Penawaran tiket murah dari suatu maskapai penerbangan mudah sekali membuat kami tergiur. Setelah membandingkan harga, mengecek jadwal semua orang, situasi keuangan, semuanya ok, maka segera kami beli penawaran tiket murah tersebut. Dari salah satu maskapai penerbangan langganan keluarga pelancong, Tuifly. Köln – Valencia pp. Hanya 160 euro-an bertiga. Plus 50 euro tiket kereta api dari tempat tinggal kami sebelumnya, Bremerhaven. Murah. Kami senang mendapatkannya, sebab sejak lama kami berburu tiket murah ke bumi Iberia alias Spanyol.
Menjelang perjalanan waktu itu, keluarga pelancong mengalami musibah. Jempol kirinya terjepit pintu besar di satu klub olah raga, sedikit retak, dan harus di-gips. Itu terjadi di malam hari ketika kami harus berangkat. Karena menurut dokter boleh saja kami melanjutkan rencana perjalanan, asal Embak diperiksa dokter pagi sebelum berangkat, maka kami langsung berangkat menuju bandara Köln-Bonn malam itu. Untunglah di bandara ada praktik dokter umum. Sehingga Embak masih bisa diperiksa dan diganti perbannya. Jadilah dia melancong sambil membawa beban baru di tangan kiri.
Dengan kondisi Embak serta Emak yang sedang hamil 6,5 bulan, kami memutuskan utuk melancong sambil lalu saja. Tak terlalu memaksakan diri untuk melihat banyak obyek wisata utama seperti biasa. Apalagi dalam empat hari perjalanan, kami ingin sekalian mampir ke Barcelona.
Stasiun pusat kota Valencia adalah sebuah bangunan indah, berwarna dan unik. Tepat di sebelahnya berdiri Plaza del Torro, sebuah bangunan bundar untuk adu para matador. Sayang tak ada pertandingan matador saat kami disana. Sehingga suasananya biasa-biasa saja.
Waktu kami di Valencia untuk berpesiar tak banyak. Hanya satu setengah hari saja. Kami kesiangan keluar dari hotel. Kantor informasi wisata di pusat kota sudah tutup. Terpaksa kami membeli peta kota di satu toko buku. Sambil mengamati orang-orang ramai berbelanja di toko-toko dan pusat perbelanjaan. Atau duduk di kafe-kafe. Di awal Desember itu, matahari masih menyapa hangat di Spanyol Selatan.
Kota Valencia cukup besar, tapi tak terlihat terlalu lama. Bangunan-bangunannya terawat. Pohon-pohon jeruk menjadi penghias kota. Warnanya oranye ranum menggoda. Kota berpenduduk sekitar 800 ribu jiwa ini adalah salah satu kota mahasiswa terkenal di Iberia. Sejenak memperhatikan peta kota baru, kami buru-buru melanjutkan perjalanan ke Plaza del Ayuntamiento. Bukan sebuah pusat perbelanjaan, melainkan sebuah lapangan luas di jantung kota.
Inilah lapangan terluas di Valencia. Berbentuk mirip alun-alun dengan kolam air muncrat besar di tengah. Sebuah pohon natal raksasa menghiasinya. Pemandangan sekitar plaza ini sangat spektakuler. Di satu sisi ada balai kota berukiran batu sangat indah. Gedung-gedung indah lain di sekitarnya, berfungsi sebagai bank, hotel, dan perkantoran tak kalah menariknya. Kios-kios kecil menjual bunga-bunga, buah, sayur dan surat kabar.
Titik tujuan berikutnya, salah satu lambang kota, La Catedral del Santo Caliz, sebuah katedral Katolik-Roma. Gereja tua ini dulunya pernah menjadi kuil bangsa Romawi dan pernah pula berfungsi sebagai mesjid. Menara tingginya membuat penampakannya bertambah megah saja. Berjalan melalui lorong di sebelah katedral, sampailah kami di Basilika de la Virgen de los Desamparados, sebuah bangunan gigantis bergaya baroque. Kami terus berjalan menuju pasar utama yang ternyata sudah tutup, bangunan unik bergaya gothik La Lonja de la Seda, pusat dagang sutera. Karena keindahan dan kemegahannya, bangunan ditasbihkan sebagai salah satu cagar budaya oleh UNESCO.
Hari mulai senja. Kami beristirahat sejenak Plaza de la Virgen, lapangan dekat Basilika. Berbaur bersama para turis dan warga kota dekat air muncrat. Desain indah dan patung-patungnya membuat kolam air muncrat tersebut dijadikan latar belakang foto oleh para pelancong termasuk kami.
Malamnya, kami berjalan ke Torres de Serranos, menara pengawal dari jaman Gothik. Di dekatnya ada taman dengan pohon sangat besar yang mungkin sudah berusia ratusan tahun. Di lapangan dalam taman itu kami saksikan banyak sekali orang bermain sepak bola di malam hari.
Setelah itu, kami memutuskan untuk mengunjungi pantai. Konon sering ada pesta para mahasiswa di sana. Tram tumpangan melewati beberapa kompleks universitas yang terlihat sedemikian luas. Kami sempat kesasar, salah memilih halte untuk turun. Untung pantainya tak terlalu jauh. Pantainya sepi hari itu. Wajar saja. Hari telah gelap, dan angina malam berhembus dingin. Kafe dan restaurant tepi pantai tak banyak yang buka. Sayang sekali, padahal pantainya terlihat sangat putih dan bersih. Pasti ramai dikunjungi ketika hari sedang hangat.
Jelang kembali ke hotel, kami mampir ke pasar malam dekat pantai. Membeli jagung rebus penggoda iman di malam hari. Mampir sebentar di jantung kota nan ramai dan Plaza del Torro, ternyata sebagian stadion matador ini berfungsi sebagai pasar souvenir di malam hari. Hampir semua penjualnya berwajah Indian. Tepat di depan hotel, kami bertandang ke warung makan asia membeli nasi goreng sari laut. Hari itu kami lakukan perjalanan melelahkan namun tak terlupakan.
[…] di Valencia, kami cuma sempat istirahat sebentar di daerah dekat stasiun. Sebelum melanjutkan tiga jam […]
[…] adalah kunjungan ke Spanyol. Rutenya adalah Cologne – Valencia. Harganya sekitar 160 euro bertiga, pp. Sangat murah. Untuk rute-rute lain ke arah Afrika seperti […]