Masuk kota gua Uplistsikhe tak mahal. Dewasa 3 lari. Anak-anak 1 lari. Cerita pengalaman orang tentang pemandu brutal tak kami alami. Konon pengunjung bakal didatangi pemandu pemaksa. Mematok tarif mahal. Tapi bisa ditawar. Mungkin tak ada pemandu yang bisa berbahasa Indonesia. Penjual tiket pun tak menawari kami buku tentang Uplistsikhe.
Mengitari kota gua ini, perlu persiapan fisik. Emak tak siap mental. Dipikir kotanya di daerah datar-datar saja. Nyatanya pakai manjat-manjat, mendaki bebatuan. Untung tak licin. Baru beberapa tanjakan, sudah ngos-ngosan. Sementara gua-gua besar masih melip, alias jauh di atas sana.
Di sini, anak-anak dan bapaknya kegirangan sekali. Sudha menjadi hobi mereka manjat-menajat penuh tantangan seperti ini. Mereka naik hingga puncak gua paling tinggi. Kaki Emak sering gemetaran. Selain karena ngeri, juga karena kurang daya. Tangga-tangga kota gua sering kali dibuat hanya dnegan membolongi batuan, tanpa ada pegangan. Penyuka panjang tebing pasti dengan mudah naik turun batu-batu tinggi seperti ini.
Kota gua ini minim keterangan. Hanya tempat-tempat terpenting diberi nama. Misalnya saja Blackberry Hall, Wine Cellar, dll. Dalam bahasa Georgia, Rusia dan Inggris. Tak banyak orang berkunjung kemari. Jika berkunjung pun sebentar saja. Setengah hingga sejam. Sedangkan keluarga pelancong menghabiskan waktu dua jam. Buat foto-foto pelan-pelan naik turun batu-batu dann istirahat. Itupun sudah sering mengingatkan, bahwa kami ditunggu sopir taksi.
Kami sekeluarga senang sekali bisa kemari. Rasanya seperti petualangan sebenarnya. Embak apalagi.
„Das ist aber geil, Mami,“ katanya.
Emak senang anak-anak menikmati perjalanan kali ini. Pulangnya Pak Sopir minta tambahan 10 lari. Jadi total 30 lari. Tadi kami memang merasa kelamaan. Dan berniat nambah 5 lari. Jadi kami tawar 25 lari. Beliau setuju. Lalu mengantar kami kembali ke Museum Stalin.
Istirahat sebentar, kami masuk ke dalam museum. Pintunya berat, susah dibuka. Tarif masuknya, 10 lari orang dewasa. Anak-anak 1 lari. Tak lupa, penjual tiket menanyakan dari mana asal kami.
Ruang museum ada di lantai dua. Terdiri dari 5 ruang pamer. Berisi patung, foto-foto, guntingan surat kabar berbahasa Rusia., karpet-karpet bergambar Stalin, sulaman, dan aneka barang didekasikan untuk Stalin.
Josef Stalin sendiri lahir di Gori tahun 1878. Bapaknya seorang pembuat sepatu ynag sukses pada mulanya. Kecanduan alkohol, sang Bapak suka berbut kekerasan. Saudara Stalin meninggal saat masih kecil, sehingga Stalin hidup sebagai anak tunggal. Setelah pemimpin besar Uni Sovyet pertama, Lenin, meninggal, Stalin menggantikan beliau. Memimpin Uni Sovyet sebagai diktator. Stalin dikenal tak punya belas kasihan terhadap musuh dan mereka yang dianggap musuh. Banyak orang mengecam sepeninggal beliau. Namun di museum Gori ini, Emak merasa bahwa Stalin sangat dipuja.
DI luar gedung museum ada rumah lama Stalin. Serta sebuah gerbong kereta api. Stalin tak suka naik pesawat terbang. Jadi perjalanan kenegaraan di Eropa beliau lakukan dengan kereta api. Untuk masuk gerbong, nambah lagi bayar 5 lari per orang dewasa.
Keluar museum, kami berjalan menuju kantor gubernur untuk memotret. Lalu bertanya arah terminal marshruska. Kembali ke Tiflis.
Emak hitung, hampir seharian di kota gua dan Gori, keluarga pelancong menghabiskan uang sebanyak 80 lari. Jauh lebih murah dibandingkan sebuah tur ynag sempat Emak ingin ikuti. Biayanya 120 lari per orang. Di tur tersebut ada kunjungan ke Kota Mzcheta dan makan siang. Menurut banyak info di internet, memungkinkan untuk melakukan tur sendiri. Dengan biaya jauh lebih murah.