Walled City of Famagusta, Siprus

Ada banyak tempat di dunia ini yang bikin kita ingin mengunjunginya lebih dari sekali. Selain tanah air beta, tentunya. Kalau Indonesia Raya mah nggak perlu diragukan lagi, selalu bikin kangen. Tak cuma tempatnya, makanannya apalagi. Kota Famagusta di Siprus masuk kategori ini. Keluarga pelancong mengunjunginya untuk kedua kalinya saat kami ke Siprus Desember lalu.

Masjid Lala Mustafa Pasha, Famagusta

Kedatangan kedua kami lebih santai dan fleksibel. Di lawatan pertama, kami naik kendaraan umum dari Larnaka hingga ke perbatasan antara Siprus selatan dan utara di Deryneia. Dari perbatasan dipanggilkan taksi ama petugas imigrasi di sana. Lalu kami berkeliling ke taman arkeologis Salamis serta kota Famagusta. Waktu kami terbatas saat itu. Jalan-jalan mesti cepat-cepat. Perjalanan singkat sekaligus mengesankan.

Di Siprus utara kami menyewa mobil. Menjelajahi tempat-tempat terpencil. Dari Dipkarpaz, kami berkendara ke arah selatan memasuki wilayah pusat kota Famagusta. Tujuan utama kami adalah walled city alias kota dalam benteng Famagusta. Menjelang masuk pusat kota, lalu lintas macet. Kemacetan terparah yang kami alami selama di Siprus. Rasanya kota ini lebih ramai dibandingkan ibukotanya, Nikosia.

Lega sekali ketika kami kemudian menerobos terowongan kuno, memasuki wilayah walled city dari Jalan Erdogan Acar. Dari sini jalanan lebih sepi. Melihat spot kosong di parkiran di jalan menuju Othello castle, kami langsung parkir. Alhamdulillah parkir di sana gratis. Dari situ, hanya lima menitan jalan kaki ke pusat kota tua. Tujuan kami adalah Masjid Lala Mustafa Pasha. Mau numpang sembahyang, senyampang sudah masuk waktu sholat Zuhur.

Kota tua Famagusta mirip open air museum. Memiliki banyak peninggalan bersejarah di dalam tembok kota tua yang didirikan bangsa Lusignan di sekitar abad ketigabelas. Berjalan-jalan di dalamnya bikin selalu potret-potret tiada henti. Sayangnya untuk mengelilingi tembok kota tua Famagusta yang panjanganya lebih dari 3 km itu, kami belum terlalu selo waktu. Tidak mau kemalaman saat kembali ke penginapan, kami berusaha memanfaatkan waktu di sana sebaik mungkin.

Bangsa Venezia merebut Famagusta dari Lusignan di tahun 1489. Mereka merombak tembok kota tua yang dianggap terlalu ringkih untuk menahan serangan bahan peledak yang mulai dikenal saat itu. Pun mendatangkan para ahli bangunan dari Venezia. Untuk memperkuat, mempertebal bangunan tembok benteng, menutup celah-celah kelemahan, menyediakan tempat khusus untuk menyimpan meriam dan senjata artileri.

Reruntuhan bangunan kuno Famagusta

Turki Utsmani menguasai seluruh Siprus, kecuali Famagusta di tahun 1570. Tembok kota tua Famagusta terlalu kokoh untuk ditembus. Pasukan Turki Utsmani baru bisa menaklukkan Famagusta setelah mengepungnya selama 10 bulan, kehilangan 50 ribu tentara, serta menembakkan 150 ribu peluru meriah ke arah bodi tembok.

Masjid Lala Mustafa Pasha masih terlihat sangat charming bagi Emak. Sebagai bangunan kuno terbesar di kota tua, ia hampir terlihat dari mana saja di dalam tembok kota. Konstruksi ini dibangun oleg Bangsa Lusignan sebagai Katedral St. Nicholas. Dinasti Lusignan menjadi raja-raja Siprus antara 1192 hingga 1489. Dari mereka Siprus mewarisi gaya Perancis di bangunan-bangunan kunonya. Katedral St. Nicholas dibangun antara 1290 – 1312. Consecrated di tahun 1328.

Serangan Turki Utsmani dan dua kali gempa menyebabkan kerusakan dua menara katedral. Usai Famagusta dikuasai Turki Utsmani, bangunan katedral difungsikan sebagai masjid bernama Ayasofya setelah mereka menambahkan mihrab dan minaret. Mihrabnya berada di samping kanan masjid. Dihiasi jendela-jendela kaca bermozaik, bagian dalamnya terang.

Azan Zuhur sudah berkumandang sebelum kami sampai di sana. Kami tak ikut sholat berjamaah. Numpang wudu saja di Sardivan samping masjid. Lumayan banyak turis mengunjungi dan menikmati interior Masjid Lala Mustafa Pasha. Pengunjung wajib berpakaian rapi. Tempat sembahyang wanita di bagian sebuah tempat berkelambu. Di satu sudut membujur batu nisan salah satu Uskup Famagusta, Itier of Nabinaux, meninggal tahun 1365.

Di pelataran masjid, kita bisa melihat beberapa kuburan tua, gerbang kuno, serta sebatang pohon berusia ratusan tahun. Pohon Ficus sycomorus ini diperkirakan ditanam bersamaan dengan dibangunnya katedral St. Nicholas. Lebih dari 700 tahun usianya. ia konon pohon tertua di seantero Siprus. Bentuknya seperti pohon beringin. Enak ngadem di bangku di bawah pohon.

Keluar dari masjid, kami mulai lapar. Jalan-jalan sambil pepotoan dulu di bangunan-bangunan kuno di sekitar Masjid Lala Mustafa Pasha. Motret-motret dari luar doang ndak sampai masuk ke museum di sana. Seperti Namik Kemal Dungeon, Venetian Palace, reruntuhan gereja St. Georgia, dan Hamam Cafer Pasha. Kelar makan kami amsih sempat sekali lagi manjat tembok kota tua dekat Gerbang Othello. Memandang kota tua Famagusta dari ketinggian sekaligus pelabuhan di luar tembok kuno. Othello castle pun Emak poto bagian luarnya saja. Entah kami bakal ada rezeki kemari lagi suatu saat ini. Bisa mengunjungi Famagusta untuk kedua kalinya rasanya udah wonderful banget.

Leave a Reply

%d bloggers like this: