Shkoder adalah kota besar pertama yang keluarga pelancong singgahi di Albania. Ia terletak di ujung utara, dekat dengan perbatasan Albania dengan Montenegro. Selama dua hari dua malam di sini, kami malah lebih banyak menghabiskan waktu di camping ground. Sebab anak-anak maunya berenang dan berenang terus. Sepertiga hari kami habiskan untuk mengunjungi supermarket, dan masjid setempat. Keesokan harinya, sebelum lanjut ke Tirana, kami mampir di sebuah jembatan kuno peninggalan zaman Turki Usmani dan sebuah workshop topeng Venezia.
Shkoder kotanya tidak terlalu luas. Penduduknya ramai pas di tengah kota saja. Lalu lintasnya juga. Agak minggir dikir, sudah sepi. Tetap aja kudu ati-ati saat membawa kendaraan sendiri. Kadang ada yang tiba-tiba menyebebrang sembarang, atau ganti jalan gak pakai lampu sign. Uniknya, ada kendaraan mirip betor. Beroda tiga, dan digunakan untuk mengangkut barang mau pun orang. Dan, walau sedikit eksplor dan banyak santai, bagi Emak, persinggahan kami di Shkoder tetap memorable. Oh ya, satu objek terkenal Shkoder yang tak kami singgahi adalah Kastil Rozafa. Padahal gak terlalu jauh. Dari penginapan kami sudah terlihat jelas. Akan tetapi letaknya ynag di puncak bukit batu, serta cuaca panas, bikin kami awang-awangen mau manjat ke sana.
***
Islamic Center Masjid Abu Bekr, Shkoder
Selama berhari-hari berada di Albania, kami gak menukar uang ke uang lokal. Pun gak ngambil duit Albania lewat ATM. Penginapan, restaurant, semuanya kami bayar pakai euro. Karena diterima hampir di semua tempat. Bahkan receh euro pun diterima. Kalau gak bisa bayar pakai euro, kami pakai kartu berlogo VISA. Praktis. Kami juga gak banyak belanja selama di Shkoder. Hanya beli bahan makanan serta sedikit cinderamata.
Ketika akhirnya kami keluar dari camping ground, kami menuju pusat kota. Awalnya ke sebuah supermarket. Membeli telur, pisang, beras dan ikan tuna kalengan. Setelahnya, kami mencari tempat parkir gratisan yang dekat dengan masjid. Kami ingin mengunjungi masjid terbesar Shkoder, Masjid Abu Bekr. Alhamdulillah nemu parkiran gak jauh.
Fasad Masjid Abu Bekr didominasi warna putih. Bangunan aslinya sebenarnya sudah ada sejak abad 18. Ia direnovasi dengan bantuan dana dari pemerintah Saudi Arabia pada tahun 1995. Sekarang terlihat modern. Masjidnya dipagar dan taman di sekitarnya lumayan luas. Bunga mawarnya snagat subur. Tamannya terlihat agak kurang terawat. Ada seorang satpam di dekat gerbang utama. Beliau membiarkan kami masuk. Tempat wudu ada di luar. Terpisah dari bangunan masjid utama. Kami masuk, numpang sembahyang.
Interiornya juga putih. Hiasannya kaligrafi dan lukisan di dinding, berwarna biru muda. Ia memiliki satu kubah utama yang sangat besar. Di bawahnya terdapat chandelier bundar. Ruang sholat perempuan di lantai atas. Karpetnya juga didominasi warna biru. Kipas angin ada beberapa. Sangat menyejukkan di musim panas. Kami datang ketika masjid dalam keadaan sepi.
Xhamia e Plumbit aka Masjid Busatli Mehmet Pasha
Tujuan kami berikutnya juga sebuah masjid. Bedanya, satu ini merupakan peninggalan sejarah dari kekhalifahan Turki Usmani. Ia berada tak jauh dari tempat kami kemping. Akan tetapi, agak susah nyarinya. Sebab ia berada di dalam sebuah perkampungan yang jalannya sempit. Alhamdulillah ketemu juga.
Masjid ini menyepi sendiri di antara perumahan penduduk. Tanah lapang di sekitarnya lumayan luas. Sebenarnya ia berada dekat danau. Mungkin karena kami datang di musim panas, danaunya mengering, berganti menjadi lapangan rumput. Ayam dan kambing dibiarkan berkeliaran di luar masjid. Ndak ada orang selain kami saat itu. Sebuah jembatan metal membawa kami ke pintu masuk.
Kami memarkir kendaraan di luar halaman masjid. Lalu mendekati bangunannya. Menurut informasi Wikipedia, tempat ibadah satu ini dibangun atas perintah Pasha Memet Bushali, wasir Shkoder kala itu. Pada tahun 1773. Informasi lain, tahun 1774. Beliau ikut membangun masjid dengan tangannya sendiri. Sebab sebagian penutup kubahnya terbuat dari timah, maka ia juga dikenal sebagai Masjid Timah. Sejak tahun 1900-an, kabarnya bangunannya mulai rusak. Beberapa oknum mencuri timah di kubah. Tahun 1967, ia, seperti institusi keagamaan lainnya di Albania ditutup oleh pemimpin yang berhaluan komunis, Enver Hoxha. Setelah komunisme ambruk tahun 1990-an, baru ia dimanfaatkan sebagai tempat ibadah lagi.
Dari luar, tiada tampak menara satu pun. Setelah rusak berat terkena sambaran kilat, konon menaranya belum diperbaiki kembali. Konstruksi masjid terbuat dari batuan alam. Masuk, kami temukan cat putih temboknya relatif baru. Di satu sisi tembok Emak melihat beberapa foto tua masjid. Di sisi lain, teronggok batu-batu berelief bertuliskan huruf Arab. Ruang sholat utama terkunci. Kami mengintip bagian dalam dari sela-sela pintu. Mimbar dan mihrab-nya sederhana. Karpetnya tidak seragam. Secara keseluruhan, bagian dalamnya terlihat bersih. Ketika kami berkeliling halaman masjid, terdapat beberapa nisan bertuliskan Arab.
Jembatan Mesi (Ura e Mesit)
Bangunan apa saja, jika ada embel-embel bersejarah, tentu menjadi lebih menarik. Apalagi jika kita simak sejarahnya secara lebih mendalam. Selalu saja ada kisah unik dan menarik di baliknya. Demikian juga dengan Jembatan Mesi di luar kota Shkoder ini. Kami nilai layak dikunjungi karena nilai sejarahnya. Ia juga merupakan salah satu peninggalan Turki Usmani di Semenanjung balkan yang masih bisa kita saksikan hingga kini. Ratusan tahun setelah ia dikonstruksi.
Kami telah menyaksikan sebagian jembatan peninggalan Turki Usmani di Semenanjung Balkan. Terpopuler mungkin adalah jembatan di kota Mostar. Yang meskipun tidak original, sebab sempat dibom selama Perang Bosnia, berdiri sangat gagah di atas sungai kebiruan Neretva. Di kota Podgorica, ibukota Montenegro, kami menyeberangi Jembatan Adzi-pasa’s di atas Sungai Ribnica. Pun di kota Skopje, ibukota Makedonia. masih kokoh sebuah jembatan serupa.
Ura e Mesit berjarak sekitar 10 km dari pusat Shkoder. Sekitar 20 menitan naik mobil. Sambil menikmati suasana pedesaan Albania. Ada desa kecil di tepinya. Di kejauhan, nampak pegunungan. Sempat salah mengambil jalan, tak lama, kami bisa parkir di sebuah jalan dekat jembatan tua. Ada jembatan baru yang digunakan kendaraan bermotor sementara jembatan kunonya digunakan oleh pejalan kaki.
Pas sampai di sana, kesan Emak: Lha, ini di bawah jembatan, mana sungainya? Kok kering kerontang. Seingat Emak, di foto sungainya kebiruan, mirip di Mostar. Olala, mungkin kalau musim panas, air sungai surut.
Lebih dari tiga ratus tahun Jembatan Mesi membentang sepanjang 108 meter di atas Sungai Kir. Menghubungkan Shkoder dengan Drishti dan Cukali. Air sungai Kir berasal dari pegunungan di dekatnya.
Emak mencari jalan turun ke arah sungai. Lewat jalan setapak yang penuh batu-batu besar dan kecil. Tak banyak orang di sekitarnya. Ada beberapa turis lalu lalang dna berfoto di atas jembatan. Serta beberapa orang duduk-duduk di bawah jembatan. Cuaca sedang panas. Enak juga ngadem di antara pepohonan di tepian sungai. Puas motret jembatan dari bawah, Emak memanjat jalan setapak. Kali ini menapak di atas jembatan. Air sungainya kering aja jembatan keliatan cakep. Apalagi pas air sungainya mengalir, ya!
Pengrajin Topeng Venesia
Tempat terakhir yang kami kunjungi di Shkoder adalah sebuah workshop topeng Venesia, Venice Art Mask Factory. Gak susah nyari tempatnya di pusat Shkoder. Tempat parkirnya luas. Dan workshop-nya dari luar, mirip gudang. Kami langsung terpukau di dalamnya. Banyak banget koleksi topengnya. Mulai dari yang bergaya klasik, sampai modern. Modelnya macam-macam, badut, binatang, wajah manusia, atau ynag cumak nutupin mata aja. Bikin Emak inget videoclip salah satu lagu Chrisye, Kala Cinta Menggoda. Mbak Vira Yuniar lagi pesta topeng sama mas-mas yang Emak gak tau namanya. Harga topengnya mayang mihil2 buat kami. Ya udah beli satu aja yang paling murah, 20 euro buat kenang-kenangan.
Venice Art Mask Factory
Rruga Inxh. Gjovalin Gjadri Tel: +355 68 20 48 060 Shkodër AL, 4002, Albanien
***
Baca juga: Traveling ke Albania
Baca juga: Pilihan Akomodasi di Albania
[…] Baca juga: Things to do in Shkoder […]
Sesok Nek dolan nang Alnania aku coba bentor e. hehehe penasaran sama bentor Albania.
ternyata di Albania juga ada peninggalan Turki usamni. Semakin banyak baca Semakin pingin ke Turky. Semoga Akhir tahun ada rezeki buat kesana. Aaamiin
@Emakmbolang: Bentor Albania gak gawe public transportation koyoke. Kuwi khusus gawe wong kono. hehe.
[…] Baca juga: Things to do in Shkoder […]
[…] Baca juga: Things to do in Shkoder […]