Siprus, pulau terbesar ketiga di Lautan Mediterania punya banyak sekali peninggalan arkeologis. Hampir semuanya terawat rapi. Menjadi daya tarik wisata tersendiri. Di kota Pafos, barat daya Siprus ada dua taman arkeologi luas. Salah satunya adalah Tombs of the Kings.
Nama makam raja-raja sebenarnya tak tepat. Tak seorang raja pun pernah dimakamkan di sini. Situs ini merupakan makam petinggi daerah administrasi Ptolemy, serta orang-orang kaya Yunani kuno. Raja kerajaan Ptolemy bertahta sebagai firaun di Alexandria. Akan tetapi, dengan atau tanpa raja, situs ini pantang dilewatkan ketika mengunjungi kota Pafos di Republik Siprus. Ia monumen arsitektur Yunani kuno terpenting di pulau ini. Tak heran jika dia masuk dalam daftar warisan budaya Unesco.
Daya tarik Pafos tak hanya terletak pada dua taman arkeologis besarnya. Wisata pantai menyedot banyak sekali turis. Jika berjalan-jalan di sekitar pantai di daerah Kato Pafos, tampak sekali ramai bisnis wisatanya. Bukan sekali dua kali kami ditawari aneka paket wisata laut. Seperti tur dengan kapal motor kecil atau kapal besar mulai dari hitungan jam hingga seharian penuh. Harganya bisa dipilih sesuai jumlah euro dalam kantong.
Pramusaji rumah-rumah makan memanggil calon pelanggan, mengenalkan menu istimewa mereka dan berusaha merayu agar mereka mau mampir makan. Galeri, toko-toko cinderamata, museum, ikut meramaikan suasana. Di ujung pelabuhan, berdiri gagah sebuah kastil. Dibangun oleh penguasa Turki Usmani pada tahun 1592 masehi. Bangunan kastil berada di atas air. Dihubungkan dnegan daratan oleh sebuah jembatan batu.
Akan tetapi kami lebih tertarik untuk berwisata sejarah. Lokasi kedua taman arkelogis berada di dalam kota. Mudah dijangkau dengan kendaraan umum dari terminal bus di pusat kota. Lokasi makam raja-raja berada sebelum pemandian terkenal, Coral Bay. Setidaknya, setiap setengah jam sekali bus kota menghampiri situs ini. Tiket masuknya hanya 1,75 euro atau sekitar Rp. 20 ribu. Anak-anak gratis.
Alokasikan waktu setidaknya dua jam untuk masuk ke dalam kompleks makam. Siapkan juga fisik dan air minum. Makam-makam di sini berada di bawah tanah. Jika ingin melihat bagian dalamnya, kita harus mau turun naik tangga menuju bagian dalam makam. Bagian dalamnya kosong. Susunan bebatuan dari masa silam ini terlihat bersih dan terawat. Sebagian sudah dikonstruksi ulang. Agar kita bisa membayangkan kemegahannnya.
Emak berdua dengan Embak masuk kompleks makam raja. Di akhir bulan Oktober, suhu udara di Siprus masih seperti di musim panas saja. Sinar mataharinya terasa menyengat di kulit.
Makam-makam di sana sebagian berbentuk ruang-ruang luas di dalam tanah. Berbentuk peristyle. Ciri bangunan sakral jaman kuno. Terbuat dari batu-batu besar berbentuk segi empat. Memiliki atrium dan pilar-pilar tinggi di sekelilingnya. Menggambarkan bentuk rumah penghuninya sebelum mereka meninggal dunia. Dari seluruh wilayah Laut Tengah, kompleks makam ini sungguh istimewa. Bentuknya merupakan gabungan dari makam bawah tanah Mesir dan gaya hidup kaum aristokrat Yunani kuno. Sebagian besar makam berasal dari abad keempat sebelum masehi. Hingga kini penggalian masih berlanjut.
Di awal-awal tahun masehi, serta masuknya agama kristen, kompleks makam ini dijadikan tempat persembunyian bagi para kriminal dan pemeluk agama kristen. Satu makam sempat dijadikan kapel. Di abad pertengahan, dia beralih fungsi menjadi tempat tinggal atau tempat kerja. Dan ketika perang dunia berlangsung, banyak tawanan perang dikerahkan untuk membantu penggalian.
Makam pertama yang kami kunjungi bentuknya tak terlalu menakjubkan. Satu lubang besar di bawah tanah, sebuah undakan dan ruangan tak terlalu luas. Tingginya sekitar empat meter. Sebagian dindingnya berwarna kehijauan, akibat ditumbuhi lumut. Ukuran ruangan sekitar 25 meter persegi. Sebuah lubang menganga di satu dinding. Mungkin di sanalah tempat makam dulunya disemayamkan. Kami hanya bisa menduga. Tak ada keterangan di sekitar makam.
Semakin masuk ke dalam kompleks, makin banyak hal menarik kami temukan. Tak semua makam berada di bawah tanah. Sebagian tak memiliki tangga. Membentuk satu gundukan batu besar. Tak semua makam kami masuki. Kami melihat konstruksi-konstruksi menarik saja. Mudah menemukannya. Dimana banyak orang berkumpul, di situ pasti ada sesuatu yang menarik. Mungkin akan lebih mudah berorientasi jika membeli buku panduan di loket pembelian tiket tadi. Sebagian makam penting memiliki nomor. Kecuali makam nomor 2, semuanya dihubungkan dengan jalan setapak sehingga membentuk satu rute.
Ada 8 makam masuk dalam daftar makam penting. Makam yang kami datangi pertama ternyata makam nomor 1. Paling penting adalah makam nomor 3, 4 dan 8. Jika punya waktu sedikit dan ingin melihat ciri khas Tombs of the Kings, tinggal mengunjungi ketiga makam ini. Ketiganya menunjukkan bentuk peristyle. Bila digabungkan, ketiganya membentuk sebuah blok luas. Jika tak membawa peta kompleks atau kurang perhatian, nomor-nomor makam bisa terlewat. Kompleks arkelogis ini minim sekali akan informasi pendukung.
Kami berdua terus saja menjelajah. Hari terasa makin panas. Tak banyak pohon besar tumbuh di area ini. Hanya rerumputan dan semak-semak rendah mendominasi. Selain tumpukan bebatuan. Untungnya lautan di sebelahnya menghembuskan angin sejuk sesekali. Kadang kami berlama-lama berada dalam bangunan makam. Teduh.
Makam nomor 3 dan 4 berada di tengah-tengah kompleks. Untuk mencapainya kami menuruni tangga batu hingga masuk ke sebuah ruangan berbentuk segi empat. Ruangan ini terang karena bagian atasnya terbuka. Konon dulunya ruangan bagian dalam makam diplester dan dindingnya dihiasi lukisan. Ruangan terbuka ini berfungsi juga untuk tempat berkumpul keluarga saat mengenang si mati. Atau melakukan perayaan.
Masuk ke bagian lebih dalam, kami temukan rungan dengan lubang-lubang. Di sinilah mayat disemayamkan. Bersamanya, dikubur pula barang-barang berharga milik mendiang. Termasuk perhiasan dan kotak-kotak kosmetik. Di satu blok makam besar, tak hanya satu lubang mayat kami temukan. Melainkan beberapa. Rupanya pemakaman ini bisa digunakan oleh banyak orang. Menurut ahli sejarah, sebagian besar isi makam sudah dirampok orang sejak jaman Romawi kuno menguasai Siprus.
Kami melihat hampir semua bagian di dalam kompleks Tombs of the Kings. Beberapa bagian hanya bisa dilihat dari kejauhan. Ribuan tahun berlalu. Bebatuan masa silam ini bertahan hingga kini. Menyampaikan cerita sejarah kepada kami, manusia masa kini.
*Tabloid Prioritas*
Aku kayaknya mundur mbak kalo wisata sejarah berupa makam di bawah tanah seperti ini. Penakut soalnya. Parkir di basement aja aku gentar 🙁
@Mbak Rien: Bisa dilihat dari atas juga, Mbak kalau gak mau turun. Tapi ada juga sih ynag emang kudu masuk ke dalam tanah..
Termasuk barang2 bwrharga dikuburkan , kayak kuburn China. Delhi ITU kota DG serakan tomb, banyakkkkk sekali mnghiasi jalanan. Ayooo mbak klo ke sino jadi tomb raider ala Angelina Jolie 🙂
@Zulfa: waaaaa… lek dadi Tomb Raider koyok Angelina Jolie, klambine sing ketat kuwi bakal methethet nang aku. hihihihi
[…] Tombs of the Kings di Pafos adalah satu peninggalan arsitektur kuno penting di Lautan Mediterania. Tak ada raja dimakamkan di kompleks ini. Hanya pejabat dan orang-orang kaya zaman dulu. Uniknya, sebagian besar pekuburan dibangun di bawah tanah. Dari potongan bebatuan besar. Gaya bangunan makam adalah gabungan makam bawah tanah Mesir dan rumah-rumah kuno kaum aristokrat Yunani. Masuk ke dalam makam saya turuni tangga, dan menemukan sebuah ruangan terbuka dengan pilar-pilar tinggi di dalamnya. Dulunya mayat dikuburkan di ruangan tertutup bersama harta bendanya. Konon kemegahan makam sebanding dengan kemegahan rumah si mayit semasa hidup. […]