Tanah air beta sebenarnya tidak pernah kekurangan destinasi wisata. Di dekat kampung halaman saja Emak bebas memilih. Mau ke gunung atau laut. Gunungnya bukan seperti gunung dekat rumah kami di barat Jerman yang tiggi maksimalnya tak sampai seribu meter. Tapi gunung-gunung dengan ketinggian hampir 3000 meter.
Emak sejatinya sudah sejak kuliah dulu ingin ke Ijen. Waktu itu kami pernah nanjak Argopuro. Perjalanan naik turun kami tempuh seminggu. Biuhhhhh. Sejak itu agak-agak kapok naik gunung. Kata seorang teman, naik Ijen aja. Naik turun sehari kelar. Cita-cita tersebut baru terlaksana awal Agustus lalu. Naik Ijen bareng dua krucil.
Yang paling bersemangat akan acara ini si Adik. Dia memang sedang terobsesi gunung berapi. Ia ingin mendaki gunung ynag mengeluarkan asap. Seperti di buku atau reportase yang pernah disaksikannya. Di Indonesia mah banyak, Dik, kata kami.
Tapi entah mungkin dia tak membaynagkan gimana capeknya naik gunung. Kami mulai menanjak dini hari, pukul setengah tiga pagi. Adik sedang enak-enaknya bobok di tenda. Tak mau diajak jalan. Jadinya ampir sepanjang jalan ia rewel. Baru ceria lagi setelah sampai di kawah dan menyaksikan asap membubung dari mulut kawah.
Walau setelahnya tidak mau naik gunung berapi lagi karen capek, kini dia melanjutkan obsesinya. Mengajak Bapak mendaki gunung Etna dan Fuji. hehehehe.
Cerita Adik dan gunung Ijen Emak abadikan dalam sebuah artikel. Alhamdulillah dimuat di A Magz 09/2014.
Maaf mengganggu. Saya hendak bertanya dan meminta informasi. Kebetulan isteri saya hendak ke Frankfurt dalam harihari mendatang. Berangkatnya sih tidak direct flight. Nah, pulangnya transit di Singapura. Apakah saat transit, isteri saya harus ambil bagasi & antri di imigrasi sebelum ke boarding gate penerbangan lanjutan (beda airlines)? Isteri saya menggunakan jasa sebuah biro perjalanan saat membeli tiket pulang pergi Frankfurt.
Mohon maaf kalau diluar topik tulisan. Terima kasih sebelumnya.
A Magz ini majalah apa mbak?
Majalah khusus dokter anak, Mbak Dee An..