Ziarah Makam Sahabat Rasulullah di Al Mazar Al Janubi

Letak geografis Yordania yang berdekatan dengan tempat mula penyebaran agama Islam menyebabkan wilayah ini mendapat pengaruh Islam sejak awal mula penyebarannya. Tak mengheranan jika Yordania menjadi salah satu panggung sejarah Islam. Menjadikannya salah satu tujuan utama wisata religi di Timur Tengah.

Jejak para sahabat nabi
Mausoleum Sahabat Nabi di Al Mazar

Saat berkendara dengan mobil di Yordania, kami bertemu beberapa plang penunjuk lokasi makam sahabat-sahabat rasulullah SAW. Sayangnya karena terbatasnya waktu, tidaklah sempat kami kunjungi satu per satu. Dalam perjalanan dari desa ekowisata Dana menuju ibukota Amman, keluarga pelancong melewati wilayah Karak. Karak castle merupakan salah satu tujuan wisata utama Karak. Sebuah istana kuno bekas milik tentara perang salib.

Akan tetapi, tujuan utama kami di wilayah ini bukannya Kastil Karak. Melainkan kompleks makam sahabat rasulullah di al Mazar al Janubi. Sebuah kota kecil. Belum banyak artikel blog mau pun situs membahas mengenai tempat ini. Ada satu dua artikel berbahasa Melayu tulisan blogger jiran. Nanya teman yang sudah pernah berkunjung ke sana, katanya mereka naik taksi dan terima beres. Dalam bahasa Inggris pun minim info. Sehingga alamat dan lokasi pastinya pun tak kami ketahui. Ya wes lah. Pokoke kita sampai al Mazar dulu. Sesampai di sana, tinggal nanya penduduk lokal. Masa sih mereka gak tahu.

Al Mazar al Janubi nyatanya gak kecil-kecil amat. Penduduknya katanya sekitar 10 ribu jiwa. Wuih, ndak segampag yang dibayangnya semula, deh. Kami pakai intuisi dulu. Pokoke terus jalan di jalan utama. Jalan yang keliatannya lebar dan ramai. Ndilalah lewat sebuah masjid gede. Dikelilingi tembok batu.

“Apa ini ya, Bi?” tanya Emak ke Bapak. “Coba minggir dulu.”

Bapak memarkirkan mobil sewaan. Nanya ke penjual buah di dekat kami. Betul, ini kompleks yang kami cari-cari. Alhamdulillah Allah menunjuki kami jalan yang benar, jalan yang diridhoi-Nya. *halah*

***

Lokasi perang Mutah
Makam Jakfar bin Abi Thalib

Salah satu perang paling sengit yang dihadapi kaum muslimin ketika Rasulullah SAW masih hidup adalah Perang Mutah. Terjadi pada tahun 629 masehi di kota Mutah. Tidak jauh dari al Mazar. Sayangnya kami gak sempat ke bekas medan pertempuran di Mutah ini. Perang melawan tentara gabungan antara Byzantium dan Ghasanid ini menggugurkan beberapa sahabat terdekat Sang Nabi. Yakni Zaid bin Haritsah, Jakfar bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Ruwahah.

Sebelumnya Rasulullah mengirim seorang utusannya, Harits bin Umayr al-Azdi, menghadap dan mengirimkan surat kepada Sharhbil bin Amar al Ghassani, seorang satrap Kekaisaran Byzantium di Busra. Harits kemudian dipenggal atas perintah Sharhbil. Meski tak menyukai isi surat, tak layak untuk membunuh seorang utusan.

Nabi kemudian mengirim pasukan berkekuatan 3 ribu orang ke Busra. Dipimpin oleh Zaid bin Haritsa. Pesan Nabi, jika Zaid terbunuh, maka Jakfar bin Abi Thalib akan menggantikannya. Jika Jakfar gugur, digantikan oleh Abdullah bin Ruwahah.

***

Kami kemudian masuk ke kompleks makam. Sepi. Bersama kami ada sepasang pengunjung selfie dengan mesranya. Kompleks ini lumayan luas. Temboknya berwarna terang. Kubah-kubah dan pintunya hijau. Taman dan kolam air menghiasi bagian dalam kompleks. Kondisinya pun bersih. Mau mau ke bangunan utama, terdapat petunjuk dalam bahasa Melayu. Sepertinya memang ramai peziarah jiran ke mari.

“Anda dari mana?” tanya seorang penjaga.

“Indonesia.”

“Selamat datang!”

Perang Mutah melawan Byzantium dan Ghassanid
Makam Zaid bin Haritsah

Si Bapak kemudian mempersilakan kami masuk ke dalam makam Jakfar bin Abi Thalib. Makamnya berada dalam satu ruangan luas. Ia terletak di tengah-tengahnya. Di dalam kerangka metal berjeruji berwarna keemasan. Bagian atasnya berhias kaligrafi dan ukiran. Serta kubah kecil di puncak.  Cantik sekali. Bau wangi tercium ketika kami mendekatinya. Di dalamnya, makam tertutup kain berwarna hijau.

Di dekat kami ada bapak-bapak sedang sembahyang. Kami mendoakan arwah Jakfar dalam kesunyian. Agar tak mengganggu yang lain. Di sela-sela jeruji kami liat banyak sekali uang kertas.

“Kalau mau sadaqa bisa dimasukkan ke sana,” ujar bapak penjaga seakan bisa membaca pikiran kami.

Makam Zaid bin Haritsah berada di tempat lebih tinggi. Kudu lewat undakan dulu. Seorang bapak penjaga berbadan besar membukakan pintu bagi kami. Memang hanya kami berempat berada di sana. Beliau menunggui kami di dalam. Emak merasa kurang nyaman. Ya mungkin emang kudu begitu, yah.

Bentuk makam dan bangunan makam Zaid mirip dengan Jakfar. Hanya gak kecil. Tak lama kami berada di dalamnya. Pak penjaga menunjukkan arah makam Abdullah bin Ruwahah. Letaknya di luar kompleks.

“Kira-kira sepuluh menit jalan kaki dari sini.”

Mulanya kami berempat mau jalan kaki. Tapi kok kayaknya jauh. Ya udah ambil mobil ajah. Sampai di tempat, kok ya gerbangnya digembok semua. Tak ada sesiapa bisa ditanyai. Yaaah, kuciwa deh.

***

How to get there

Al Mazar al Janubi letaknya kira-kira 120 km di selatan kota Amman. Kota terdekat adalah Karak/Kerak. Bisa naik taksi dari Kerak. Atau langsung dari Amman. Di dekat al-Mazar terdapat memorial Perang Mutah. Sayangnya keluarga pelancong gak sempat kemari.

2 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: