Hari telah menjelang senja ketika kami tiba kembali di Valetta. Sama dengan di Jerman, hari-hari kami di sana adalah hari-hari ketika karnaval umum dirayakan di seluruh pelosok Malta. Pusatnya, tentu saja di ibukota Valetta.
Sejak hari pertama kedatangan kami disana, Valetta telah menampakkan semarak meriahnya pesta rakyat. Anak-anak terlihat sangat antusias mengikutinya . Mereka memakai kostum unik aneka rupa. Kostum binatang, puteri dan pangeran, atau pahlawan idola mereka. Saking antuasiasnya para orang tua, bayi-bayi pun terlihat banyak mengenakan kostum bermacam-macam. Mobil-mobil karnaval bertema tertentu berjajar di dekat gerbang masuk menuju Valetta. Para penjual makanan pun tak kalah ramainya. Suasana menjadi semakin ramai karena tepat di depan Valetta adalah satu bundaran luas yang berfungsi sebagai stasiun bus kota.
Demi kepentingan acara ini, jalan mobil dari ke Valetta ditutup. tepat di depan gerbang Valetta, dipasang sebuah panggung besar beserta ratusan tempat duduk. Puluhan orang-orang berkostum warna-warni menari di panggung. Sore itu belum terlalu banyak penonton duduk di tempat duduk yang disediakan. Kostum-kostum penari sangat uik. Bentinya beraneka rupa. Buah, rumah, indian, pemain bola atau binatang. Warnanya sungguh cerah. Merah, hijau, ungu, biru, serta warna-warna norak lainnya.
Kami tak mau berlama menonton para penari beraksi. Sebab kami ingin mencari tempat makan malam sekaligus mengelilingi sebagian Valetta. Namun hari ini di sepanjang jalan protokol disana, hanya kami temui rombongan manusia. Entah berapa ribu jumlahnya. Untunglah di tengah kepadatan kami temukan satu toko cinderamata murah Malta.
Terus kami berjalan menyusuri Jalan Republik. Bertemu ribuan penduduk Malta. Sebagian kecil berkostum unik. Seperti wilayah Malta lainnya, Valetta bukannya daerah rata. melainkan berupa tanjakan dan turunan. Berjalan terus di jalan ini, sampai sebuah perempatan, jika memandang jalanan ke arah kanan, maka kami temui tanjakan. Sebaliknya di sebelah kiri adalah turunan yang menuju ke arah tepi laut.
Sampai di Istana Presiden, kerumunan manusia mulai berkurang. Meski kami bisa bernapas lega, namun kedai kebutuhan pokok belum jua kami temukan. Ada satu dua restauran mahal ramai pelanggan. Melihat harganya membuat kami tak minat mampir kesana. Akhirnya setelah beberapa lama duduk-duduk di sebuah bangku kota, kami berbelok kanan, menyusuri Merchant Street.
Syukurlah disana ada sebuah toko kecil. Mirip toko kelontong, toko ini menjual beberapa makanan kecil. Kami beli kue berbentuk wafer coklat sebagai pengganjal perut sementara.
Akhirnya tak tahan dengan dinginnnya udara malam, kami kembali ke arah panggung karnaval. Dimana para penarinya sudah semakin memenuhi panggung. Demikian pula para penonton sudah menduduki semua kursi. Sebagian lain bahkan memanjat ke tembok-tembok tinggi di sekitar panggung. nampaknya, puncak acara karnaval malam ini, baru saja dimulai.