Zawiya Moulay Idriss II, Maroko

Pintu luar makam Moulay Idriss II, Fes - Maroko
Pintu luar makam Moulay Idriss II, Fes – Maroko

Siapa sangka perjalanan kami sekeluarga ke negeri Al-Maghrib, Maroko, menambah pengetahuan kami akan sejarah Islam. Buku panduan memberikan sekilas informasi tentang atraksi wisata di kota-kota tujuan dari sudut pandang non muslim. Internet pun menjadi salah satu sumber riset kami. Akan tetapi, kenyataan yang kami alami lebih indah dari bayangan. Dibantu adik-adik mahasiswa Indonesia di kota tua Fes, pemahaman kami memasuki dimensi baru.

Dua Moulay Idriss sangat berjasa kepada Maroko, Moulay Idriss I dan II. Bahkan sejarah resmi menganggap mereka sebagai pendiri Maroko. Dan kota Fes di utara Maroko, adalah tempat penting bagi mereka berdua. Makam beliau berdua, saat ini menjadi tempat ziarah penting di Maroko.

Makam Moulay Idriss II di kota tua Fes mulanya hanya satu dari sekian obyek wisata yang akan keluarga pelancong kunjungi di di kota Fes, Maroko. Moulay Idriss Zerhoun, kota kecil dekat situs bersejarah Volubilis tak terlalu menarik perhatian. Setelah mendengar kisah adik-adik mahasiswa tentang mereka berdua, keinginan tahu kami bertambah besar.

Kota tua Fes atau Fes el Bali atau medina Fes adalah kota di dalam sebuah tembok tebal. Didirikan oleh Moulay Idriss I sebagai satu desa kecil dekat Sungai Oued Fes. Mulai berkembang ketika Moulay Idriss II mulai berkuasa atas beberapa daerah di Maroko. Menjadikan Fes sebagai ibukota hingga dinasti Idriss mundur di tahun 985 masehi. Fes kembali menjadi ibukota ketika dinasti Alaouite dibawah Moulay Al-Rashid. Hingga tahun 1912 saat Perancis menjajah Maroko.

Dengan luas sekitar 300 hektar, medina Fes berpenduduk kira-kira 150 ribu jiwa. Terdiri dari banyak sekali gang sempit naik turun, kendaraan bermotor nyaris tak bisa lewat sini. Kecuali sepeda motor di beberapa ruas jalan agak lebar. Ada hampir 14 ribu bangunan bersejarah dan lebih dari sepuluh ribu kios kecil di Fes el Bali. Bagian dalamnya mirip labirin, menyusahkan siapa saja yang baru pertama berjalan di dalamnya. Di jam-jam sibuk, ribuan pedagang berbaur dengan ribuan penduduk, pelanggan, pengemis dan para turis. Sesekali keledai bau lewat mengangkut muatan di punggungnya.

Di pusat medina Fes inilah zawiya atau makam Moulay Idriss II berada. Ditemani adik mahasiswa kami mengembara dalam gang-gang sempit medina. Lewat deretan toko-toko sempit, pusat pengrajin logam, pasar kebutuhan pokok, tempat-tempat makan tradisional. Hampir di setiap sudut ada pancuran air. Untuk wudhu umum dan air minum. Pancurannya tak biasa. Di sekitarnya dihiasi dengan keramik warna-warni. Berjalan dalam medina Fes, banyak hal menarik bisa disaksikan. Sejak penetapan medina Fes sebagai salah satu cagar budaya UNESCO di tahun 1981, berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah Maroko untuk mempertahankan keaslian kota tua ini. masuk Fes serasa kembali ke masa silam. Kota-kota Islam berabad lampau.

Bagian depan masjid dimana Moulay Idriss II dimakamkan sedang direnovasi ketika kami berziarah ke sana. Ukir-ukiran kayunya yang indah sebagian besar tertutup plastik biru tebal. Tak terlalu ramai orang berziarah pagi itu.

Menurut Wikipedia, jenasah Idriss II ditemukan lima abad setelah beliau wafat, yakni tahun 1308. Dinasti Merinid membangun makam dan masjid tersebut. Dipugar kembali oleh Moulay Ismail di abad 18 masehi. Bagian dalamnya terlihat sangat mewah. Didominasi warna merah, hijau dan keemasan. Dindingnya penuh keramik indah, bagi diukir atau dilukis dengan sangat detail dan sempurna.

Pria dan wanita boleh berziarah. Namun tempatnya terpisah. Banyak orang keluar masuk untuk berdoa. Sesekali ada yang sambil mengelus-elus kain penutupnya. Kami sebentar saja di sini. Sebab perjalanan berlanjut ke Madrasah Al-Qarawiyyin.

(Bersambung)

10 Comments

  • aku seneng mbak membaca sejarah Islam di belahan negara lain. Nambah Info peradaban Islam. trus singgah di bangunan bersejarah atau makamnya. Seperti yang sampeyan bilang, masuk gang gang sempit, penduduk lokal trus nggak terlalu turis. menawarkan nuansa asli daerah tersebut. makan makanan lokal. hmmmm Nek krungu maroko, langsung ambu rempah rempah karo kambing bakar. 🙂

  • ira

    @Zulfa: tosssss, aku yo seneng sejarah Islam Zulfa. Opo maneh nang nggen2 eksotik ngene. Lek onok warga lokal sing iso diajak diskusi luwih afdol maneh.. wohohoho… lek sate Maroko kuwi huenakkk… hehehehe.

  • Gak tau kenapa, tiap denger kata Maroko, yang pertama kali terlintas di kepalaku itu Moroccan tea alias teh Moroko 🙂 Tiap ada yang ngomongin Maroko, atau lagi baca apapun tentang Moroko, aku langsung ngebayangin teh Moroko dalam cangkirnya yang khas itu.. hmmmm…

  • Sebenarnya kita ada rencana pindah ke Maroko mbak. Rencana buka pabrik cabang disana. Entah jadi apa nggak. Pinginnya sih tinggal di negara Muslim.Insyaallah

  • ira

    @Mbak Dee An: Minum teh di Maroko emang dah jadi tradisi, kayak di Turki. Kalau pengalamanku, kalau di warung2 Maroko, cangkir tehnya biasa saja. Malah suka pakae kayak gelas belimbing gitu. Beda dengan Turki ynag paki gelas kecil imut. Tapi di maroko ini, pakai teh hijau. Dan cara mengaduknya itu yang luar biasa. In shaa Allah ada postingan khusus tentang kuliner Maroko. 🙂

Leave a Reply

%d bloggers like this: