Terbang dengan Batik Air

Di mana dan ke mana saja, keluarga pelancong tidak fanatik dengan maskapai penerbangan tertentu. Tentu pengen dapet tiket pesawat dengan harga semurah mungkin. Walau harga bukan selalu jadi patokan kami memilih. Kami juga mempertimbangkan waktu take off, lamanya transit, dan berbagai pertimbangan lainnya.

Selama mudik ke tanah air, kami pernah mencoba beberapa maskapai penerbangan. Selain Air Asia, kami pernah naik Sriwijaya, Nam, Lion, Citilink, Garuda. Mudik beberapa tahun lalu, dari Pekanbaru ke Bandar Lampung, rezeki kami naik Batik Air. Ini pilihan termurah. Tak ada penerbangan langsung antar kedua kota tersebut. Jadi pilihannya hanya penerbangan transit. Dari beberapa pilihan maskapai, kami pilih Batik. Walau bukan pilihan termurah. Sekalian kami nyobain maskapai yang belum pernah kami coba sebelumnya.

Selama dua kali penerbangan, baik dari Pekanbaru ke bandara Sukarno – Hatta, hingga dari Sukarno – Hatta ke Bandar Lampung semuanya lancar jaya. Alhamdulillah. Sesuai harapan semua penumpang, yekan?

Berangkat dari Pekanbaru, kami terbang agak sorean. Transit di Jakarta, bandara Sukarno-Hatta kurang lebih sejam setengah. Terbang dari Jakarta ke Bandar Lampung hampir pukul setengah tujuh malem. jadi agak malamm kami tiba di tempat tujuan. Transitnya di terminal satu bandara Cengkareng. Kami naik di pesawat yang sama. Dengan nomor tempat duduk yang sama pula. Baru nyadar setelah beberapa lama dalam perjalanan Cengkareng – Bandar Lampung.

Mbak-Mbak pramugarinya cuantik-cuantik. Anggun, elegan, sulum-sulum, kata kera Ngalam. Emak suka motif seragamnya. Batik, dengan belahan agak di atas dengkul. Mereka super ramah dan helpful.

Di dalam pesawat Batik Air

Pas masuk pesawat, anak-anak hepi. Sebab ada layar di depan tempat duduk. Meski naik pesawatnya ndak lama-lama. Tetap saja, mereka terhibur karenanya. Ndak terlalu bosen selama terbang. Tempat duduknya lega dan nyaman. Embuh karena pengaruh harga tiket lebih mahal atau gimana, rasanya naik Batik Air ini emang beda. Dekorasi dalamnya kelihatan lebih eksklusif. Selama perjalanan, kami dapat snack. Lumayan lah.

Sampai di Bandar Lampung, udah malam. Untungnya bandara Bandar Lampung ini pintu keluarnya gak jauh. Pagernya udah keliatan saat kita berada di luar gedung. Sambil geret empat koper gede, kami jalan ke pintu luar. Dari situ pesen taksi online ke pusat kota. Agak jauh. Akan tetapi, ongkos taksi online-nya saat itu tidak sampai seratus ribu rupiah.

Kalau ada rezeki naik Batik Air lagi, yo kami mau banget. hehehe. Pengalaman pertama positif soalnya. Alhamdulillah.

2 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: