Jerman punya jalur sepeda bagus. Tak hanya di kota-kota besar. Namun juga di hutan-hutan dan daerah pinggiran. Bahkan punya yayasan khusus buat pecinta olah raga sepeda. Yayasan ini membuat peta-peta bersepeda di seluruh Jerman. Bertahun lalu, kami sudah membeli buku tur sepeda kota Düren dan sekitarnya. Sebab kami sering bersepeda, meski tak jauh.
Kontur kota Düren sendiri naik turun. Bikin agak malas menggowes. Paling di daerah datar saja kami sering mengayuh sepeda. Kalau cuaca mendukung, Emak mengantar Adik ke TK atau tempat latihan sepak bola. Atau ke supermarket terdekat.
Mei lalu di awal musim dingin, cuaca hangat. Tak ada kegiatan di suatu hari Minggu, kami rencanakan untuk bersepeda sekeluarga. Waktu itu Adik belum bisa naik sepeda sendiri. Masih dibonceng di dalam becak miliknya. Kami merencanakan sebuah tur sendiri. Dari rumah kami di Stockheim ke desa lain bernama Huchem – Stammeln. Kalau dilihat di peta, pergi pulang sekitar 25 km. Tak terlalu jauh buat sebuah tur sepeda.
Hari itu ramai orang bersepeda. Sementara jalan raya lebih sepi di hari Minggu. Kami melaju ke arah Düren. Semua lancar. Hanya kepanasan dan Adik bosan di belakang. Setelah lewat kota, baru masuk ke areal pertanian. Kentang mulai ditanam, dan bunga rapees sedang mekar-mekarnya. Lalu kesasar di sebuah kompleks toko dan pabrik. Akibat salah mengambil jalan. terpaksa harus memutar kembali ke jalan di mana kami salah jalur.
Pulangnya, kami lewat jalur tepi Sungai Rur. Yang ini lebih asoy. Adem. Sebab jalurnya banyak dilindungi rindangnya pepohonan. Dapat spot bagus, kami putuskan membuka bekal makan siang di dekat gemericik air. Damai sekali rasanya. Wudu pakai air sungai. Anak-anak kegirangan diperbolehkan main air sebentar. Setelah lewat daerah pemukiman, lama kelamaan pegel juga kaki ini. Ditambah lagi jalanan mendaki ke arah rumah. Tak kuat, Emak tuntun pelan sepedanya. Kesasar tadi rupanya menambah jarak tempuh perjalanan kami menjadi sekitar 35 km. Capek tapi hati girang.