto2 di sana saat matahari terbit pasti keren banget.
@Mbak Rien: Betul, Mbak. Pelabuhan GRand Watudodol itu dah mendekati arah TN. Baluran. Kalau motret sunrise, skalian nginep brarti ya, Mbak.. Asyik tuh…
Berniat kemping di TN Baluran sejak 5 tahun lalu. Sampe sekarang masih tetap hanya wacana -_-
@Tatat: hihihih… aku malah dulu tinggalnya dekat situ, gak brangkat2 juga. Kadang kalau spontanitas malah jadi pergi, yaks…
Gunung Baluran seolah Kilimanjaronya ya hihi..
Pasti sulit bgt ya nemuin macan tutul..
Salam
-Traveler Paruh Waktu
Bara Anggara: Jauh lebih pendek dibanding Kilimanjaro kali yah… 🙂 Tapi gak kalah cakep pasti..
Masuk taman Baluran sepanjang jalan masuk nya sampai ke pantai sejauh +/- 10 KM rusak berat.. tapi terbayar dengan hewan liar yg berkeliaran serta hamparan savana nya yg menghampar.. sayang pas musim meranggas pada waktu kunjungan.. burung Meraknya memberi warn kontras dengan gersangnya alam pada waktu kami ke situ..
[…] untuk menyamakan tujuan utama liburan bersama-sama. Tidak bisa hanya diputuskan oleh satu orang saja, tetapi harus disepakati oleh semua […]