Ada diskusi menarik di sebuah komunitas menulis khusus emak-emak. Tentang target menulis. Ini kan mau akhir tahun, apa target menulis tahun ini sudah tercapai atau belum?
Soal target ini, sependek pengalaman Emak kenal sama mereka yang suka menulis, terdapat dua kubu pendapat: mereka yang merasa butuh target, dan mereka yang tak punya target.
Mereka yang pasang target merasa bisa nulis rutin karenanya. Target berarti beban yang seharusnya dipenuhi. Yang tak pasang target maunya mengalir saja. Mau nulis atau tidak, santai.
Hasilnya? Bukan berarti mereka yang tak pasang target tak bisa menghasilkan karya. Tapi mestinya mereka punya cara jitu agar selalu menelorkan karya tulis.
Kalau Emak sendiri? Dari kecil terbiasa dengan dadakan, belajar SKS (sistem kebut semalam), Emak merasa kudu pasang target menulis. Agar bisa istikomah.Target jadi beban, pemacu dan pemicu dihasilkannya sebuah karya. Terserah mau nulis apa saja dan di mana saja. Mau buat media cetak, catatan di media sosial atau di blog, yang penting kudu ada karya dihasilkan.
Target menulis sudah Emak tetapkan saat pertama memutuskan untuk istikomah di dunia penulisan. Meski nulisnya hanya di blog pribadi. Mulanya ambisius. Emak maunya ODOA (One Day One Article). Eh, hanya bertahan enam bulan (dipotong bulan kedua, mudik). Hanya lima bulan saja. Itu pun tak penuh setiap hari nulis. Lama-lama ngos-ngosan juga. Butuh disiplin diri tinggi untuk dapat melakukan hal tersebut. Emak menyerah.
Akhirnya menyesuaikan kondisi dan tanggung jawan lain di dalam rumah, Emak menurunkan target drastis, sebulan minimal satu artikel di blog. Hiks, apa daya. 🙁 Tapi syukurlah target ini hampir selalu tercapai. Setelah lebih dari 5 tahun ngeblog, kalau tidak salah hanya 3 bulan bolong. Sekarang targetnya Emak naikkan menjadi 2 artikel sebulan. Selain itu, Emak dkk di Bento Mania, wajib setor satu artikel di blog jamaah setiap bulan.
Selain di blog Emak tetapkan target menulis serius. Yakni menulis untuk dipublikasi di media cetak. Jenis tulisan yang butuh konsentrasi lebih tinggi dan waktu lebih panjang. kalau nulis blog atau catatan di media sosial selesai dalam sekali duduk, menulis serius jarang seperti itu. Seringnya selesai setelah berkali-kali duduk, ngelamun, berdiri, disambi selancar di medsos, dll.
Awal-awal kembali menulis di media cetak, tahun 2012, Emak tak punya target sama sekali. Kadang rajin, bisa menulis dan mengirim beberapa karya dalam sebulan. Sebaliknya, kadang juga tak menulis serius sama sekali. Tak ada mood menulis. Kalau mau serius di dunia literasi, tidak bisa begini. Akhirnya Emak tetapkan target juga. Minimal nulis satu artikel sebulan.
Emak merasa, meski mood menulis serius naik turun kayak roller coaster, dengan adanya target, moody biasa sedikit Emak atasi. Jika kita memaksa diri sendiri, kita bisa menekan bad mood, dan tetap berkarya. Sekarang Emak pasang target minimal sebulan 4 artikel serius untuk dikirim ke media cetak. Dengan asumsi, dalam satu minggu Emak bisa menghasilkan satu artikel. Ini setelah mempertimbangkan kondisi di rumah.
Kenyataannya, sih tak harus satu minggu satu artikel. Kadang selesai di minggu-minggu awal, mnggu berikutnya nyantai. Pernah pula 3 minggu pertama bad mood atau banyak urusan. Satu minggu terakhir, berhasil memenuhi target. Alhamdulillah setidaknya setahun terakhir, Emak bisa istikomah menulis serius.
Lalu bagaimana dengan target dimuat? Emak hanya memasang target bulanan untuk menulisnya saja. Sebab itu bisa Emak kendalikan. Kalau target dimuat, itu hal yang tak bisa Emak prediksi. Belum tentu juga artikel karya Emak selalu dimuat. Kirim artikel sekarang, dimuatnya bisa seminggu, sebulan, atau bahkan tujuh bulan kemudian. Buat yang ini Emak pasang harapan saja di akhir tahun. Semoga jumlah karya yang dimuat di media cetak tahun ini setidaknya sama dengan tahun sebelumnya.